BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran
merupakan jantung dari proses pendidikan. Kualitas pendidikan
bersifat kompleks dan dinamis,
dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu.
Apabila
dilihat dari tujuan akhir pendidikan nasional secara umum adalah
peningkatan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pendidikan dan pembelajaran
yang efisien dan efektif. Banyak
faktor yang berpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu diantaranya adalah teknologi yang
digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Adanya beberapa teori
belajar dalam belajar dan pembelajaran. Salah satunya adalah teori sibernetik.
Teori sibernetik ini adalah teori yang terbaru dari teori-teori lainnya.
Menurut teori sibernetik belajar adalah pemprosesan informasi. Proses memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah system
informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Teori sibernetik
berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala
siruasi.karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Dengan teori sibernetik
ini dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci. Namun dari
kelebihan itu semua, teori sibernetik mempunyai kele-mahan yaitu kurang
memperhatikan akan proses belajar.
Pembelajaran merupakan
upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan
teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa
saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik.
Ada dua pijakan teori
yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran berhasil dengan baik. Kedua
teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat deskriptif. Teori ini
memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan belajar. Teori belajar yang
banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu meliputi teori behavioristik,
teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori belajar sibernatik.
Semua teori belajar
tersebut memiliki aplikasi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Demikian juga halnya dengan teori belajar sibernatik sebagaiman akan dipaparkan
oleh penyusun dalam makalah ini.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik, aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran. .
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik, aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran. .
1.2 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penyusunan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Teori Sibernetik.
2.
Untuk mengetahui Penerapan Teori
Sibernetik dalam Pengajaran.
3.
Untuk mengetahui Penerapan dalam
Kurikulum.
4.
Untuk mengetahui Tujuan dalam
Pembelajaran.
5.
Untuk mengetahui Sistem Assesmen dalam
Teori Sibernetik.
1.3 Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat dalam
penyusunan makalah ini adalah :
1.
Dapat menambah wawasan kita mengenai
teori sibernetik
2.
Dapat menambah wawasan dalam menerapkan
teori sibernetik pada sistem pengajaran.
3.
Dapat dijadikan sebagai modal kita
ketika menjadi tenaga pendidik nanti (guru).
4.
Dapat membantu kita dalam menerapkan
sistem dari teori sibernetik ini pada kurikulum.
5.
Dapat mengetahui sistem assesmen
(penilaian) pada sistem ini.
BAB II
URAIAN MATERI
2.1
Pengertian
Teori Sibernetik
Teori
belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif paling baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar
adalah
pengolahan informasi. Sekilas,
teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses
memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah “sistem informasi” yang
diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Teori sibernetik
merupakan salah satu teori belajar. Pengertian teori sibernetik sendiri adalah
teori belajar yang mengutamakan proses informasi. Teori sibernetik mempunyai
persamaan dengan teori kognitif yaitu lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar itu sendiri. Hanya saja sistem informasi yang akan dipelajari
siswa lebih dipentingkan.
Menurut teori
sibernetik tidak ada cara belajar yang sempurna untuk segala kondisi karena
cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Ada tiga tahap proses
pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti dengan
penyimpanan informasi (storage), dan
diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan
dalam ingatan (retrieval).
Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak
ada satu proses belajar yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua
siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam
proses belajar, dan informasi
yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa yang lain melalui proses belajar
yang lain.
Tahap sibernetik sebagai teori
belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang
akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri
individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Teori ini
memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta.
Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu
mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi
menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan
jangka panjang (long term memory), dan sebagainya, yang berhubungan
dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Kita
lihat pengaruh aliran Neurobiologis sangat terasa di sini. Namun,
menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin,
bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan
yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui.
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari
sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus.
Sedangkan siswa tipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
2.2
Penerapan
Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran
Teori
belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang
mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati
secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi
tertentu. Namun
memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dalam
mengorganisasikan pembelajaran perlu dipertimbangkan ada tidaknya
prasyarat belajar untuk suatu
kapabilitas, apakah siswa telah memiliki prasyarat belajar yang diperlukan. Ada prasyarat
belajar utama yang harus dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar pendukung yang dapat memudahkan
siswa.
Keunggulan
strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi,
yaitu:
1)
Cara
berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2)
Penyajian
pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3)
Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4)
Adanya
keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5)
Adanya
transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6)
Kontrol
belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing
individu.
7)
Balikan
informasi memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk
kerja yang telah dicapai
dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Dengan
demikian aplikasi teori sibernetik ini dalam kegiatan pembelajaran akan
mempunyai langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran.
2)
Menentukan
materi pembelajaran.
3)
Mengkaji
sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
4)
Menentukan
pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
5)
Menyusun
materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem
informasinya.
6)
Menyajikan
materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai
dengan urutan materi pelajaran.
Teori sibernetik merupakan teori belajar
yang masih baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori
sibernetik belajar adalah pemrosesan
informasi. Teori sibernetik lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.
informasi. Teori sibernetik lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.
Proses belajar
menurut teori sibernetik akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak
dipelajari itu atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah yang lebih
teknis yaitu sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya.
Satu hal lebih
tepat apabila disajikan dalam bentuk "terbuka" dan memberi
keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa mampu
memahami sebuah rumus matematika, biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap
yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu.
Namun, untuk
memahami makna suatu konsep yang luas dan banyak memiliki interpretasi
(misalnya konsep "burung"), maka akan lebih baik jika proses berpikir
siswa dibimbing ke arah yang "menyebar" (heuristik), dengan harapan
pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis, dan
linier.
Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan
di dalam
LTM dalam bentuk prototipe,
yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses
penyimpanan informasi merupakan
proses mengasimilasi pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi
sebagai dasar pengetahuan.
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel
(1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang
telah dimiliki individu.
Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis.
Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak diperoleh dulu oleh individu dapat
mempermudah perolehan pengetahuan baru yang
lebih rinci.
Berpijak pada kajian di atas, Reigeluth, Bunderson dan
Merril (1977) mengembangkan
suatu strategi penataan isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat bidang masalah, yaitu:
pemilihan (selection ), penataan urutan (sequencing),
rangkuman (summary), dan sintesis (synthesizing).
Ada tujuh komponen strategis teori elaborasi yang
dikembangkan oleh Reigeluth dan Stein yang berpijak pada kajian teori tentang teori
pemrosesan informasi, yaitu: 1) urutan elaboratif, 2) urutan persyaratan belajar, 3) rangkuman, 4)
sintesis, 5) analogi, 6) pengaktif
strategi kognitif, dan 7) kontrol belajar.
Menurut Landa,
ada dua macam proses berpikir. Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir
linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Jenis kedua adalah
cara berpikir heuristik, yakni cara
berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus (Budiningsih, 2002:81).
Ahli lain yang
pemikirannya beraliran sibernetik adalah Pask dan Scott. Pendekatan serialis
yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Pask dan
Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau wholist, dan tipe serial atau
serialist. Mereka mengatakan bahwa siswa yang bertipe wholist cenderung
mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus,
sedangkan siswa dengan tipe serialist dalam berpikir akan menggunakan cara setahap
demi setahap atau linier.
Namun, cara
berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir
menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke
gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan
detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu
sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.
Teori belajar pengolahan informasi
termasuk teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal
yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang
terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas
yang terbatas.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan
belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan
dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi
mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
(Suciati,2001:34) :
a.
Menarik
perhatian
b.
Memberitahukan
tujuan pembelajaran kepada siswa
c.
Merangsang
ingatan pada pra syarat belajar
d.
Menyajikan
bahan peransang
e.
Memberikan
bimbingan belajar
f.
Mendorong
unjuk kerja
g.
Memberikan
balikan informative
h.
Menilai
unjuk kerja
i.
Meningkatkan
retensi dan alih belajar.
A.
Kelebihan
Teori Sibernetik
Kesemua teori belajar dalam
aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebetulnya memiliki
kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada
diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Isi dari proses belajar
adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian
tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
Hasil dari proses teori belajar ini
adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah laku
maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Secara rinci dapat di bagi menjadi :
a.
Cara
berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
b.
Penyajian
pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
c.
Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap.
d.
Adanya
keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
e.
Adanya
transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
f.
Kontrol
belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
g.
Balikan
informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
B.
Kekurangan
Teori Sibernetik
Teori aliran ini dikritik karena
tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan
dalam penerapan.
Ulasan teori ini cenderung ke dunia
psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena
pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini.
Pada akhirnya, masing-masing aliran
teori belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan dan kelemhana-kelemahannya
sendiri yang harus kita ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya
dengan pendekatan belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang
lebih baik.
Teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem
informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal
ini menyulitkan penerapannya, diantaranya :
a.
Kepercayaan
pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
b.
Belajar
sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2.3
Penerapan
Dalam Kurikulum
Aplikasi teori
belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan
oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2)
Menentukan materi pembelajaran
3)
Mengkaji sistem informasi yang terkandung
dalam materi pelajaran
4)
Menentukan pendekatan belajar yang
sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
5)
Menyusun materi pelajaran dalam urutan
yang sesuai dengan sistem informasinya.
6)
Menyajikan materi dan membimbing siswa
belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
2.4
Tujuan
Dalam Pembelajaran
Teori belajar sibernetik merupakan
teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori yang sudah
dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi.
Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah
system informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah
bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang
cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi.
Implementasi teori sibernetik dalam
kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh dengan beberapa
teori, diantaranya:
1)
Teori pemrosesan informasi
Pada teori ini, komponen pemrosesan
informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk
informasi, serta proses terjadinya. Ketiga komponen itu adalah:
a)
Sensory
Receptor (SR). SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
b)
Working
Memory (WM). WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh
individu.
Karakteristik WM adalah : 1) Memiliki kapasitas yang
terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat hanya mampu bertahan
kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya pengulangan (rehearsal). 2)
Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visua, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran
proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
c)
Long Term
Memory (LTM). LTM diasumsikan :
·
Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh
individu.
·
Mempunyai kapasitas tidak terbatas.
·
Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan
pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan
atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
2)
Teori belajar menurut Landa
Dalam teori
ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:
a)
Proses berpikir algoritmik, Yaitu proses berpikir yang
sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus, menuju ke satu target
tujuan tertentu.
b)
Proses berpikir heuristik, Yaitu cara berpikir
devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan
berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah
yang hendak dipecahkan diketahui cirri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan
lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, sedangkan materi pelajaran
lainnya akanlebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi
kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
3)
Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask
dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:
a)
Cara berpikir serialis.
Cara
berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu berpikir
menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.
b)
Cara berpikir menyeluruh atau wholist.
Cara
berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah
sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke hal
yang lebih khusus.
Teori belajar pengolahan informasi
termasuk teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal
yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang
terikat pada situasi tertentu.
Namun memori kerja manusia mempunyai
kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan memori kerja
tersebut dapat diatur sesuai dengan:
a.
Kapabilitas belajar.
b.
Peristiwa pembelajaran.
c.
Pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
Teori ini memandang manusia sebagai
pengolah informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan
bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan
mengorganisasikan informasi.
2.5
Sistem
Assesmen
A.
Pengertian
Assesmen menurut para ahli
1)
Menurut Robert M Smith (2002)
Suatu
penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk
layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu
rancangan pembelajaran.
2)
Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
Proses
sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk
menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut
guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai
dengan kenyataan objektif.
3)
Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
·
Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target
intervensi
·
Memilih dan mendesain program treatmen
·
Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus
menerus.
·
Mengevaluasi hasil-hasil umum dan
ketepatan dari terapi.
4)
Menurut Lidz (2003)
Proses
pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi
gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan
kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
B.
Tujuan
Assesmen
Tujuan asesmen
adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu program
pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara
tepat.
1)
Menurut Robb
·
Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
·
Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
·
Untuk merancang individualisasi pendidikan
·
Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
·
Untuk mengevaluasi kefektifan
program.
2)
Menurut Sumardi & Sunaryo (2006)
·
Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan
komprehensif tentang kondisi anak saat ini.
·
Mengetahui profil anak secara utuh terutama
permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan
anak.
·
Menentukan layanan yang dibutuhkan
dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.
3)
Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikuti Lerner (1988:
54), assesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
·
Penyaringan (screening)
·
Pengalihtanganan (referal)
·
Klasifikasi (classification)
·
Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
·
Pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil
progress)
Berdasarkan hasil kajian dari
teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa : “Asesmen dilakukan untuk
mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan asesmen) baik
potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan
untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan /
intervensi secara tepat.
·
Ruang Lingkup
·
Motorik
·
Kognitif
·
Emosi
·
Perilaku adaptif
·
Bahasa
Masalah-masalah Akademik
Perbedaan
antara asesmen pendidikan, asesmen medis, asesmen sosiokultural dan asesmen
psikologis bisa dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut :
- Tujuannya
- Ruang lingkup
- Asesornya.
Untuk mengadakan asesmen bagi ABK
tidak bisa hanya satu asesmen, tetapi harus lengkap agar informasi yang
diperoleh tentang anak ABK dapat diketahui dengan lengkap, baik informasi
pendidikan, informasi medis, informasi sosiokultural ataupun informasi psikologis
anak tersebut dan selanjutnya dapat memudahkan dalam membuat program
pembelajaran bagi anak tersebut
C.
Langkah-Langkah
Asessment
a)
Pengumpulan informasi.
b)
Identifikasi kesenjangan.
c)
Analisis performance.
d)
Identifikasi hambatan dan
sumber.
e)
Identifikasi karakteristik
siswa.
f)
Identifikasi prioritas dan
tujuan.
g)
Merumuskan masalah
D.
Assesmen dalam program
pendidikan dan sosial
Assessment adalah
analisis formal yang menunjukkan dan mendokumen-tasikan gaps antara
akibat sekarang dan akibat yang diinginkan. Menurut Kaufman and English, internal
needs assessment adalah gap analisis yang memungkinkan investigasi dan
determinasi need agar lebih rinci terhadap lingkup sponsoring organisasi
terhadap asesmen. External needs assessment adalah gap analisis yang
membutuhkan dasar yang membawahi perencanaan dan pencapaian untuk masa yang
akan datang. Fokus dari asesmen adalah individual dan organisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar sibernetik merupakan
teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori
ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teori ini
mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.
Oleh sebab itu, teori sibernatik
berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala
situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh
tokoh-tokoh aliran teori sibernetik antara lain Landa, Pask dan Scott
berdasarkan konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe
serialist dan whoslist.
Selanjutnya, teori sibernatik
dipertegas melalui aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran
antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya
kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan
pembelajaran.
Ada tiga tahap proses
pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan
diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan
dalam ingatan (retrieval). Komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya
"lupa". Ketiga kom-ponen tersebut adalah sensory receptor, long term
memory, dan working memory.
Ada Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai
cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam
kegiatan belajar adalah (Suciati,2001:34), yakni :
1) Menarik perhatian,
2) Memberitahukan tujuan pembelajaran
kepada siswa, 3) Merangsang ingatan pada pra syarat belajar,
4) Menyajikan bahan perangsang,
5) Memberikan bimbingan belajar,
6) Mendorong unjuk kerja,
7) Memberikan balikan informative,
8) Menilai unjuk kerja,
9) Meningkatkan retensi dan alih
belajar.
Kelebihan yang dimiliki Teori
Sibernetik ini adalah :
1) Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol, 2) Penyajian
pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, 3) Kapabilitas belajar dapat disajikan
lebih lengkap, 4) Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin
dicapai, 5) Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang
sesungguhnya, 6) Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama
masing-masing individu, 7) Balikan informative memberikan rambu-rambu yang
jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk
kerja yang diharapkan.
Adapun kekurangan dari teori sibernetik ini adalah teori ini
lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang
memperhatikan bagaimana proses belajar. Selain itu teori ini tidak membahas
proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya
sehingga 1) Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri, 2) Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
3.2
Saran
Dengan disajikannya makalah ini penulis telah berusaha dengan sebaik
& semaksimal mungkin dalam proses pembuatannya, namun penulis juga sadar
bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu penulis sangat mengharapkan keritik dan sarannya yang bersifat
membangun. Dengan tujuan untuk lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
EVALUASI
OBJEKTIF
1.
Salah satu teori yang paling baru dalam
pembelajaran adalah . . . .
a. Teori
behavioristik
b.
Teori
sibernetik
c. Teori
motivasi
d. Teori
burnner
e. Teori
kecerdasan majemuk
2.
Belajar adalah pengolahan informasi.
Pengertian tersebut merupakan pengertian dari teori . . . .
a.
Teori
sibernetik
b. Teori
behavioristik
c. Teori
burnner
d. Teori
motivasi
e. Teori
kecerdasan majemuk
3.
Yang termasuk dalam 3 tahap proses
pengolahan informasi dalam ingatan di bawah ini adalah . . . .
a. Recording,
strong dan interval
b. Enconding,
strong dan received
c. Storage,
received dan retrieval
d. Enconding,
strong dan retrieval
e.
Enconding,
storage dan retrieval
4.
Pandangan teori sibernetik terhadapa
manusia adalah sebagai . . . .
a. Pencari
informasi
b. Pengrusak
informasi
c.
Pengolah
informasi
d. Pembagi
informasi
e. Perawat
informasi
5.
Menurut
teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan se-optimal mungkin, bukan
hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga . . . .
a. Hidup
mandiri harus kita perhatikan biar bias belajar dengan baik dan meraih sukses
b. Mencari
ilmu juga harus diutamakan dalam proses belajar
c. Membaca
yang perlu dikerjakan dalam teori ini
d.
Lingkungan yang mempengaruhi
mekanisme itu pun perlu diketahui
e. Santai
dalam mencari informasi
6.
Dibawah ini yang bukan keunggulan strategi pembelajaran yang
berpijak pada teori pemrosesan informasi, yaitu . . . .
a.
Cara
berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
b.
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek dinamis
c.
Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.
Adanya
transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
e.
Kontrol
belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing
individu
7.
Yang
termasuk dalam langkah aplikasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran
adalah . . . .
a.
Menentukan
langkah-langkah pembelajaran
b.
Menentukan
materi pembelajaran
c.
Mengkaji sistem informasi yang terkandung
dalam materi pelajaran
d.
Menentukan
pendekatan belajar yang tidak sesuai dengan sistem informasi tersebut
e.
Menyusun
materi pelajaran dalam urutan yang seharusnya tidak sesuai dengan sistem
informasinya
8.
Dalam penyajian materi pada teori
sibernetik ini, langkah yang tepat untuk dilakukan adalah . . . .
a. "terbuka"
dan mebatasi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir
b. “terbuka”
dan membatasi siswa dalam berimajinasi
c. “tertutup”
dan memberi keleluasaan siswa untuk berpikir
d. “tertutup”
dan membatasi siswa dalam berimajinasi
e.
“terbuka”
dan memberi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir
9.
Untuk memahami makna suatu konsep yang
luas, maka para siswa dibimbing ke arah yang . . . .
a.
Heuristik
b. Normatif
c. Pragmatif
d. Representatif
e. Akumulatif
10. Suatu struktur representasi pengetahuan yang
telah
dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan. Teori ini dikemukakan oleh . . . .
a.
Tennyson
b.
Howard
c.
Ausubel
d.
Reigeluth
dan Stein
e.
Reigeluth,
Bunderson dan Merril
11. Proses penyimpanan informasi
merupakan proses mengasimilasi
pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar
pengetahuan. Teori tersebut telah dikemukakan oleh . . . .
a.
Tennyson
b. Howard
c. Ausubel
d. Reigeluth dan Stein
e. Reigeluth, Bunderson dan Merril
12. Seorang
tokoh yang bernama Ausubel telah mengemukakan teorinya sejalan dengan teori
sibernetik ini, yang berbunyi . . . .
a. Suatu struktur representasi pengetahuan yang
telah
dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan
b. Proses penyimpanan informasi
merupakan proses mengasimilasi
pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan
c.
Perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi
struktur kognitif yang telah dimiliki
individu
d. Pengetahuan ditata di dalam
struktur kognitif secara
hirarkhis
e. Proses
pemrosesan informasi ini dapat menambah kreativitas siswa dalam berimajinasi
13. Reigeluth
dan Stein pernah mengemukakan teori yang berhubungan dengan pemrosesan teori
ini yang teori tersebut berbunyi . . . .
a. Suatu struktur representasi pengetahuan yang
telah
dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan
b. Proses penyimpanan informasi
merupakan proses mengasimilasi
pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar
pengetahuan
c. Perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi
struktur kognitif yang telah dimiliki individu
d.
Pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis
e. Proses
pemrosesan informasi ini dapat menambah kreativitas siswa dalam berimajinasi
14. Pada tahun 1997 Reigeluth, Bunderson dan
Merril mengembangkan suatu strategi penataan isi atau materi pelajaran yang
berurusan dengan
empat bidang masalah. Yang bukan termasuk dari empat bidang masalah tadi adalah
. . . .
a.
Pemilihan (selection
)
b.
Penataan
urutan
(sequencing)
c.
Rangkuman
(summary)
d.
Sintesis
(synthesizing)
e.
Pencarian (Searching)
15. Di bawah ini yang bukan komponen strategis
teori elaborasi yang dikembangkan oleh Reigeluth dan Stein adalah . . . .
a.
Urutan
elaboratif
b.
Urutan pemilihan belajar
c.
Rangkuman
d.
Sintesis
e.
Analogi
16. Menurut
Landa, ada dua macam proses berpikir, yakni . . . .
a.
Algoritmik
dan heuristik
b. Normatif
dan algoritmik
c. Heuristik
dan normatif
d. Algoritmik
dan normatif
e. Algoritmik
17. Teori
belajar pengolahan informasi termasuk dalam teori . . . .
a. Heuristik
b. Normatif
c. Pragmatif
d. Representatif
e.
Kognitif
18. Teori belajar pemrosesan informasi
lebih mendeskripsikan pada tindakan . . .
a. Berkhayal
b. BerpikirBelajar
c. Belajar
d. Berimajinasi
e. Bermain
19. Isi dari
proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan
suatu kejadian tertentu adalah . . . .
a. Konsep,
pikiran atau imajinasi
b. Konsep, teori atau informasi umum
c. Konsep,
teori atau imajinasi
d. Konsep,
pikiran atau imajinasi
e. Konsep,
pikiran atau informasi umum
20. Salah
satu kelebihan dari teori sibernetik adalah . . . .
a. Cara berfikir yang berorientasi pada
proses lebih kurang menonjol
b. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek
dinamis
c. Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap
d. Adanya keterarahan sebagian kegiatan
kepada tujuan yang ingin dicapai
e. Adanya transfer belajar pada
lingkungan ke sistem
21. Suatu
penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk
layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu
rancangan pembelajaran. Pengertian tersebut adalah pengertian mengenai assesmen
menurut . . . .
a.
Robert M Smith
b.
James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
c.
Bomstein dan Kazdin
d.
Lidz
e.
Selo Soemardjan
22. Proses
sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan
apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Teori ini dikemukakan oleh . . . .
a.
Robert M Smith
b.
James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
c.
Bomstein dan Kazdin
d.
Lidz
e.
Selo Soemardjan
23. Pengertian assesmen menurut Lidz
adalah . . . .
a.
Suatu penilaian yang komprehensif dan
melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil
keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak
sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
b.
Proses sistematika dalam mengumpulkan
data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang
dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan.
c.
Proses
pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi
gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan
kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
d. Suatu struktur representasi pengetahuan yang
telah
dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan.
e. Proses penyimpanan informasi
merupakan proses mengasimilasi
pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar
pengetahuan.
24. Dalam
rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan
layanan pembelajaran secara tepat. Pernyataan tersebut merupakan tujuan dari .
. . .
a.
Assesmen
b. Pembelajaran
c. Pemrosesan
informasi
d. Behavioristik
e. Bunner
25. Tujuan
assesmen menurut Robb adalah . . . .
a. Untuk
mencari dan mengidentifikasi anak
b.
Untuk membuat keputusan tentang pengadopsian anak
c. Untuk merancang individualisasi pendidikan
d.
Untuk memonitor kenakalan anak secara individu
e.
Untuk mengevaluasi kepasifan program
26. Terdapat 5
keperluan assesmen Menurut Salvia dan Yesseldyke, diantaranya adalah . . . .
a.
Pengamanan
b.
Penandatangan
c. Klasifikasi
d.
Perencanaan produksi
a.
Pemantauan kepasifan belajar anak
27.
Perbedaan antara asesmen pendidikan, asesmen medis,
asesmen sosiokultural dan asesmen psikologis bisa dilihat dari aspek-aspek . .
. .
a. Tujuannya, ruang lingkup dan asesornya
b.
Tujuannya, lingkungan hidup dan asesornya
c.
Tujuannya, lingkungan hidup dan memory
d.
Tujuannya, ruang lingkup dan memory
e.
Tujuannya, ruang lingkup dan memory
28.
Langkah-langkah assesmen adalah . . . .
a.
Pencarian informasi
b.
Identifikasi kesenjaan
c.
Analisis kerja
d.
Identifikasi masalah
e. Merumuskan masalah
29.
Identifikasi prioritas dan
tujuan merupakan . . . . assesmen.
a.
Tujuan
b.
Langkah-langkah
c.
Prioritas
d.
Tanggung jawab
e.
manfaat
30.
Yang termasuk dalam kekurangan teori sibernetik adalah
. . . .
a.
Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih
menonjol
b.
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
c.
Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.
Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang
ingin dicapai
e. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri
ESSAY
1.
Jelaskan 3 pengolahan data dalam ingatan pada teori
sibernetik ini !
Jawab : Proses
pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti dengan
penyimpanan informasi (storage), dan
diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan
dalam ingatan (retrieval).
2.
Mengapa teori sibernetik disebut sebagai
teori yang baru ?
Jawab
: Karena
teori ini berkembang seiring sejalan
dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
3.
Sebutkan kelebihan yang dimiliki oleh
teori sibernetik !
Jawab
: Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri dan Belajar sosial adalah belajar mengenai proses
belajar.
4.
Sebutkan 3 langkah aplikasi teori belajar sibernetik
yang anda ketahui !
Jawab : Langkah-langkahnya adalah :
1) Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran
2) Menentukan
materi pembelajaran
3) Mengkaji
sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
5.
Sebutkan dan jelaskan 3 komponen yang
dimiliki oleh teori pemrosesan informasi !
Jawab
: 3 komponen
tersebut adalah :
d)
Sensory
Receptor (SR). SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
e)
Working
Memory (WM). WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
f)
Long Term
Memory (LTM). LTM diasumsikan :
·
Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh
individu.
·
Mempunyai kapasitas tidak terbatas.
·
Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan
pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan
atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar