Senin, 18 Juni 2012

Teori Pemrosesan Informasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar. Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori-teori yang memunculkan adanya belajar.
Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori-teori belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori-teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya teori belajar yang telah ada sebelumnya. Adapun teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan bermunculnya teori-teori yang baru akan menyempurnakan teori-teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. Tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan-kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. Dalam hal ini, penulis akan mengkaji salah satu teori belajar yaitu Teori Pemrosesan Informasi.

1.2  Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
v  Mengetahui Teori Pemrosesan Informasi
v  Mengetahui penerapannya dalam pembelajaran dan dalam kurikulum
v  Mengetahui tujuan pembelajaran oleh Teori Pemrosesan Informasi
v   Memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

1.3  Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diambil dari makalah ini, antara lain :
v  Dapat memahami teori belajar yaitu Teori Pemrosesan Informasi
v  Dapat memahami penerapan teori ini dalam pembelajaran dan juga dalam kurikulum.
v  Dapat memahami tujuan pembelajaran oleh Teori Pemrosesan Informasi
v  Dapat mengetahui sistem assesmen berdasarkan teori ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Pemrosesan Informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meningkatkan pengiriman pesan. Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif. Teori informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah. 
Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini.
Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.       
Istilah “pemrosesan/pengolahan informasi” mengandung pengertian adanya pandangan tertentu ke arah studi individu. Pusat perhatian pokok studi adalah bagaimana orang mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling. Misalnya, mendengarkan siaran berita, membaca dan menafsirkan catatan pelajaran, menemukan penyebab kerusakan mesin dan sebagainya, semuanya merupakan kegiatan sehari-hari yang bergantung pada pengolahan data dari lingkungan.
Pentingnya mengembangkan dan menyempurnakan model umum pengolahan informasi yang berkaitan dengan masalah–masalah kehidupan nyata didukung oleh sejumlah ahli (Neisser dan Simon dalam Bell, 1991). Dalam rancangan pemrosesan/pengolahan informasi terdapat 2 (dua) bidang yang penting secara khusus bagi pembelajaran, yaitu:
a.          Penyelidikan mengenai proses orang memperoleh dan mengingat informasi
b.         Penelitian mengenai siasat yang digunakan dalam memecahkan masalah
Asumsi yang mendasari teori-teori pemrosesan/pengolahan informasi menjelaskan tentang (1) hakekat sistem memori manusia, dan (2) cara bagaimana pengetahuan digambarkan dan disimpan dalam memori. Konsepsi lama mengenai memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat penyimpanan untuk menyimpan informasi dalam waktu yang lama, sehingga memori diartikan sebagai koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas atau saling tidak ada kaitannya. Akan tetapi pada tahun 1960-an memori manusia mulai dipandang sebagai suatu struktur yang rumit yang mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan manusia (Neisser dalam Bell, 1991). Memori bukanlah sebuah gudang yang pasif tetapi suatu sistem yang ada organisasinya dan aktif. Jadi dapat dikatakan bahwa memori secara aktif memilih data penginderaan mana yang akan diolahnya, mengubah data itu menjadi informasi yang bermakna, dan menyimpannya untuk digunakan diwaktu kemudian.
Data yang masuk dalam komputer harus dikodekan agar komputer dapat menyimpan dan memproses data. Demikian pula informasi yang diterima reseptor sensoris harus dikodekan sebelum disimpan dan diproses. Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Sistem syaraf menggunakan kode internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini representasi objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan siap disimpan.
Model pemrosesan informasi yang mempengaruhi belajar dan model memori dimulai dengan material semua pengalaman belajar yang masih mentah yaitu input sensoris. Sistem sensoris manusia (penglihatan, pendengaran, pembau, perasa, dan sentuhan) bersifat sensitif terhadap beragam perangsang yang berlimpah. Meskipun manusia merespon hanya pada sebagian dari seluruh perangsang yang tersedia, sebagian besar informasi yang tersedia dalam perangsang ini tidak pernah benar-benar diproses yaitu tidak benar-benar menjadi bagian dari struktur kognitif. Ini yang disebut dengan memori sensoris (sensory memory). Memori sensoris adalah memori yang mempertahankan informasi dunia dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat. Memori sensoris ini merujuk pada sesuatu yang terjadi secara singkat (kurang dari 1 detik) dan efek stimulus tersebut pada manusia tidak disadari (manusia tidak memperhatikan stimulus itu). Memori sensoris sangat terbatas dalam hal waktu untuk memproses informasi yang tersedia dan jumlah informasi yang tersedia. Contohnya Ani diminta guru untuk membacakan sejumlah bilangan. Kemudian 10 detik kemudian guru meminta kepada siswa yang lain untuk mengulangnya. Siswa tersebut tidak akan mengingat bilangan-bilangan tersebut. Namun jika Ani membaca bilangan tiba-tiba dia meminta Catur untuk menyebutkan bilangan terakhir yang dibaca maka Catur dapat menjawab dengan tepat. Faktanya setiap bilangan disimpan dalam memori sensoris dalam waktu yang sangat singkat, tetapi jika tidak diproses dalam waktu singkat maka bilangan tersebut tidak akan lama tersedia dalam memori.
Dalam sistem pemrosesan informasi, psikolog kognitif berbicara tentang penggunaan sejumlah aktivitas berbeda dengan tujuan umum : membuat pengertian input sensoris yang penting dan pada saat yang bersamaan mengacuhkan/membuang input yang dianggap remeh. Memberikan perhatian adalah salah satu aktivitas penting dalam sistem pemrosesan informasi. Hal ini berarti input ditransfer dari sensoris ke penyimpanan jangka pendek. Intinya, memori jangka pendek terdiri dari apa yang kita sadari secara langsung pada waktu-waktu tertentu. Menurut Calfee (dalam Lefrancois, 1991) memori jangka pendek semacam coretan pada pikiran yang terdiri dari apa yang kita sadari secara langsung. Karakteristik pentingnya adalah kapasitas yang terbatas. Menurut Miller, rata-rata kapasitasnya sekitar 7 hal yang berlainan, kesadaran langsung kita terbatas dalam kapasitas ini dan ketika informasi baru datang, informasi ini akan menarik keluar informasi yang sudah ada dalam memori jangka pendek ini. Informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek lamanya 30 detik dan munculnya secara cepat tergantung dari latihan yaitu informasi yang disimpan dalam memori ini harus diulang-ulang (dipikirkan secara sadar). Jika tidak diulang maka informasi tersebut akan cepat hilang dalam memori dalam 20 detik.
Memori jangka panjang adalah bagian dari sistem memori yang menyimpan banyak informasi secara relatif permanen selama periode waktu yang lama, semua yang kita ketahui tetapi tidak dalam kesadaran langsung, memiliki kapasitas yang sangat besar. Memori jangka panjang bersifat pasif, prosesnya tidak sadar. Informasi dari memori jangka pendek dapat diteruskan untuk diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak semua informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam penyimpanan di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk mendorong adanya latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan informasi yang disimpan. Agar dapat  diambil kembali, informasi yang disimpan tidak hanya tersedia tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi yang disimpan tersedia tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan dan menempatkannya. Contohnya seorang siswa yang telah mengetahui (menyimpan) informasi nama-nama negara dan ibukotanya tetapi dalam suatu waktu dia tidak dapat mengambil kembali semua informasi tersebut. Dengan menyediakan petunjuk akan memberi bantuan kepada siswa untuk mencari informasi yang disimpan dan mendapatkan kembali.
Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.
Model  belajar  pemrosesan  informasi  ini  sering  pula  disebut  model  kognitif information processing, karena dalam proses belajar  ini  tersedia  tiga  taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1)      Sensory  atau  intake  register:  informasi  masuk  ke  sistem  melalui  sensory register,  tetapi  hanya  disimpan  untuk  periode  waktu  terbatas.  Agar  tetap dalam  sistem,  informasi  masuk  ke  working  memory  yang  digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2)      Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,  dan  disini  berlangsung  berpikir  yang  sadar.  Kelemahan  working memory  sangat  terbatas  kapasitas  isinya  dan memperhatikan  sejumlah  kecil informasi secara serempak.
3)      Long-term  memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya. Memori jangka panjang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita, memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Ketiga komponen tersebut jika digambarkan adalah sebagai berikut :













 

4)       





Bagan: Model Pemrosesan Informasi (Adaptasi dari Gage dan Berliner)
2.2 Penerapan Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran
Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemprosesan/pengolahan informasi didasarkan pada teori belajar kognitif. Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa. Pemrosesan/pengolahan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model tersebut berkenan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum.
Model proses informasi meliputi beberapa strategi pembelajaran, yaitu:
1.      Mengajar induktif, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.
2.      Latihan inquiry; tujuan dan prinsipnya sama dengan strategi mengajar induktif, bedanya hanya terletak pada segi proses mencari dan menemukan informasi yang diperlukan.
3.      Inquiry keilmuan; bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan memperoleh pengalaman dalam domain-domain lainnya.
4.      Pembentukan konsep; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif, mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
5.      Model pengembangan; bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berpikir logis, disamping untuk mengembangkan aspek sosial dan moral.
6.      Advanced organizer model; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.
Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
1.      Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
2.      Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3.      Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu :
1)      Motivasi
2)      Pemahaman
3)      Pemerolehan
4)      Penyimpanan
5)      Ingatan kembali
6)      Generalisasi
7)      Perlakuan
8)      Umpan balik
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah:
1.      Menarik perhatian
2.      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.      Merangsang ingatan pada prasyarat belajar
4.      Menyajikan bahan perangsang
5.      Memberikan bimbingan belajar
6.      Mendorong unjuk kerja
7.      Memberikan balikan informatif
8.      Menilai unjuk kerja
9.      Meningkatkan retensi dan alih belajar

2.3 Penerapan dalam Kurikulum
Dalam aplikasi teori pemrosesan informasi dalam kurikulum, kita dapat mengambil teori yang disampaikan oleh Gagne tentang tahapan belajar dari fakta sampai pemecahan masalah, serta  tahapan tujuan dari yang rendah sampai ke tinggi, dapat kita lihat pada keterangan yang dituliskan Harjanto tentang pelajaran melukis, seperti berikut ini :
1.      Siswa dapat menyebutkan beberapa alat yang dipergunakan untuk mengambar berwarna (fakta).
2.      Siswa dapat mengidentifikasi warna panas dan warna dingin (konsep).
3.      Siswa dapat menyatakan bahwa penempatan atau pemakaian kedua jenis warna tersebut akan saling berpengaruh (prinsip).
4.      Siswa dapat melukis dengan komposisi warna yang harmonis (pemecahan masalah).
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan memori kerja bentuk pengetahuan yang dipelajari dapat berupa; proposisi, produksi, dan mental images. Teori Gagne dan Briggs mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa pembelajaran, dan 3) pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
1.      Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
2.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
3.      Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
4.      Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
5.      Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
6.      Kontrol belajar (content control, pace control, display control, dan conscious cognition control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu (prinsip perbedaan individual terlayani).
7.      Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
            Dengan demikian aplikasi teori pemrosesan  informasi dalam kurikulum dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.      Menentukan materi pembelajaran
3.      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.      Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik).
5.      Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
6.      Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
            Gagne merumuskan “ The domains of Learning “, yaitu  kemampuan belajar manusia terbagi kepada lima kategori, yaitu :
·         Motor/skill : ketrampilan motorik
·         Informasi verbal, dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar.
·         Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan dunia luar yang berkaitan dengan simbol-simbol.
·         Strategi kognitif  : organisasi keterampilan yang internal
·         Sikap

2.4 Tujuan Pembelajaran ( dengan teori pemrosesan informasi)
            Tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan teori belajar pemrosesan informasi, antara lain :
1.      Untuk membantu terjadinya proses belajar sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah.
2.      Untuk menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
3.      Agar kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
4.      Untuk melayani prinsip perbedaan individual
5.      Untuk melatih memori secara maksimal
6.      Untuk keterarahan seluruh kegiatan belajar
7.      Agar terjadi transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya


2.5 Sistem Assesmen
Istilah asesmen (penilaian) proses dan hasil belajar  merupakan suatu kegiatan guru selama rentang pembelajaran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang memiliki karakteristik individual yang unik (Depdiknas.2006). Dalam rangka pengambilan keputusan tersebut, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing.
Dari rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar tersebut di atas, nampak jelas bahwa ada 4 komponen penting dalam asesmen proses dan hasil belajar, yaitu:
1.      Pelacakan terhadap kompetensi siswa mencakup proses dan hasil belajar. Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan). Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran berikutnya.
2.      Kompetensi siswa sebagai tujuan pembelajaran hakikatnya adalah kesatuan utuh (holistik) pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai dan sikap yang dapat ditampilkan siswa dalam berpikir dan bertindak. Oleh karena itu asesmen harus mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
3.      Assesmen dilakukan selama rentang pembelajaran; maknanya bahwa assesmen merupakan satu kesatuan integral dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, bukan bagian yang terpisah dari pembelajaran.
4.      Pengambilan keputusan dalam asesmen didasarkan pada karakteristik siswa secara individual. Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai data/informasi yang diperoleh dari berbagai teknik dan instrumen asesmen sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa, baik teknik tes maupun non tes.
Alasan perlunya melakukan asesmen, adalah untuk: (1) mendiagnosa kekuatan dan kelemahan pembelajaran, (2) memantau kemajuan belajar, (3) memberi atribut pemberian nilai, dan (4) menentukan efektivitas pengajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan 4 hal pokok terkait dengan tindakan asesmen, yaitu: (1) asesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi karakteristik siswa yang dilakukan secara sistematis, (2) tujuan utama proses asesmen dalam pendidikan adalah untuk menginterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar siswa, (3) asesmen dapat membantu pengajar memfokuskan diri pada strategi mengajar yang efisien dan tepat, dan (4) asesmen pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.

Tujuan Asesmen Proses dan Hasil belajar
Balitbang Depdiknas (2006: 3) secara rinci menyatakan bahwa tujuan asesmen proses dan hasil belajar adalah:
a.       Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
b.      Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c.       Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
d.      Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
e.       Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
f.       Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.

Teknik Asesmen Proses dan Hasil Belajar
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non tes, baik untuk mengakses proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Asesmen suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Setidaknya ada tujuh ragam teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
v  Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja (Performance assessment atau performance-based assessment) merupakan jenis penilaian yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat musik; kemampuan berolahraga; ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.

v  Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Penugasan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
v  Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selesai dilakukan, berbagai keterangan-keterangan yang diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya sehari-hari, evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru.

v  Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut : sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.  Asesmen sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi, daftar chek, skala sikap, buku harian, angket, ungkapan perasaan, catatan anekdot, dan lain lain.

v  Teknik Tes
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Khusus tes tertulis, ragamnya meliputi : tes  essay atau disebut juga tes subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian, salah-benar, menjodohkan dan pilihan ganda.
Tes essay atau tes uraian  adalah bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawabannya. Materi tes yang dipilih adalah materi yang sekiranya cocok untuk tes essay. Tes ini dibedakan menjadi 2 yaitu: tes uraian jawaban singkat yaitu tes yang meminta jawaban panjangnya sekitar satu dua kalimat dan tes uraian jawaban luas/panjang.
Tes obyektif terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menulisnya, atau mengisi jawaban pendek tanpa menguraikan. Tes ini disebut obyektif karena skor yang diberikan  relatif tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian (Completion Test), Tes Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching Test), dan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).

v  Asesmen Produk
Asesmen produk merupakan ragam penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti : teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain. Asesmen produk dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil belajar siswa. Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan produk dan tahap penilaian produk.

v  Asesmen diri (self assessment)
Asesmen diri adalah suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama asesmen diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses pembelajaran. Ada beberapa jenis asesmen diri, diantaranya adalah : a) penilaian langsung dan spesifik, yaitu penilaian langsung pada saat atau setelah siswa melakukan tugas tertentu, b) penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, misalnya satu semester untuk memberikan penilaian secara keseluruhan, dan c) penilaian sosia-afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau emosional. Misalnya siswa diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap obyek tertentu.



Prosedur Asesmen Proses dan Hasil Belajar
Prosedur asesmen proses dan hasil belajar meliputi penetapan indikator pencapaian kompetensi, penetapan kriteria ketuntasan belajar, pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator, dan penetapan teknik asesmen.
Teknik Asesmen
Dalam memilih teknik asesmen mempertimbangkan ciri indikator, contoh :
·         Apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah unjuk kerja (performance).
·         Apabila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya adalah tertulis.
·         Apabila tuntutan indikator memuat unsur penyelidikan, maka teknik penilaiannya adalah proyek.









BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka diantara, dan mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber informasi yang berkaitan misalnya, teks dan diagram, proses ini mungkin menempatkan suatu ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja yang terbatas dan menghambat pemerolehan informasi.
Adanya psikologi proses informasi tidak bisa dilepaskan dari pada teori-teori belajar sebelumnya, baik itu asosianistik, kognitif maupun yang lain. Namun pada kenyataannya dalam teori psikologi prosesn informasi ini secara jelas menyatakan dengan jelas tentang aspek kognitif dari pada aspek behavioristiknya. Terbukti dalam bukunya Olson dan Hergenhahn ini menunjukkan proses informasi itu sendiri yang terdiri dari input, proses dan output. Dan proses ini lebih menunjukkan pengolahan pada proses yang terjadi dalam memory. Sehingga kemudian kekuatan memory ini dibagi menjadi dua yaitu memory jangka pendek dan memory jangka panjang. Ini kemudian muncul bahwa dalam suatu memory ada yang hanya mampu menampung informasi dalam jangka waktu tertentu.           

3.2 Saran
Dengan memahami teori pembelajaran pemrosesan informasi diharapkan kepada para pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran hendaknya menciptakan suasana interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi tantangan, memunculkan motivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memberikan ruang serta kesempatan kepada peserta didik untuk berkreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisiknya. Demikian juga untuk para peserta didik, jangan hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengakses ilmu dan perkembangannya melalui kemajuan teknologi.
Ketika seorang pendidik berpikir tentang informasi apa yang harus dimiliki oleh peserta didiknya, maka pada saat itu juga pendidik semestinya berpikir pengalaman belajar yang bagaimana yang harus didesain agar tujuan dan kompetensi itu  dapat diperoleh setiap peserta didik. Maka bagi para pendidik di sekolah, sudah waktunya memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kebutuhan ini dibungkus dengan sebaik-baik penyajian, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memberi pengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi para tenaga kependidikan, terkhusus bagi kepala sekolah dan para pengawas, sudah waktunya untuk tidak terlalu memaksakan para pendidik dalam pencapaian target kurikulum, tetapi lebih mengutamakan pada pengelolaan proses pembelajaran dan mengevaluasi setiap target setiap pertemuan.

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih C., 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Anonim. 2012. Teori Pemrosesan Informasi. Diakses pada tanggal 27 Februari       2012. Tersedia di alamat web :                       http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/
Anonim. 2012. Teori Pemrosesan Informasi. Diakses pada tanggal 27 Februari       2012. Tersedia di alamat web :                        http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-pemrosesan-informasi.html
Anonim. 2012. Pemrosesan Informasi. Diakses pada tanggal 27 Februari     2012.Tersedia di alamat web :                        http://aryworo.blogspot.com/2011/08/pemrosesan-informasi.html
Anonim. 2012. Teori Pemrosesan Informasi. Diakses pada tanggal 27 Februari       2012.Tersedia di alamat web :                        http://mawardis3ip.staff.fkip.uns.ac.id/.../asesmen-proses-dan-hasil-belajar-...







Evaluasi
A.    Pilihan Ganda
1.      Di bawah ini merupakan teori-teori belajar dalam pembelajaran, kecuali . . .
a.       Teori Behavioristik
b.      Teori Kognitif
c.       Teori Afektif
d.      Teori Pemrosesan Informasi
e.       Teori Motivasi
2.      Teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak adalah konsep dari . . .
a.      Teori Pemrosesan Informasi
b.      Teori Sibernetik
c.       Teori Kecerdasan Majemuk
d.      Teori Konstruktivistik
e.       Teori Humanistik
3.      Pencetus Teori Pemrosesan Informasi (Information Processing Learning Theory) adalah . . .
a.       Lefrancois
b.      Slavin
c.       Robert Milis Gagne
d.      Robert S. Siegler
e.       Bob Siegler
4.      Yang tidak termasuk dalam macam-macam ingatan di bawah ini adalah . . .
a.       Sensory Memory
b.      Ingatan Inderawi
c.       Short-Term/Working Memory
d.      Information Memory
e.       Long-Term Memory
5.      Memori yang mempertahankan informasi dunia dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat adalah . . .
a.       Memori Jangka Pendek
b.      Memori Jangka Panjang
c.       Memori Kerja
d.      Memori Sensoris
e.       Memori Terbatas
6.      Sistem sensoris manusia yang bersifat sensitif terhadap beragam perangsang yang berlimpah, kecuali . . .
a.       Penglihatan
b.      Pendengaran
c.       Perasa
d.      Sentuhan
e.       Gerakan
7.      Bagian dari sistem memori yang menyimpan banyak informasi secara relatif permanen selama periode waktu yang lama disebut . . .
a.       Sensory Receptor
b.      Working Memory
c.       Long-Term Memory
d.      Intake Register
e.       Information Memory
8.      Hasil akhir dari proses memori disebut . . .
a.      Retrieval
b.      Encoding
c.       Otomatisasi
d.      Generalisasi
e.       Konstruksi strategi
9.      Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai . . .
a.       Encoding
b.      Respons
c.       Retrieval
d.      Stimulus
e.       Persepsi
10.  Yang bukan termasuk faktor yang mempengaruhi persepsi di bawah ini adalah . . .
a.       Status mental
b.      Pengalaman masa lalu
c.       Pengetahuan
d.      Motivasi
e.       Harga diri
11.  Proses memasukkan informasi ke dalam memori disebut . . .
a.       Kontruktiv
b.      Responsif
c.       Encoding
d.      Transfer
e.       Sistem input
12.  Suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum adalah . . .
a.       Memori episodik
b.      Memori semantik
c.       Memori procedural
d.      Memori pendek
e.       Memori cepat
13.  Memori episodik adalah bagian memori jangka panjang yang bertugas menyimpan . . .
a.      Gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi
b.      Informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu      
c.       Fakta
d.      Pengetahuan umum    
e.       Informasi yang panjang
14.  Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemprosesan/pengolahan informasi didasarkan pada . . .
a.      Teori belajar kognitif
b.      Teori belajar humanistik
c.       Teori belajar behavioristik
d.      Teori belajar neuro-sciece
e.       Teori belajar sosio-kultural
15.  Di bawah ini adalah strategi pembelajaran model proses informasi, kecuali . . .
a.       Mengajar induktif
b.      Latihan inquiry
c.       Inquiry keilmuan
d.      Memilih ilmu
e.       Advanced organizer model
16.  Menurut Gagne, ada delapan fase tahapan proses pembelajaran. Yang bukan termasuk di dalamnya adalah . . .
a.       Motivasi
b.      Ingatan kembali
c.       Generalisasi
d.      Umpan balik
e.       Pemisahan
17.  Tahapan dalam peristiwa pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar, kecuali . . .
a.       Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
b.      Memaksa siswa untuk memahami
c.       Merangsang ingatan pada prasyarat belajar
d.      Menyajikan bahan perangsang
e.       Mendorong unjuk kerja
18.  Memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi muatan memori kerja bentuk pengetahuan, yang dipelajari dapat berupa . . .
a.       Respon
b.      Proposisi, produksi, dan mental images
c.       Stimulasi
d.      Motivasi
e.       Ilmu
19.  Aplikasi teori pemrosesan informasi dalam kurikulum dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut, kecuali :
a.       Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b.      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
c.       Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik).
d.      Mengacak materi pelajaran sesuai yang ingin diajarkan
e.       Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran
20.  The domains of Learning “, yaitu  kemampuan belajar manusia terbagi kepada lima kategori. Yang tidak termasuk diantaranya adalah . . .
a.      Kemampuan otot
b.      Ketrampilan motorik
c.       Informasi verbal
d.      Kemampuan intelektual
e.       Strategi kognitif 
21.  Penilaian atas proses dan hasil belajar  yang merupakan suatu kegiatan guru selama rentang pembelajaran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang memiliki karakteristik individual yang unik dikenal dengan istilah . . .
a.       Pembelajaran
b.      Ujian
c.       Assesmen
d.      Evaluasi
e.       Interpretasi
22.  Berikut ini yang bukan merupakan alasan perlunya melakukan assesmen adalah    . . .
a.       Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan pembelajaran
b.      Memantau kemajuan belajar
c.       Untuk memenuhi tuntutan profesi
d.      Memberi atribut pemberian nilai
e.       Menentukan efektivitas pengajaran
23.   Tujuan assesmen proses dan hasil belajar di bawah ini, kecuali :
a.       Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung
b.      Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi
c.       Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru
d.      Untuk mengikuti prosedur pembelajaran yang sudah ada
e.       Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan
24.  Di bawah ini adalah ragam teknik yang dapat digunakan dalam assesmen, kecuali . . .
a.       Penilaian unjuk kerja
b.      Penilaian sikap
c.       Penggunaan portofolio
d.      Penilaian diri
e.       Penilaian finansial
25.  Jenis penilaian yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka miliki dalam berbagai konteks disebut . . .
a.      Penilaian unjuk kerja (Performance assessment atau performance-based assessment)
b.      Portofolio
c.       Penilaian Sikap
d.      Asesmen produk
e.       Asesmen diri (self assessment)
26.  Asesmen sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara, kecuali . . .
a.       Observasi perilaku
b.      Pertanyaan langsung
c.       Memberikan ujian tertulis
d.      Skala sikap
e.       Catatan anekdot
27.  Yang bukan termasuk dalam ragam tes obyektif tertulis adalah . . .
a.       Tes Isian (Completion Test)
b.      Tes Salah-Benar (True False Test)
c.       Tes Menjodohkan (Matching Test)
d.      Test Essay
e.       Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
28.  Tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawabannya disebut . . .
a.       Tes Isian (Completion Test)
b.      Tes Salah-Benar (True False Test)
c.       Tes Menjodohkan (Matching Test)
d.      Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
e.       Test Essay
29.  Ragam penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain disebut . . .
a.       Asesmen diri (self assessment)
b.      Asesmen produk
c.       Asesmen proyek
d.      Asesmen sikap
e.       Portofolio
30.  Prosedur asesmen proses dan hasil belajar meliputi beberapa hal berikut, kecuali   . . .
a.       Penetapan indikator pencapaian kompetensi
b.      Penetapan kriteria ketuntasan belajar
c.       Pemetaan standar kompetensi
d.      Penetapan teknik asesmen
e.       Pembuatan RPP dan silabus
B.     Essay
1.      Soal           : Sebutkan dan jelaskan tiga  taraf struktural sistem informasi !
Jawab  : tiga  taraf struktural sistem informasi, yaitu:
5)      Sensory  atau  intake  register:  informasi  masuk  ke  sistem  melalui  sensory register,  tetapi  hanya  disimpan  untuk  periode  waktu  terbatas.  Agar  tetap dalam  sistem,  informasi  masuk  ke  working  memory  yang  digabungkan dengan informasi di long-term memory.
6)      Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,  dan  disini  berlangsung  berpikir  yang  sadar.  Kelemahan  working memory  sangat  terbatas  kapasitas  isinya  dan memperhatikan  sejumlah  kecil informasi secara serempak.
7)      Long-term  memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
2.      Soal           : Gambarkan dalam skema tiga taraf struktural sistem informasi !
Jawab       : Ketiga komponen tersebut jika digambarkan adalah sebagai berikut :

















 

8)       





3.      Soal           : Memori jangka panjang dibagi menjadi tiga bagian, sebutkan dan                            jelaskan ketiganya !
Jawab        : Memori jangka panjang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1)      Memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita.
2)      Memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum.
3)      Memori procedural, yaitu memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
4.      Soal           : Jelaskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan teori belajar                             pemrosesan informasi !
Jawab        : Tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan teori belajar pemrosesan                        informasi, antara lain :
8.      Untuk membantu terjadinya proses belajar sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah.
9.      Untuk menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
10.  Agar kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
11.  Untuk melayani prinsip perbedaan individual
12.  Untuk melatih memori secara maksimal
13.  Untuk keterarahan seluruh kegiatan belajar
14.  Agar terjadi transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
5.      Soal           : Jelaskan 3 komponen sikap dalam assesmen sikap !
Jawab        : 3 komponen sikap dalam assesmen sikap, meliputi :
Ø  Komponen afektif, adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.
Ø  Komponen kognitif, adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.
Ø  Komponen konatif, adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.


Catatan  :  Jawaban pada  soal pilihan ganda adalah  bagian yang ditebalkan/dihitamkan










Tidak ada komentar:

Posting Komentar