Senin, 18 Juni 2012

Teori sibernetik


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan. Kualitas pendidikan bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu.
Apabila dilihat dari tujuan akhir pendidikan nasional secara umum adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pendidikan dan pembelajaran yang efisien dan efektif. Banyak faktor yang berpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu diantaranya adalah teknologi yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Adanya beberapa teori belajar dalam belajar dan pembelajaran. Salah satunya adalah teori sibernetik. Teori sibernetik ini adalah teori yang terbaru dari teori-teori lainnya. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemprosesan informasi. Proses memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah system informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala siruasi.karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Dengan teori sibernetik ini dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci. Namun dari kelebihan itu semua, teori sibernetik mempunyai kele-mahan yaitu kurang memperhatikan akan proses belajar.         
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik.
Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran berhasil dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat deskriptif. Teori ini memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan belajar. Teori belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori belajar sibernatik.
Semua teori belajar tersebut memiliki aplikasi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan teori belajar sibernatik sebagaiman akan dipaparkan oleh penyusun dalam makalah ini.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik, aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran.           .

1.2  Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Teori Sibernetik.
2.      Untuk mengetahui Penerapan Teori Sibernetik dalam Pengajaran.
3.      Untuk mengetahui Penerapan dalam Kurikulum.
4.      Untuk mengetahui Tujuan dalam Pembelajaran.
5.      Untuk mengetahui Sistem Assesmen dalam Teori Sibernetik.
1.3  Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat dalam penyusunan makalah ini adalah :
1.      Dapat menambah wawasan kita mengenai teori sibernetik
2.      Dapat menambah wawasan dalam menerapkan teori sibernetik pada sistem pengajaran.
3.      Dapat dijadikan sebagai modal kita ketika menjadi tenaga pendidik nanti (guru).
4.      Dapat membantu kita dalam menerapkan sistem dari teori sibernetik ini pada kurikulum.
5.      Dapat mengetahui sistem assesmen (penilaian) pada sistem ini.





BAB II
URAIAN MATERI
2.1    Pengertian Teori Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif paling baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah “sistem informasi” yang diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Teori sibernetik merupakan salah satu teori belajar. Pengertian teori sibernetik sendiri adalah teori belajar yang mengutamakan proses informasi. Teori sibernetik mempunyai persamaan dengan teori kognitif yaitu lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Hanya saja sistem informasi yang akan dipelajari siswa lebih dipentingkan.
Menurut teori sibernetik tidak ada cara belajar yang sempurna untuk segala kondisi karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Ada tiga tahap proses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa yang lain melalui proses belajar yang lain.
Tahap sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term memory), dan sebagainya, yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Kita lihat pengaruh aliran Neurobiologis sangat terasa di sini. Namun, menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui.
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswa tipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.


2.2    Penerapan Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dalam mengorganisasikan pembelajaran perlu dipertimbangkan ada tidaknya prasyarat belajar untuk suatu kapabilitas, apakah siswa telah memiliki prasyarat belajar yang diperlukan. Ada prasyarat belajar utama yang harus dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar pendukung yang dapat memudahkan siswa.
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi, yaitu:
1)        Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2)        Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3)        Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4)        Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5)        Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6)        Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7)        Balikan informasi memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Dengan demikian aplikasi teori sibernetik ini dalam kegiatan pembelajaran akan mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2)        Menentukan materi pembelajaran.
3)        Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
4)        Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
5)        Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6)        Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Teori sibernetik merupakan teori belajar yang masih baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemrosesan
informasi. Teori sibernetik lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.
Proses belajar menurut teori sibernetik akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari itu atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah yang lebih teknis yaitu sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya.
Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk "terbuka" dan memberi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu.
Namun, untuk memahami makna suatu konsep yang luas dan banyak memiliki interpretasi (misalnya konsep "burung"), maka akan lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang "menyebar" (heuristik), dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis, dan linier.
Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan di dalam LTM dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasi pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan.
Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak diperoleh dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci.
Berpijak pada kajian di atas, Reigeluth, Bunderson dan Merril (1977) mengembangkan suatu strategi penataan isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat bidang masalah, yaitu: pemilihan (selection ), penataan urutan (sequencing), rangkuman (summary), dan sintesis (synthesizing).
Ada tujuh komponen strategis teori elaborasi yang dikembangkan oleh Reigeluth dan Stein yang berpijak pada kajian teori tentang teori pemrosesan informasi, yaitu: 1) urutan elaboratif, 2) urutan persyaratan belajar, 3) rangkuman, 4) sintesis, 5) analogi, 6) pengaktif strategi kognitif, dan 7) kontrol belajar.
Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir. Pertama, disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Jenis kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus (Budiningsih, 2002:81).
Ahli lain yang pemikirannya beraliran sibernetik adalah Pask dan Scott. Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Pask dan Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau wholist, dan tipe serial atau serialist. Mereka mengatakan bahwa siswa yang bertipe wholist cenderung mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus, sedangkan siswa dengan tipe serialist dalam berpikir akan menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.
Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.          
Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah (Suciati,2001:34) :
a.         Menarik perhatian
b.        Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
c.         Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
d.        Menyajikan bahan peransang
e.         Memberikan bimbingan belajar
f.         Mendorong unjuk kerja
g.        Memberikan balikan informative
h.        Menilai unjuk kerja
i.          Meningkatkan retensi dan alih belajar.
A.      Kelebihan Teori Sibernetik
Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebetulnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Isi dari proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
Hasil dari proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Secara rinci dapat di bagi menjadi :
a.         Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
b.         Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
c.         Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
d.        Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
e.         Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
f.          Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
g.         Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
B.       Kekurangan Teori Sibernetik  
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan.
Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.
Pada akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan dan kelemhana-kelemahannya sendiri yang harus kita ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
Teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar. Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya, diantaranya :
a.         Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
b.        Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2.3    Penerapan Dalam Kurikulum
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2)        Menentukan materi pembelajaran
3)        Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4)        Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
5)        Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6)        Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
2.4    Tujuan Dalam Pembelajaran
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah system informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh dengan beberapa teori, diantaranya:
1)        Teori pemrosesan informasi
Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Ketiga komponen itu adalah:
a)         Sensory Receptor (SR). SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
b)        Working Memory (WM). WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah : 1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya pengulangan (rehearsal). 2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik dalam bentuk verbal, visua, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
c)         Long Term Memory (LTM). LTM diasumsikan :
·           Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu.
·           Mempunyai kapasitas tidak terbatas.
·           Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
2)        Teori belajar menurut Landa
Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:
a)         Proses berpikir algoritmik, Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus, menuju ke satu target tujuan tertentu.
b)        Proses berpikir heuristik, Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui cirri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, sedangkan materi pelajaran lainnya akanlebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.

3)        Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:
a)         Cara berpikir serialis.
Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu berpikir menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.
b)        Cara berpikir menyeluruh atau wholist.
Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke hal yang lebih khusus.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.
Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan memori kerja tersebut dapat diatur sesuai dengan:
a.         Kapabilitas belajar.
b.        Peristiwa pembelajaran.
c.         Pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.

2.5    Sistem Assesmen
A.      Pengertian Assesmen menurut para ahli
1)        Menurut Robert M Smith (2002)
Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
2)        Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
3)        Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
·           Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
·           Memilih dan mendesain program treatmen
·           Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
·           Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
4)        Menurut Lidz (2003)
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
B.       Tujuan Assesmen
Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat.
1)        Menurut Robb
·            Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
·            Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
·            Untuk merancang individualisasi pendidikan
·            Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
·            Untuk mengevaluasi kefektifan program.
2)        Menurut Sumardi & Sunaryo (2006)
·            Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini.
·            Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak.
·            Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.
3)        Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikuti Lerner (1988: 54), assesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
·            Penyaringan (screening)
·            Pengalihtanganan (referal)
·            Klasifikasi (classification)
·            Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
·            Pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Berdasarkan hasil kajian dari teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa : “Asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan / intervensi secara tepat.
·           Ruang Lingkup
·           Motorik
·           Kognitif
·           Emosi
·           Perilaku adaptif
·           Bahasa
*        Masalah-masalah Akademik       
Perbedaan antara asesmen pendidikan, asesmen medis, asesmen sosiokultural dan asesmen psikologis bisa dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut :
  • Tujuannya
  • Ruang lingkup
  • Asesornya.
Untuk mengadakan asesmen bagi ABK tidak bisa hanya satu asesmen, tetapi harus lengkap agar informasi yang diperoleh tentang anak ABK dapat diketahui dengan lengkap, baik informasi pendidikan, informasi medis, informasi sosiokultural ataupun informasi psikologis anak tersebut dan selanjutnya dapat memudahkan dalam membuat program pembelajaran bagi anak tersebut
C.      Langkah-Langkah Asessment
a)         Pengumpulan informasi.
b)        Identifikasi kesenjangan.
c)         Analisis performance.
d)        Identifikasi hambatan dan sumber.
e)         Identifikasi karakteristik siswa.
f)         Identifikasi prioritas dan tujuan.
g)        Merumuskan masalah
D.      Assesmen dalam program pendidikan dan sosial
Assessment adalah analisis formal yang menunjukkan dan mendokumen-tasikan gaps antara akibat sekarang dan akibat yang diinginkan. Menurut Kaufman and English, internal needs assessment adalah gap analisis yang memungkinkan investigasi dan determinasi need agar lebih rinci terhadap lingkup sponsoring organisasi terhadap asesmen. External needs assessment adalah gap analisis yang membutuhkan dasar yang membawahi perencanaan dan pencapaian untuk masa yang akan datang. Fokus dari asesmen adalah individual dan organisasi.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Teori ini mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari.
Oleh sebab itu, teori sibernatik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh aliran teori sibernetik antara lain Landa, Pask dan Scott berdasarkan konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe serialist dan whoslist.
Selanjutnya, teori sibernatik dipertegas melalui aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Ada tiga tahap proses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya "lupa". Ketiga kom-ponen tersebut adalah sensory receptor, long term memory, dan working memory. 
Ada Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah (Suciati,2001:34), yakni : 1) Menarik perhatian, 2) Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, 3) Merangsang ingatan pada pra syarat belajar, 4) Menyajikan bahan perangsang, 5) Memberikan bimbingan belajar, 6) Mendorong unjuk kerja, 7) Memberikan balikan informative, 8) Menilai unjuk kerja, 9) Meningkatkan retensi dan alih belajar.
Kelebihan yang dimiliki Teori Sibernetik ini adalah : 1) Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol, 2) Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, 3) Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap, 4) Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai, 5) Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya, 6) Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu, 7) Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Adapun kekurangan dari teori sibernetik ini adalah teori ini lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar. Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya sehingga 1) Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri, 2) Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
3.2  Saran                                                                                              
Dengan disajikannya makalah ini penulis telah berusaha dengan sebaik & semaksimal mungkin dalam proses pembuatannya, namun penulis juga sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan keritik dan sarannya yang bersifat membangun. Dengan tujuan untuk lebih baik lagi dimasa yang akan datang.













EVALUASI

OBJEKTIF
1.        Salah satu teori yang paling baru dalam pembelajaran adalah . . . .
a.       Teori behavioristik
b.      Teori sibernetik
c.       Teori motivasi
d.      Teori burnner
e.       Teori kecerdasan majemuk
2.        Belajar adalah pengolahan informasi. Pengertian tersebut merupakan pengertian dari teori . . . .
a.      Teori sibernetik
b.      Teori behavioristik
c.       Teori burnner
d.      Teori motivasi
e.       Teori kecerdasan majemuk
3.        Yang termasuk dalam 3 tahap proses pengolahan informasi dalam ingatan di bawah ini adalah . . . .
a.       Recording, strong dan interval
b.      Enconding, strong dan received
c.       Storage, received dan retrieval
d.      Enconding, strong dan retrieval
e.       Enconding, storage dan retrieval

4.        Pandangan teori sibernetik terhadapa manusia adalah sebagai . . . .
a.       Pencari informasi
b.      Pengrusak informasi
c.       Pengolah informasi
d.      Pembagi informasi
e.       Perawat informasi
5.        Menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan se-optimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tetapi juga . . . .
a.       Hidup mandiri harus kita perhatikan biar bias belajar dengan baik dan meraih sukses
b.      Mencari ilmu juga harus diutamakan dalam proses belajar
c.       Membaca yang perlu dikerjakan dalam teori ini
d.      Lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu diketahui
e.       Santai dalam mencari informasi
6.        Dibawah ini yang bukan keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi, yaitu . . . .
a.       Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
b.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek dinamis
c.       Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.      Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
e.       Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu

7.        Yang termasuk dalam langkah aplikasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran adalah . . . .
a.       Menentukan langkah-langkah pembelajaran
b.      Menentukan materi pembelajaran
c.       Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
d.      Menentukan pendekatan belajar yang tidak sesuai dengan sistem informasi tersebut
e.       Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang seharusnya tidak sesuai dengan sistem informasinya
8.        Dalam penyajian materi pada teori sibernetik ini, langkah yang tepat untuk dilakukan adalah . . . .
a.       "terbuka" dan mebatasi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir
b.      “terbuka” dan membatasi siswa dalam berimajinasi
c.       “tertutup” dan memberi keleluasaan siswa untuk berpikir
d.      “tertutup” dan membatasi siswa dalam berimajinasi
e.       “terbuka” dan memberi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir
9.        Untuk memahami makna suatu konsep yang luas, maka para siswa dibimbing ke arah yang . . . .
a.      Heuristik
b.      Normatif
c.       Pragmatif
d.      Representatif
e.       Akumulatif
10.    Suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan. Teori ini dikemukakan oleh . . . .
a.       Tennyson
b.      Howard
c.       Ausubel
d.      Reigeluth dan Stein
e.       Reigeluth, Bunderson dan Merril
11.    Proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasi pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan. Teori tersebut telah dikemukakan oleh . . . .
a.      Tennyson
b.      Howard
c.       Ausubel
d.      Reigeluth dan Stein
e.       Reigeluth, Bunderson dan Merril
12.    Seorang tokoh yang bernama Ausubel telah mengemukakan teorinya sejalan dengan teori sibernetik ini, yang berbunyi . . . .
a.       Suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan
b.      Proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasi pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan
c.       Perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu
d.      Pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis
e.       Proses pemrosesan informasi ini dapat menambah kreativitas siswa dalam berimajinasi
13.    Reigeluth dan Stein pernah mengemukakan teori yang berhubungan dengan pemrosesan teori ini yang teori tersebut berbunyi . . . .
a.       Suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan
b.      Proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasi pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan
c.       Perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu
d.      Pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis
e.       Proses pemrosesan informasi ini dapat menambah kreativitas siswa dalam berimajinasi
14.    Pada tahun 1997 Reigeluth, Bunderson dan Merril mengembangkan suatu strategi penataan isi atau materi pelajaran yang berurusan dengan empat bidang masalah. Yang bukan termasuk dari empat bidang masalah tadi adalah . . . .
a.        Pemilihan (selection )
b.      Penataan urutan (sequencing)
c.       Rangkuman (summary)
d.      Sintesis (synthesizing)
e.       Pencarian (Searching)
15.    Di bawah ini yang bukan komponen strategis teori elaborasi yang dikembangkan oleh Reigeluth dan Stein adalah . . . .
a.       Urutan elaboratif
b.      Urutan pemilihan belajar
c.       Rangkuman
d.      Sintesis
e.       Analogi
16.    Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir, yakni . . . .
a.      Algoritmik dan heuristik
b.      Normatif dan algoritmik
c.       Heuristik dan normatif
d.      Algoritmik dan normatif
e.       Algoritmik
17.    Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam teori . . . .
a.       Heuristik
b.      Normatif
c.       Pragmatif
d.      Representatif
e.       Kognitif
18.    Teori belajar pemrosesan informasi lebih mendeskripsikan pada tindakan . . .
a.       Berkhayal
b.      BerpikirBelajar
c.       Belajar
d.      Berimajinasi
e.       Bermain
19.    Isi dari proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian tertentu adalah . . . .
a.       Konsep, pikiran atau imajinasi
b.      Konsep, teori atau informasi umum
c.       Konsep, teori atau imajinasi
d.      Konsep, pikiran atau imajinasi
e.       Konsep, pikiran atau informasi umum
20.    Salah satu kelebihan dari teori sibernetik adalah . . . .
a.       Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih kurang menonjol
b.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek dinamis
c.       Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.      Adanya keterarahan sebagian kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai
e.       Adanya transfer belajar pada lingkungan ke sistem
21.    Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Pengertian tersebut adalah pengertian mengenai assesmen menurut . . . .
a.       Robert M Smith
b.      James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
c.       Bomstein dan Kazdin
d.      Lidz
e.       Selo Soemardjan
22.    Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Teori ini dikemukakan oleh . . . .
a.       Robert M Smith
b.      James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
c.       Bomstein dan Kazdin
d.      Lidz
e.       Selo Soemardjan
23.    Pengertian assesmen menurut Lidz adalah . . . .
a.       Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
b.      Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
c.       Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
d.      Suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan.
e.       Proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasi pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan.
24.    Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat. Pernyataan tersebut merupakan tujuan dari . . . .
a.      Assesmen
b.      Pembelajaran
c.       Pemrosesan informasi
d.      Behavioristik
e.       Bunner
25.    Tujuan assesmen menurut Robb adalah . . . .
a.       Untuk mencari dan mengidentifikasi anak
b.      Untuk membuat keputusan tentang pengadopsian anak
c.       Untuk merancang individualisasi pendidikan
d.      Untuk memonitor kenakalan anak secara individu
e.       Untuk mengevaluasi kepasifan program
26.    Terdapat 5 keperluan assesmen Menurut Salvia dan Yesseldyke, diantaranya adalah . . . .
a.       Pengamanan
b.      Penandatangan
c.       Klasifikasi
d.      Perencanaan produksi
a.       Pemantauan kepasifan belajar anak
27.    Perbedaan antara asesmen pendidikan, asesmen medis, asesmen sosiokultural dan asesmen psikologis bisa dilihat dari aspek-aspek . . . .
a.      Tujuannya, ruang lingkup dan asesornya
b.      Tujuannya, lingkungan hidup dan asesornya
c.       Tujuannya, lingkungan hidup dan memory
d.      Tujuannya, ruang lingkup dan memory
e.       Tujuannya, ruang lingkup dan memory
28.    Langkah-langkah assesmen adalah . . . .
a.       Pencarian informasi
b.      Identifikasi kesenjaan
c.       Analisis kerja
d.      Identifikasi masalah
e.       Merumuskan masalah
29.    Identifikasi prioritas dan tujuan merupakan . . . . assesmen.
a.       Tujuan
b.      Langkah-langkah
c.       Prioritas
d.      Tanggung jawab
e.       manfaat
30.    Yang termasuk dalam kekurangan teori sibernetik adalah . . . .
a.       Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
b.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
c.       Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.      Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai
e.       Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri

ESSAY
1.        Jelaskan 3 pengolahan data dalam ingatan pada teori sibernetik ini !
Jawab : Proses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
2.        Mengapa teori sibernetik disebut sebagai teori yang baru ?
Jawab : Karena teori ini berkembang seiring sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
3.        Sebutkan kelebihan yang dimiliki oleh teori sibernetik !
Jawab :   Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri dan Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
4.        Sebutkan 3 langkah aplikasi teori belajar sibernetik yang anda ketahui !
Jawab :   Langkah-langkahnya adalah :
1)      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2)      Menentukan materi pembelajaran
3)      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
5.        Sebutkan dan jelaskan 3 komponen yang dimiliki oleh teori pemrosesan informasi !
Jawab :   3 komponen tersebut adalah :
d)       Sensory Receptor (SR). SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
e)        Working Memory (WM). WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
f)         Long Term Memory (LTM). LTM diasumsikan :
·         Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu.
·         Mempunyai kapasitas tidak terbatas.
·         Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar