Senin, 18 Juni 2012

Kecerdasan Majemuk


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Oleh karenanya program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara optimal potensi yang ada pada dirinya. Barangkali rendahnya mutu keluaran persekolahan yang dirasakan saat ini
sebagai akibat penanganan salah yang telah dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini sehingga kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Ada suatu konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapai akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa yunani berarti nous, sedangkan penggunaan kekuatan termaksud disebut adalah noesis.
Kedua istilah tersebut kemudian dalam bahasa latin dikenal sebagai intellectus dan intelligentia. Selanjutnya, dalam bahasa inggris masing-masing diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence transisi bahasa tersebut, ternyata membawa perubahan makna yang mencolok. Intelligence, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut inteligensi (kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektualsecara nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain.
Begitupula Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard.


1.2              Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi umum teori kecerdasan majemuk ?
2. Bagaimana penerapan teori kecerdasan majemuk ?
3. Bagaimana penerapannya dalam kurikulum  ?
4. Apakah tujuan dari teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran?
5. Bagaimana system assimennya?
1.3              Tujuan
1.      Mengetahui dekripsi umum teori kecerdasan majemuk.
2.      Mengetahui penerapan teori kecerdasan majemuk.
3.      Mengetahui penerapan dalam kurikulum.
4.      Mengetahui tujuan dari teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran.
5.      Mengetahui system assismennya.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Intelegensi/kecerdasan itu ialah faktor total, berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan  di dalamnya (ingatan ,fantasi, perasaan, minat dan sebagainya turut mempengaruhi seseorang). Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Intelegensinya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui kelakuan intelegensinya.
Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya satu kecerdasan saja tetapi dengan tidak disengaja seseorang tersebut memiliki beberapa keceradasan atau yang disebut kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda.

2.2       Teori Kecerdasan Majemuk
Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Pada awal penelitiannya Gardner hanya mengidentifikasi tujuh tipe kecerdasan yaitu linguistic intelligence atau kecerdasan linguistik (bahasa), musical intelligence atau kecerdasan musikal, logical/matematical intelligence atau kecerdasan matematislogis, visual/spatial intelligence atau kecerdasan ruang-visual, Body/kinestic intelligence atau kecerdasan kinestetik badani, intrapersonal intelligence atau kecerdasan intrapersonal, interpersonal intelligence atau kecerdasan interpersonal.
Dalam perkembangan penelitian selanjutnya, beliau menambahkan satu intelegensi lagi yaitu spiritual intelligence atau kecerdasan spiritual sehingga ada delapan jenis intelegensi yang secara bersama terdapat dalam diri anak-anak dan orang dewasa.
Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala,2005:84) memaparkan 8 (delapan) kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual.
Penjelasan bentuk kecerdasan, dan kaitan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut, antara lain sebagai berikut:
1.      Kecerdasan Verbal (Bahasa)
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.
2.      Kecerdasan Logika/Matematika
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya.
Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.
Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika. Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh-tokoh yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.
3.      Kecerdasan Spasial/Visual
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.
Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual. Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek. Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.
4.      Kecerdasan Tubuh/Kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.
Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama. Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.


5.      Kecerdasan Musical/Ritmik
Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak. Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh-tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.
Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas-tugas ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi. Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh-tokoh sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
8.      Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita. Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.
Kriteria- krtiteria kecerdasan majemuk yang digunakan untuk menentukan apakah kemampuan merupakan suatu kecerdasan
Gardner menjelaskan bahwa kemampuan-kemampuan yang terkait dalam kecerdasan majemuk (multiple intelligence) telah memenuhi delapan kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu kemampuan merupakan suatu kecerdasan. Kedelapan criteria tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Terisolasi dalam bagian otak tertentu Sembilan kecerdasan ini masing masing berkaitan dengan bagian otak tertentu. Misalnya, kecerdasan musikal ada pada bagian otak lobes temporal kanan. Sehingga jika terjadi kerusakan pada otak bagian kanan, maka hanya kecerdasan musikal yang terganggu.
2)      Kemampuan itu independen Kecerdasan dalam diri seseorang saling independen, tidak terkait secara ketat, sehingga dapat dianggap sebagai kecerdasan yang berdiri sendiri. Misalnya, pada kasus orang yang mempunyai kemampuan yang  tinggi pada hal tertentu tapi lemah pada kemampuan yang lain. Seperti pada orang autis.
3)      Memuat satuan operasi khusus Setiap kecerdasan mengandung keterampilan operasi tertentu yang berbeda antara kecerdasan satu dengan yang lain dan dengan keterampilan itu seseorang dapat mengekspresikan kemampuannya dalam menghadapi masalah. Misalnya, kecerdasan musikal mempunyai kepekaan terhadap intonasi dan ritme sehingga orang dapat menangkap musik dengan cepat dan baik.
4)      Mempunyai sejarah perkembangan sendiri Setiap kecerdasan mempunyai sejarah perkembangan sendiri, mempunyai waktunya sendiri dalam berkembang, menuju puncak lalu akan turun. Misalnya, Mohammad Ali dengan kecerdasan kinestetisbadani pada masa jayanya menjadi jago tinju profesional.
5)      Berkaitan dengan sejarah evolusi zaman dulu Setiap kecerdasan memiliki sejarah evolusi yang sejalan dengan perkembangan otak manusia purba dan makhluk lain yang berkaitan. Misalnya, kecerdasan matematis-logis dapat dilihat dari sistem bilangan kuno dan sistem kalender yang ditentukan.
6)      Dukungan psikologi eksperimental Orang yang kuat dalam bermain musik belum tentu kuat dalam matematis-logis, orang yang mudah mengenal suara orang tapi belum  tentu mudah mengenal wajah orang dan sebagainya. Dari sini terlihat bahwa transfer dari satu kecerdasan ke kecerdasan lain sering tidak bisa, sehingga kerja kecerdasan saling terisolasi.
7)      Dukungan dari penemuan psikomotorik Tes psikologis berstandar seperti Wechsler Intelligence Scale for Children yang mengandung tes kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang visual dan kinestetis badani merupakan salah satu bukti bahwa kecerdasan yang ditemukan Gardner memang benar.
8)      Dapat disimbolkan Setiap kecerdasan dapat disimbolkan dalam sistem notasi yang berbeda dan khas. Misalnya, kecerdasan linguistik dengan bahasa fonetik, kecerdasan matematis-logis dengan bahasa komputer, kecerdasan ruangvisual dengan bahasa ideografik, kecerdasan kinestetis-badani dengan bahasa tanda, dan kecerdasan interpersonal dengan bahasa wajah dan isyarat.

2.3        Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran
Dalam mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk di sekolah, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu: masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum, fasilitas pembelajaran dan sistem penilaian. Strategi pembelajaran kecerdasan majemuk bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. Strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan :
Ø  Membangun/memicu kecerdasan
Ø  Memperkuat kecerdasan
Ø  Mengajarkan dengan/untuk kecerdasan
Ø  Mentransfer kecerdasan
Dalam sebuah pembelajaran yang dikakuan di bangku pendidikan terdapat sejumlah cara atau metode penerapan yang dapat dilakuakan agar kecerdasan yang dimiliki peserta didik dapat berkembang dan juga dapat meningkatkan kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan yang spesifik yaitu:
1.      Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
2.      Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu seringlah berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.
3.      Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.
4.      Kecerdasan musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
5.      Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan cara bergabung dan berlatih berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya khas, cobalah kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
6.      Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).
7.      Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
8.      Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acaraacara mengenai program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk tidak merusak lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunga yang sedang tumbuh. Tabel berikut (Tabel. 1.) menggambarkan tentang kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat dimati dan metode belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan.

2.4       Penerapan Kecerdasan Majemuk dalam Kurikulum
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia saat ini menandakan bahwa pemerintah telah mulai memikirkan kaitan antara pengetahuan yang diperoleh siswa di sekolah dengan jenis pengetahuan yang diperlukan di tempat kerja dan dalam kehidupan pribadi. Namun lembaga sekolah cenderung lebih menonjolkan disiplin, kode etik, sistem penilaian dan harapan terhadap siswa, serta fokus perhatian sekolah hanya pada kecerdasan bahasa dan logika akademik saja, sehingga kurang memperhatikan pada apa yang diperlukan untuk mampu bertahan dan sukses dalam lingkungan sekolah secara umum.
Masalah yang timbul di dalam lingkungan sekolah adalah menemukan bentuk pengajaran yang tepat, membantu siswa dalam memilih karir, mengaitkan pengajaran dengan manifestasi perubahan kecerdasan sepanjang tahapan perkembangan siswa, dan menciptakan lingkungan pengajaran yang tidak membatasi pilihan atau menghambat ekspresi diri siswa. Menurut teori kecerdasan majemuk, kecerdasan manusia terdiri dari delapan kecerdasan, yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Asumsi fundamental teori ini adalah bahwa orang paling baik belajar bila informasi disajikan dalam konteks yang kaya dan sulit untuk mencegah terjadinya pengalihan perhatian dari pelajaran bila terjadi masalah yang muncul secara tidak terduga dalam perjalanan karya atau kehidupan di sekolah.
Paradigma baru yang ditawarkan teori ini adalah bahwa tidak ada siswa yang bodoh dan guru memandang siswa sebagai manusia yang berpotensi untuk berkembang, guru dapat memiliki setidaknya delapan cara mengajar yang bertumpu pada delapan kecerdasan, sehingga guru tidak kehabisan ide untuk menciptakan hal baru di kelas dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. contohnya guru yang mengajar di SMUN 81 kelas akselerasi karena mereka menghadapi masalah yang cukup kompleks, yaitu menangani siswa remaja yang cara berpikirnya mulai kompleks, independen, memiliki minat yang beragam dan gaya belajar sendiri-sendiri. Selain itu tuntutan mengajar di kelas akselerasi menyebabkan guru sulit menerapkan metode belajar mandiri kepada siswa, memilih materi inti yang harus diajarkan, membagi waktu antara tugas mengajar dan tugas lain di luar mengajar. Sedangkan siswa mengharapkan guru memberikan variasi dalam mengajar agar tidak membosankan, menerangkan intisari pelajaran dan memberikan contoh aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Keunggulan metode pengajaran dengan teori kecerdasan majemuk, mengenal teori kecerdasan majemuk, menilai kecerdasan majemuk pada diri sendiri dan pada siswa, metode pengajaran dengan teori kecerdasan majemuk, penilaian hasil belajar dengan teori kecerdasan majemuk, dan menyusun rencana kegiatan belajar-mengajar. Pelatihan diberikan dengan beberapa metode seperti ceramah, diskusi, curah gagasan, tanya jawab dan tugas individual. Rencana pelatihan diselenggarakan selama empat hari. Evaluasi dianalisa dengan menggunakan skor rata-rata dan persentase.

2.5       Tujuan Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.
 Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik pula dapat dikenali dari ciri-ciri keberbakatan peserta didik.
A.        Ciri-Ciri Keberbakatan peserta didik
Untuk menyelesaikan pendidikan di persekolahan, peserta didik diharuskan menempuh sejumlah mata pelajaran yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, dan Bahasa. Selain itu peserta didik juga harus menempuh beberapa mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik, berpikir abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang secara vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat kegiatan fisik.
Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan bakat dan minat masing masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain. sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
Munandar (1992) dalam Hamzah B. Uno (2009). mengungkapkan ciri-ciri peserta didik berbakat sebagai berikut :
1.            Memiliki Intelektual/belajar
a.       mudah menangkap pelajaran
b.      mudah mengingat kembali
c.       memiliki perbendaharaan kata yang luas
d.      penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat)
e.       daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan)
f.       menguasai banyak bahan tentang macam-macam topic
g.      senang dan sering membaca
h.      mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan/tertulis dengan lancar dan jelas
i.        mampu mengamati secara cermat
j.        senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi
k.      cepat memecahkan soal
l.        cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan
m.    cepat menemukan asas dalam suatu uraian
n.      mampu membaca pada usia lebih muda
o.      daya abstraksi cukup tinggi
p.      selalu sibuk menangani berbagai hal
2.      Memiliki kreativitas
a.       memiliki rasa ingin tahu yang besar
b.      sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
c.       memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
d.      mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
e.       mempunyai/menghargai rasa keindahan
f.       mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
g.      memiliki rasa humor tinggi
h.      mempunyai daya imajinasi yang kuat
i.        mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil)
j.        dapat bekerja sendiri
k.      senang mencoba hal-hal baru
l.        mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
3.      Memiliki motivasi
a.       tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai)
b.      ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c.       tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
d.      ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan
e.       selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)
f.       menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya)
g.      senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut)
h.      mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian)
i.        senang mencari dan memecahkan soal-soal

2.6              Sistem Assessmen Teori Kecerdasan Mejemuk
Potensi peserta didik dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual pada peserta didik. Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu dengan menggunakan data objektif dan data subjektif. Identifikasi melalui penggunaan data objektif diperoleh melalui antara lain :
a.       skor tes inteligensi individual
b.      skor tes inteligensi kelompok
c.       skor tes akademik
d.      skor tes kreativitas
Sedangkan identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari :
a.       ceklis perilaku
b.      nominasi oleh guru
c.       nominasi oleh orang tua
d.      nominasi oleh teman sebaya dan
e.       nominasi oleh diri sendiri
Untuk melakukan identifikasi dengan menggunakan data objektif seperti tes inteligensi individual, tes inteligensi kelompok, tes akademik dan tes kreativitas, biasanya dilakukan oleh lembaga khusus yang bergerak dalam bidang psikologi, misalnya Program Studi Psikologi maupun Kantor Konsultan Psikologi. Sedangkan untuk memperoleh skor tes akademik, sekolah dapat melakukannya sendiri.
Biasanya prestasi akademik yang dilihat dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata pelajaran : Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data subjektif, sekolah dapat mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan ciri (indikator) keberbakatan yang terkait.
Laporan hasil penjaringan potensi peserta didik dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling, terutama dalam program pelayanan bimbingan belajar dan bimbingan karir. Program bimbingan belajar terutama diberikan kepada peserta didik yang mempunyai prestasi dibawah rata-rata agar dapat memperoleh prestasi yang lebih tinggi. Program bimbingan karir diberikan kepada semua peserta didik dalam rangka mempersiapkan mereka untuk melanjutkan studi dan menyiapkan karirnya.
Penilaian kecerdasan majemuk dapat pula dilakukan dengan menggunakan dua macam skala atau alat pengukuran intelegensi ganda yang dapat digunakan secara parallel atau sendiri-sendiri atau dapat disebut dengan Multiple Intelligences Scale (MIS).
Dalam penelitian ini menggunakan Skala A karena skala yang dibutuhkan skala besar. Masing-masing alat pengukuran memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu mengetahui tingkat masing-masing kecerdasan dalam multiple intelegence. Namun demikian yang membedakan adalah :
a.       Skala A lebih sesuai ditujukan untuk orang dewasa karena dibutuhkan lebih banyak kemampuan untuk membuat urutan dan prioritas. Namun demikian, jika anak-anak mampu mengerjakannya maka hal itu tidak menjadi suatu kendala.
b.      Skala B lebih sesuai untuk anak-anak, siswa, atau remaja karena sifatnya lebih sederhana-hanya menentukan satu diantara dua pilihan. Namun demikian, sekali lagi, skala ini juga dapat digunakan dari berbagai kalangan usia.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa hasil pengukuran Multiple Intelligences Scale ini bukanlah akhir dari segalanya. Tes ini hanyalah sebuah indikator sederhana yang memberikan gambaran tentang bagaimana seseorang dapat mengembangkan kecerdasannya lebih optimal. Hal ini memungkinkan seseorang melihat dari cara pandang yang baru. Setelah diketahui hasil dari tes ini, dapat dilihat multiple intelligence merupakan kecerdasan kolektif sebagai kapasitas seseorang, sebagai kesatuan sistem neurologis, biologis, kognitif, sensorik dan psikologis. Hal ini melebihi dan sangat berbeda dengan konsep IQ, yang hanya mengukur kemampuan berpikir logis, bahasa dan matematika.





















BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
Setiap individu memiliki potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi individu menjadi kompetensi.
1.     
Ø  Kinestetis tubuh
Ø  Interpersonal
Ø  Intrapersonal
Ø  Naturalis

 
Text Box: Ø Bahasa
Ø Matematis logis
Ø Spasial
Ø Musikal

Manusia, pada dasarnya, memiliki beberapa jenis kecerdasan yang menonjol. Howard Gardner, seorang pakar psikologi dari Harvard University, mengemukakan delapan jenis kecerdasan yang meliputi kecerdasan:




2.      Dalam mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk di sekolah, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu: masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum, fasilitas pembelajaran dan sistem penilaian.
Dalam sebuah pembelajaran yang dikakuan di bangku pendidikan terdapat juga sejumlah cara atau metode penerapan yang dapat dilakuakan agar kecerdasan yang dimiliki peserta didik dapat berkembang dan juga dapat meningkatkan kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan yang spesifik
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia cenderung lebih menonjolkan disiplin, kode etik, sistem penilaian dan harapan terhadap siswa, serta fokus perhatian sekolah hanya pada kecerdasan bahasa dan logika akademik saja, sehingga kurang memperhatikan pada apa yang diperlukan untuk mampu bertahan dan sukses dalam lingkungan sekolah secara umum.
Paradigma baru yang ditawarkan teori ini adalah bahwa guru memandang siswa sebagai manusia yang berpotensi untuk berkembang, guru dapat memiliki setidaknya delapan cara mengajar yang bertumpu pada delapan kecerdasan, sehingga guru tidak kehabisan ide untuk menciptakan hal baru di kelas dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
4.   Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.
5.   Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu dengan menggunakan data objektif dan data subjektif.
Penilaian kecerdasan majemuk dapat pula dilakukan dengan menggunakan dua macam skala atau alat pengukuran intelegensi ganda yang dapat digunakan secara parallel atau sendiri-sendiri atau dapat disebut dengan Multiple Intelligences Scale (MIS).


3.2       Saran
1.          Berdasarkan pembahasan yang telah diuarikan sebelumnya diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami dan mengerti kecerdasan majemuk.
2.          Diharapakan kepada pembaca dapat mengambil manfaat pada makalah dan dapat mengaplikasikan kepada anak-anak kita kelak akan berkeluarga.
3.         Kemudian kami pula selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembacara, berupa saran yang membangun agar dalam pembuatan makalah kedepan akan lebih berkembang menjadi yang lebih baik.















DAFTAR PUSTAKA

Anonim.   http://penerapan_kecerdasan_majemuk.com (diakses minggu, 26 Februari 2012)
Anonim. http://teori_kecerdasan_majemuk.com (diakses minggu, 26 Februari 2012)
Budianingsih, Asri. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk : Teori dalam Praktek. Alih bahasa : Arvin Saputra. Batam : Interaksara.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Shearer, C.B. (2004). Multiple Intelligences After 20 years. Teachers College Record, 106(1), 2 -16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar