BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu
proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki
oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan
dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas
pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai
individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi
sesuai dengan cita-citanya. Oleh karenanya program pendidikan dan pembelajaran
seperti yang berlangsung saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi
kepada invidu peserta didik.
Kenyataan
menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak
dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan
siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik
individu. Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami
oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak
memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses
pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap
kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak
memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara optimal potensi yang ada pada
dirinya. Barangkali rendahnya mutu keluaran persekolahan yang dirasakan saat
ini
sebagai
akibat penanganan salah yang telah dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini sehingga
kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak
dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Ada
suatu konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapai akal pikiran
manusia dengan gagasan abstrak yang universal, untuk dijadikan sumber tunggal
pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa yunani berarti nous,
sedangkan penggunaan kekuatan termaksud disebut adalah noesis.
Kedua
istilah tersebut kemudian dalam bahasa latin dikenal sebagai intellectus dan intelligentia. Selanjutnya, dalam bahasa inggris masing-masing
diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence transisi bahasa tersebut,
ternyata membawa perubahan makna yang mencolok. Intelligence, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut inteligensi
(kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektualsecara nyata,
tetapi kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain.
Begitupula
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang
relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan
bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan
paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM
didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang
berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari
karyanya di Universitas Harvard.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana deskripsi umum teori kecerdasan majemuk ?
2.
Bagaimana penerapan teori kecerdasan majemuk ?
3.
Bagaimana penerapannya dalam kurikulum ?
4.
Apakah tujuan dari teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran?
5.
Bagaimana system assimennya?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
dekripsi umum teori kecerdasan majemuk.
2. Mengetahui
penerapan teori kecerdasan majemuk.
3. Mengetahui
penerapan dalam kurikulum.
4. Mengetahui
tujuan dari teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran.
5. Mengetahui
system assismennya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kecerdasan
Majemuk
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik
yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan
berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan
tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Intelegensi/kecerdasan itu ialah faktor
total, berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan
,fantasi, perasaan, minat dan sebagainya turut mempengaruhi seseorang). Kita
hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak.
Intelegensinya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung melalui
kelakuan intelegensinya.
Kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang
tidak hanya satu kecerdasan saja tetapi dengan tidak disengaja seseorang
tersebut memiliki beberapa keceradasan atau yang disebut kecerdasan majemuk
atau kecerdasan ganda.
2.2 Teori Kecerdasan Majemuk
Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa
skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan
sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan
seseorang.
Pada awal penelitiannya Gardner hanya mengidentifikasi tujuh
tipe kecerdasan yaitu linguistic intelligence atau kecerdasan linguistik
(bahasa), musical intelligence atau kecerdasan musikal, logical/matematical
intelligence atau kecerdasan matematislogis, visual/spatial intelligence atau
kecerdasan ruang-visual, Body/kinestic intelligence atau kecerdasan kinestetik
badani, intrapersonal intelligence atau kecerdasan intrapersonal, interpersonal
intelligence atau kecerdasan interpersonal.
Dalam perkembangan penelitian selanjutnya,
beliau menambahkan satu intelegensi lagi yaitu spiritual intelligence atau
kecerdasan spiritual sehingga ada delapan jenis intelegensi yang secara bersama
terdapat dalam diri anak-anak dan orang dewasa.
Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala,2005:84)
memaparkan 8 (delapan)
kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematika,
kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan
musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
spiritual.
Penjelasan bentuk kecerdasan, dan kaitan dengan pelajaran
yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan
tersebut, antara lain
sebagai berikut:
1. Kecerdasan Verbal (Bahasa)
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk
menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam
berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta
didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan
kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa
seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara,
dan sebagainya.
Peserta didik seperti ini juga
cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang,
istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung
lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal
penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh
kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan
bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Berkaitan dengan pelajaran bahasa.
William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq
Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan
kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa,
sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.
2. Kecerdasan Logika/Matematika
Kecerdasan matematika-logika
menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan
deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola
angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi
kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi
berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan
kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya.
Peserta didik semacam ini cenderung menyukai
aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem
matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk
bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik
ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan
berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.
Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah
distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran
analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer
komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika. Berkaitan dengan pelajaran
matematika. Tokoh-tokoh yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal,
B.J. Habibie.
3. Kecerdasan Spasial/Visual
Kecerdasan visual-spasial
menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan
antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk
menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi
pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan
suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan
kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial
ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak
pada suatu kegiatan di kepramukaan.
Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji
mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga
dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual. Kecerdasan ini dapat ditemukan pada
pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek. Berhubungan dengan pelajaran
menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini,
misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.
4. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan
kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh
tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat
dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga,
seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula
dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau
unggul dalam bermain sulap.
Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan
antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2
seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan
drama. Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet),
Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan
ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.
5. Kecerdasan Musical/Ritmik
Kecerdasan musikal menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di
sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis
ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah
melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder,
radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga
lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila
dikaitkan dengan musik.
Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik
secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat
menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita,
menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak. Berkaitan dengan kegiatan
ekstrakurikuler. Tokoh-tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie
Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung
untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi
dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai
kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang
akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir,
menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari peserta didik yang
lain, dan sebagainya.
Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas-tugas ditempat kerja seperti negosiasi
dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn,
sosiologi. Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan
bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen,
motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan
kecerdasan ini untuk mengubah dunia.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung
mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya
sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri,
mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki
diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian,
merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan
mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita
sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan Berkaitan dengan jurusan psikologi
atau filsafat. Tokoh-tokoh sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan
ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
8. Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah
kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan
sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya. Kecerdasan spiritual merupakan
kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada
pada bagian yang paling dalam diri kita. Dengan beragamnya kecerdasan
manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok
dan sesuai bagi para siswanya.
Kriteria- krtiteria kecerdasan majemuk yang digunakan untuk
menentukan apakah kemampuan merupakan suatu kecerdasan
Gardner menjelaskan bahwa kemampuan-kemampuan yang terkait dalam
kecerdasan majemuk (multiple intelligence) telah memenuhi delapan kriteria yang
digunakan untuk menentukan apakah suatu kemampuan merupakan suatu kecerdasan.
Kedelapan criteria tersebut adalah sebagai berikut :
1) Terisolasi dalam bagian otak
tertentu Sembilan kecerdasan ini masing masing berkaitan dengan bagian otak
tertentu. Misalnya, kecerdasan musikal ada pada bagian otak lobes temporal
kanan. Sehingga jika terjadi kerusakan pada otak bagian kanan, maka hanya kecerdasan
musikal yang terganggu.
2) Kemampuan itu independen Kecerdasan
dalam diri seseorang saling independen, tidak terkait secara ketat, sehingga
dapat dianggap sebagai kecerdasan yang berdiri sendiri. Misalnya, pada kasus
orang yang mempunyai kemampuan yang tinggi
pada hal tertentu tapi lemah pada kemampuan yang lain. Seperti pada orang
autis.
3) Memuat satuan operasi khusus Setiap
kecerdasan mengandung keterampilan operasi tertentu yang berbeda antara
kecerdasan satu dengan yang lain dan dengan keterampilan itu seseorang dapat
mengekspresikan kemampuannya dalam menghadapi masalah. Misalnya, kecerdasan
musikal mempunyai kepekaan terhadap intonasi dan ritme sehingga orang dapat
menangkap musik dengan cepat dan baik.
4) Mempunyai sejarah perkembangan
sendiri Setiap kecerdasan mempunyai sejarah perkembangan sendiri, mempunyai
waktunya sendiri dalam berkembang, menuju puncak lalu akan turun. Misalnya,
Mohammad Ali dengan kecerdasan kinestetisbadani pada masa jayanya menjadi jago
tinju profesional.
5) Berkaitan dengan sejarah evolusi
zaman dulu Setiap kecerdasan memiliki sejarah evolusi yang sejalan dengan perkembangan
otak manusia purba dan makhluk lain yang berkaitan. Misalnya, kecerdasan
matematis-logis dapat dilihat dari sistem bilangan kuno dan sistem kalender
yang ditentukan.
6) Dukungan psikologi eksperimental Orang
yang kuat dalam bermain musik belum tentu kuat dalam matematis-logis, orang
yang mudah mengenal suara orang tapi belum
tentu mudah mengenal wajah orang dan sebagainya. Dari sini terlihat bahwa
transfer dari satu kecerdasan ke kecerdasan lain sering tidak bisa, sehingga
kerja kecerdasan saling terisolasi.
7) Dukungan dari penemuan psikomotorik Tes
psikologis berstandar seperti Wechsler Intelligence Scale for Children yang
mengandung tes kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang visual dan
kinestetis badani merupakan salah satu bukti bahwa kecerdasan yang ditemukan
Gardner memang benar.
8) Dapat disimbolkan Setiap kecerdasan
dapat disimbolkan dalam sistem notasi yang berbeda dan khas. Misalnya,
kecerdasan linguistik dengan bahasa fonetik, kecerdasan matematis-logis dengan
bahasa komputer, kecerdasan ruangvisual dengan bahasa ideografik, kecerdasan
kinestetis-badani dengan bahasa tanda, dan kecerdasan interpersonal dengan
bahasa wajah dan isyarat.
2.3
Penerapan
Teori Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran
Dalam
mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk di sekolah, ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan yaitu: masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum,
fasilitas pembelajaran dan sistem penilaian. Strategi pembelajaran kecerdasan
majemuk bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. Strategi dasar
pembelajarannya dimulai dengan :
Ø Membangun/memicu
kecerdasan
Ø Memperkuat
kecerdasan
Ø Mengajarkan
dengan/untuk kecerdasan
Ø Mentransfer
kecerdasan
Dalam sebuah pembelajaran yang dikakuan di bangku pendidikan
terdapat sejumlah cara atau metode penerapan yang dapat dilakuakan agar
kecerdasan yang dimiliki peserta didik dapat berkembang dan juga dapat
meningkatkan kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan
jenis kecerdasan yang spesifik yaitu:
1. Meningkatkan
kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai
kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada
dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk
bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
2. Cara
untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu seringlah berlatih permainan gambar
tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang
interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan
tiga dimensi lainnya.
3. Meningkatkan
kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung
soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik),
pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki
silang/asah otak lainnya.
4. Kecerdasan
musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik,
bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk
bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan
gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
5. Meningkatkan
kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan cara bergabung dan berlatih
berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa,
kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya
khas, cobalah kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
6. Cara
atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal
yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman,
kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan
mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan
mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat;
bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang
berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan
artikel tentang pantai).
7. Meningkatkan
kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah
tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan
imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman
yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali
sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau
kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
8. Metode
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain
peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acaraacara mengenai
program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari
untuk tidak merusak lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput
kantor, memetik bunga yang sedang tumbuh. Tabel berikut (Tabel.
1.) menggambarkan tentang kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat
dimati dan metode belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan
masing-masing kecerdasan.
2.4 Penerapan Kecerdasan Majemuk dalam Kurikulum
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
diterapkan dalam pendidikan di Indonesia saat ini menandakan bahwa pemerintah
telah mulai memikirkan kaitan antara pengetahuan yang diperoleh siswa di
sekolah dengan jenis pengetahuan yang diperlukan di tempat kerja dan dalam kehidupan
pribadi. Namun lembaga sekolah cenderung lebih menonjolkan disiplin, kode etik,
sistem penilaian dan harapan terhadap siswa, serta fokus perhatian sekolah
hanya pada kecerdasan bahasa dan logika akademik saja, sehingga kurang
memperhatikan pada apa yang diperlukan untuk mampu bertahan dan sukses dalam
lingkungan sekolah secara umum.
Masalah yang timbul di dalam lingkungan
sekolah adalah menemukan bentuk pengajaran yang tepat, membantu siswa dalam
memilih karir, mengaitkan pengajaran dengan manifestasi perubahan kecerdasan
sepanjang tahapan perkembangan siswa, dan menciptakan lingkungan pengajaran
yang tidak membatasi pilihan atau menghambat ekspresi diri siswa. Menurut teori
kecerdasan majemuk, kecerdasan manusia terdiri dari delapan kecerdasan, yaitu
linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Asumsi fundamental teori ini
adalah bahwa orang paling baik belajar bila informasi disajikan dalam konteks
yang kaya dan sulit untuk mencegah terjadinya pengalihan perhatian dari pelajaran
bila terjadi masalah yang muncul secara tidak terduga dalam perjalanan karya
atau kehidupan di sekolah.
Paradigma baru yang ditawarkan teori ini
adalah bahwa tidak ada siswa yang bodoh dan guru memandang siswa sebagai manusia
yang berpotensi untuk berkembang, guru dapat memiliki setidaknya delapan cara
mengajar yang bertumpu pada delapan kecerdasan, sehingga guru tidak kehabisan
ide untuk menciptakan hal baru di kelas dan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. contohnya guru yang mengajar di SMUN 81 kelas akselerasi karena mereka
menghadapi masalah yang cukup kompleks, yaitu menangani siswa remaja yang cara berpikirnya
mulai kompleks, independen, memiliki minat yang beragam dan gaya belajar sendiri-sendiri.
Selain itu tuntutan mengajar di kelas akselerasi menyebabkan guru sulit menerapkan
metode belajar mandiri kepada siswa, memilih materi inti yang harus diajarkan, membagi
waktu antara tugas mengajar dan tugas lain di luar mengajar. Sedangkan siswa mengharapkan
guru memberikan variasi dalam mengajar agar tidak membosankan, menerangkan intisari
pelajaran dan memberikan contoh aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Keunggulan metode pengajaran dengan
teori kecerdasan majemuk, mengenal teori kecerdasan majemuk, menilai kecerdasan
majemuk pada diri sendiri dan pada siswa, metode pengajaran dengan teori
kecerdasan majemuk, penilaian hasil belajar dengan teori kecerdasan majemuk,
dan menyusun rencana kegiatan belajar-mengajar. Pelatihan diberikan dengan beberapa
metode seperti ceramah, diskusi, curah gagasan, tanya jawab dan tugas
individual. Rencana pelatihan diselenggarakan selama empat hari. Evaluasi
dianalisa dengan menggunakan skor rata-rata dan persentase.
2.5 Tujuan Kecerdasan Majemuk dalam
Pembelajaran
Teori Multiple
Intelligences bertujuan untuk
mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap
siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.
Untuk
mengidentifikasi potensi peserta didik pula dapat dikenali dari ciri-ciri
keberbakatan peserta didik.
A.
Ciri-Ciri Keberbakatan peserta
didik
Untuk menyelesaikan pendidikan di
persekolahan, peserta didik diharuskan menempuh sejumlah mata pelajaran yang
secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu Matematika,
Sains, Pengetahuan Sosial, dan Bahasa. Selain itu peserta didik juga harus
menempuh beberapa mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik, berpikir
abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang secara vokasional
dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat kegiatan fisik.
Bakat dan minat berpengaruh pada
prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta
didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta didik yang lainnya.
Namun setiap peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan bakat dan minat masing masing, prestasi
peserta didik pada mata pelajaran tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar
peserta didik yang lain pada mata pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta
didik pada mata pelajaran yang satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran
yang lain. sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
Munandar (1992) dalam Hamzah B. Uno (2009).
mengungkapkan ciri-ciri peserta didik berbakat sebagai berikut :
1.
Memiliki Intelektual/belajar
a.
mudah menangkap
pelajaran
b.
mudah mengingat kembali
c.
memiliki perbendaharaan
kata yang luas
d.
penalaran tajam
(berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat)
e.
daya konsentrasi baik
(perhatian tidak mudah teralihkan)
f.
menguasai banyak bahan
tentang macam-macam topic
g.
senang dan sering
membaca
h.
mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan/tertulis dengan lancar dan jelas
i.
mampu mengamati secara
cermat
j.
senang mempelajari
kamus, peta dan ensiklopedi
k.
cepat memecahkan soal
l.
cepat menemukan
kekeliruan atau kesalahan
m.
cepat menemukan asas
dalam suatu uraian
n.
mampu membaca pada usia
lebih muda
o.
daya abstraksi cukup
tinggi
p.
selalu sibuk menangani
berbagai hal
2. Memiliki
kreativitas
a.
memiliki rasa ingin
tahu yang besar
b.
sering mengajukan
pertanyaan yang berbobot
c.
memberikan banyak
gagasan dan usul terhadap suatu masalah
d.
mampu menyatakan
pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
e.
mempunyai/menghargai
rasa keindahan
f.
mempunyai pendapat
sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
g.
memiliki rasa humor
tinggi
h.
mempunyai daya
imajinasi yang kuat
i.
mampu mengajukan
pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil)
j.
dapat bekerja sendiri
k.
senang mencoba hal-hal
baru
l.
mampu mengembangkan
atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
3. Memiliki
motivasi
a.
tekun menghadapi tugas
(dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum
selesai)
b.
ulet menghadapi
kesulitan (tidak lekas putus asa)
c.
tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi
d.
ingin mendalami
bahan/bidang pengetahuan yang diberikan
e.
selalu berusaha
berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)
f.
menunjukkan minat
terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan,
korupsi, keadilan dan sebagainya)
g.
senang dan rajin
belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dapat mempertahankan
pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan
hal yang diyakini tersebut)
h.
mengejar tujuan-tujuan
jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai
kemudian)
i.
senang mencari dan
memecahkan soal-soal
2.6
Sistem Assessmen Teori Kecerdasan
Mejemuk
Potensi
peserta didik dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual pada peserta didik.
Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu
dengan menggunakan data objektif dan data subjektif. Identifikasi melalui
penggunaan data objektif diperoleh melalui antara lain :
a. skor
tes inteligensi individual
b.
skor tes inteligensi
kelompok
c.
skor tes akademik
d. skor
tes kreativitas
Sedangkan
identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari :
a. ceklis
perilaku
b. nominasi
oleh guru
c. nominasi
oleh orang tua
d. nominasi
oleh teman sebaya dan
e. nominasi
oleh diri sendiri
Untuk melakukan identifikasi dengan
menggunakan data objektif seperti tes inteligensi individual, tes inteligensi
kelompok, tes akademik dan tes kreativitas, biasanya dilakukan oleh lembaga
khusus yang bergerak dalam bidang psikologi, misalnya Program Studi Psikologi
maupun Kantor Konsultan Psikologi. Sedangkan untuk memperoleh skor tes akademik,
sekolah dapat melakukannya sendiri.
Biasanya prestasi akademik yang dilihat
dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata pelajaran : Bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Untuk
pengumpulan informasi melalui data subjektif, sekolah dapat mengembangkan sendiri
dengan mengacu pada konsepsi dan ciri (indikator) keberbakatan yang terkait.
Laporan hasil penjaringan potensi
peserta didik dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling, terutama dalam program pelayanan bimbingan belajar dan
bimbingan karir. Program bimbingan belajar terutama diberikan kepada peserta
didik yang mempunyai prestasi dibawah rata-rata agar dapat memperoleh prestasi
yang lebih tinggi. Program bimbingan karir diberikan kepada semua peserta didik
dalam rangka mempersiapkan mereka untuk melanjutkan studi dan menyiapkan
karirnya.
Penilaian kecerdasan majemuk dapat
pula dilakukan dengan menggunakan dua macam skala atau alat pengukuran
intelegensi ganda yang dapat digunakan secara parallel atau sendiri-sendiri
atau dapat disebut dengan Multiple Intelligences Scale (MIS).
Dalam penelitian ini menggunakan
Skala A karena skala yang dibutuhkan skala besar. Masing-masing alat pengukuran
memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu mengetahui tingkat masing-masing
kecerdasan dalam multiple intelegence. Namun demikian yang membedakan adalah :
a.
Skala A lebih sesuai ditujukan untuk orang dewasa karena dibutuhkan
lebih banyak kemampuan untuk membuat urutan dan prioritas. Namun demikian, jika
anak-anak mampu mengerjakannya maka hal itu tidak menjadi suatu kendala.
b.
Skala B lebih sesuai untuk anak-anak, siswa, atau remaja karena
sifatnya lebih sederhana-hanya menentukan satu diantara dua pilihan. Namun
demikian, sekali lagi, skala ini juga dapat digunakan dari berbagai kalangan
usia.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa
hasil pengukuran Multiple Intelligences Scale ini bukanlah akhir dari
segalanya. Tes ini hanyalah sebuah indikator sederhana yang memberikan gambaran
tentang bagaimana seseorang dapat mengembangkan kecerdasannya lebih optimal.
Hal ini memungkinkan seseorang melihat dari cara pandang yang baru. Setelah
diketahui hasil dari tes ini, dapat dilihat multiple intelligence merupakan
kecerdasan kolektif sebagai kapasitas seseorang, sebagai kesatuan sistem
neurologis, biologis, kognitif, sensorik dan psikologis. Hal ini melebihi dan
sangat berbeda dengan konsep IQ, yang hanya mengukur kemampuan berpikir logis,
bahasa dan matematika.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setiap individu memiliki potensi yang
unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi. Pendidikan merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi individu menjadi kompetensi.
1.
|
2. Dalam
mengimplementasikan teori kecerdasan majemuk di sekolah, ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan yaitu: masyarakat dan orang tua, guru, kurikulum,
fasilitas pembelajaran dan sistem penilaian.
Dalam sebuah pembelajaran yang
dikakuan di bangku pendidikan terdapat juga sejumlah
cara atau metode penerapan
yang dapat dilakuakan agar kecerdasan yang dimiliki peserta didik dapat
berkembang dan juga dapat meningkatkan kemampuan
individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan yang
spesifik
3.
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia
cenderung lebih menonjolkan disiplin, kode etik, sistem penilaian dan harapan
terhadap siswa, serta fokus perhatian sekolah hanya pada kecerdasan bahasa dan
logika akademik saja, sehingga kurang memperhatikan pada apa yang diperlukan
untuk mampu bertahan dan sukses dalam lingkungan sekolah secara umum.
Paradigma
baru yang ditawarkan teori ini adalah bahwa guru memandang siswa sebagai
manusia yang berpotensi untuk berkembang, guru dapat memiliki setidaknya
delapan cara mengajar yang bertumpu pada delapan kecerdasan, sehingga guru
tidak kehabisan ide untuk menciptakan hal baru di kelas dan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan
4.
Teori Multiple Intelligences
bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat
mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik.
5. Ada dua cara pengumpulan informasi untuk
mengidentifikasi anak berbakat, yaitu dengan menggunakan data objektif
dan data subjektif.
Penilaian kecerdasan majemuk dapat
pula dilakukan dengan menggunakan dua macam skala atau alat pengukuran
intelegensi ganda yang dapat digunakan secara parallel atau sendiri-sendiri
atau dapat disebut dengan Multiple Intelligences Scale (MIS).
3.2 Saran
1.
Berdasarkan pembahasan
yang telah diuarikan sebelumnya diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami
dan mengerti kecerdasan majemuk.
2.
Diharapakan kepada
pembaca dapat mengambil manfaat pada makalah dan dapat mengaplikasikan kepada
anak-anak kita kelak akan berkeluarga.
3.
Kemudian kami pula selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembacara, berupa saran yang
membangun agar dalam pembuatan makalah kedepan akan lebih berkembang menjadi
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Budianingsih,
Asri. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk : Teori dalam Praktek.
Alih bahasa : Arvin Saputra. Batam : Interaksara.
Purwanto,
Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Shearer, C.B. (2004). Multiple Intelligences After 20 years.
Teachers College Record, 106(1), 2 -16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar