BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Siklus belajar ( Learning Cycle ) merupakan salah satu
metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (
IPA ). Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada
masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan
metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa.
Learning Cycle pada mulanya terdiri dari beberapa fase-fase
seperti eksplorasi ( exploration ), pengenalan konsep ( concept introduction ),
dan aplikasi konsep ( concept application ) oleh Karplus dan Their dalam Renner
et al, 1988. Pada tahap eksplorasi, pebelajar diberi kesempatan untuk
memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan
lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel,
mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan
lain-lain.
Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam
struktur mentalnya ( cognitive disequilibrium ) yang ditandai dengan munculnya
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat
tinggi ( high level reasoning ) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa
dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan
indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya, fase pengenalan
konsep. Pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara
konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan konsep-konsep yang baru
dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti
menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini pembelajar mengenal
istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari.
Pada fase terakhir, yakni aplikasi konsep, pebelajar diajak menerapkan
pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving ( menyelesaikan
problem-problem nyata yang berkaitan ) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan
konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena
pebelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana teori siklus belajar
2.
Bagaimana cara penerapan teori siklus belajar dalam
pembelajaran
3.
Bagaimana penerapan dalam kurikulum
4.
Apa tujuan dalam pembelajaran
C.
Tujuan
1.
Mahasiswa dapat mengerti tentang teori siklus belajar
2.
Mahasiswa dapat mengetahui cara penerapan teori siklus
belajar dalam pembelajaran
3.
Mahasiswa dapat mengerti akan penerapan dalam kurikulum
4.
Mahasiswa mengetahui apa yang menjadi tujuan dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Siklus Belajar
Siklus belajar adalah suatu
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses
pembelajaran yang berpusat pada pembelajar
atau anak didik ( student centre ). Siklus belajar merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan ( fase ) yang
diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperanan aktif.
Gambar 1
Siklus Belajar
Siklus belajar ( learning
cycle ) terdiri dari lima fase yang saling berhubungan satu sama
lainnya, yaitu sebagai berikut :
1.
Fase Engage, yang merupakan fase awal,
Pada fase ini guru menciptakan situasi teka-teki yang sesuai dengan topik yang
akan dipelajari siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan ( misalnya : mengapa
hal ini terjadi? Bagaimana cara mengetahuinya? dll ) dan jawaban siswa
digunakan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka.
Fase ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
2.
Fase Eksplorasi, Selama fase eksplorasi,
siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa
arahan langsung dari guru. Fase ini menurut teori Piaget merupakan fase
“ketidakseimbangan” dimana siswa harus dibuat bingung. Fase ini merupakan
kesempatan bagi siswa untuk menguji hipotesis atau prediksi mereka,
mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan menetapkan keputusan.
3.
Fase
Menjelaskan, Pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan
konsep dengan kalimat mereka sendiri.
4.
Fase Perpanjangan, Pada fase ini siswa
harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah mereka miliki terhadap
situasi lain.
5.
Evaluasi, Evaluasi dilakukan selama
pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan
kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.
Siklus belajar patut dikedepankan, karena sesuai dengan
teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget
menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi :
struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi
mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah.
Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi.
Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual
yang mencakup adaptasi dan organisasi. Adaptasi terdiri atas asimilasi dan
akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang
sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam
asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk
diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu
dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan
modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur
mental. Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki
individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan
konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus
diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki.
Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan
tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah. Karplus dan
Their mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di
atas. Dalam hal ini pebelajar diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi
dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan
konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki
untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh
Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi
konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget ( asimilasi, akomodasi, dan organisasi ) mempunyai korespondensi dengan fase-fase
dalam siklus belajar.
B.
Teori Siklus Belajar
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya akan membentuk manusia
yang mampu bersaing di dunia global, sehingga sebagai guru sejak disekolah
tingkat dasar sudah harus memiliki kemampuan untuk mempersiapkan peserta
didiknya ke arah sana. Tentu saja dengan cara yang disesuaikan dengan usianya.
Sumber daya manusia yang mampu bersaing memasuki dunia global adalah manusia yang benar-benar unggul. Untuk membentuk sumber daya manusia yang demikian guru benar-benar harus mempertimbangkan strategi pembelajaran yang dilakukan.
Sumber daya manusia yang mampu bersaing memasuki dunia global adalah manusia yang benar-benar unggul. Untuk membentuk sumber daya manusia yang demikian guru benar-benar harus mempertimbangkan strategi pembelajaran yang dilakukan.
Untuk mendasari strategi pembelajaran maka perlu dibahas
teori-teori belajar yang akan mendasari penerapan strategi pembelajaran. Secara
garis besar teori belajar menurut Gredler ( 1991 ) dapat dibedakan menjadi 3
yaitu:
Ø
Conditioning theory,
Ø
Connection theories,
Ø
Insightful Learning.
1.
Conditioning theory
Conditioning theory adalah suatu teori yang menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu respon dari stimulus tertentu. Teori ini
dikemukakan oleh Pavlov, dan dikembangkan oleh Watson, Guthreic, dan Skinner.
Pavlov mengembangkan teori belajar ini dengan disebut juga
conditioning reflex, sebab yang dipelajari adalah gerakan gerakan otot
sederhana yang secara otomatis bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Reflex juga dapat ditimbulkan oleh perangsang lain yang mulanya tidak
menimbulkan reflex.
Secara rinci hasil dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Secara rinci hasil dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a.
Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan ( yang salah
satunya berfungsi sebagai reinforcer ), maka refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat.
b.
Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun.
Selanjutnya Watson mengembangkan teori belajar dengan
berpola pada penemuan Pavlov, dia berpendapat bahwa belajar adalah merupakan
proses terjadinya refleks-refleks atau respons bersyarat melalui stimulus
pengganti. Guthreic memperluas penemuan Watson yang dikenal dengan the law of
association, yaitu suatu kombinasi stimuli yang telah menyertai suatu gerakan,
cenderung menimbulkan gerakan apabila kombinasi stimuli itu muncul kembali.
Maksudnya jika sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang
sama akan mengerjakan hal yang serupa lagi.
Skinner mengembangkan teori belajar ini dengan teori
operant conditioning, yaitu tingkah laku bukanlah sekedar respons terhadap
stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Teori ini terlihat
bahwa di dalam belajar diperlukan adanya pengulangan-pengulangan suatu stimulus
untuk mendapatkan respons.
Secara rinci hasil dari eksperimen yang dilakukan B.F.
Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan
hukum-hukum belajar, di antaranya :
Ø
Law of operant conditioning yaitu jika timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
Ø
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku
operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang
sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa
didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan
sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
2.
Connection theories
Connection theories
merupakan teori belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan pembentukan
koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Teori belajar ini dikembangkan
oleh Thorndhike yang juga dinamakan trial and error learning. Hal ini
disebabkan karena proses belajar dapat melalui coba-coba dalam rangka memilih
respons yang tepat bagi stimulus tertentu. Hukum belajarnya dinamakan Law
effect, yaitu:
a.
Segala tingkah laku yang menyenangkan akan diingat dan mudah
dipelajar.
b.
Segala tingkah laku yang tidak menyenangkan akan diingat
dan mudah dipelajari.
c.
Aplikasi dari teori ini dengan adanya pemberian ganjaran,
hukuman, dan lain sebagainya.
Secara rinci hasil
eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum
belajar, di antaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus-Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada
asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar
( conduction unit ), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang
mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus
dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
3.
Insightful Learning
Insightful learning adalah
belajar menurut pandangan kognitif. Disebut juga Gestalt dan Field Teories.
Teori mengutamakan pengertian dalam proses belajar mengajar, jadi bukan ulangan
seperti halnya kedua teori terdahulu. Dengan demikian menurut teori ini belajar
merupakan perubahan kognitif ( pemahaman ). Belajar bukan hanya ulangan tetapi
perubahan struktur pengertian.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.
Pengalaman tilikan ( insight ) ; bahwa tilikan memegang peranan
yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu objek atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna ( meaningful learning ) ; kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu
yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
c.
Perilaku bertujuan ( purposive behavior ) ; bahwa perilaku
terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
d.
Prinsip ruang hidup ( life space ) ; bahwa perilaku
individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan tempat ia berada. Oleh karena
itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan
kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan
jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu
untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan
yang tepat. Jadi menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang
luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum ( generalisasi
). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena
itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip
pokok dari materi yang diajarkannya.
Selanjutnya teori Gestalt dikembangkan oleh Piaget. Menurut
teori Piaget teori belajar merupakan :
v
Proses belajar dari konkret ke yang abstrak.
v
Pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan mental baru
yang sebelumnya.
v
Perubahan umur mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Teori belajar Brunner
merupakan pengembangan dari teoeri Gestaltl insightful learning. Dalam teori
Brunner dikatakan untuk mendapatkan pemahaman belajar dengan menemukan sendiri,
sehingga menggunakan pendekatan discovery learning. Pendekatan ini, pemahaman
pesrta didik didapatkan secara induktif.
Dalam pendekatan ini
mengandung makna bahwa refleksi belajar berkisar pada manusia sebagai pengolah
terhadap informasi ( masukan ) yang diterimanya untuk memperoleh pemahaman. Dasar
pikiran teori ini adalah:
ü
Belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif.
ü
Orang menciptakan sendiri suatu kerangka kognitif bagi diri
sendiri.
Namun demikian teori ini
juga ada kelemahannya, yaitu memerlukan banyak biaya, waktu lama, dan
kepemilikan teori dasar mutlak diperlukan. Untuk mengurangi kekurangan tersebut
ada pengembangan teori insightful learning ini dengan tetap membangun kerangka kognitif
sendiri tidak dengan induktif tetapi deduktif. Jadi peserta tidak harus
mengalami sendiri. Teori terakhir ini dikembangkan oleh Ausebel dengan nama
teori bermakna. Belajar bermakna tidak mutlak harus menemukan sendiri, yang
penting peserta dapat membentuk kerangka kognitif sendiri, yang selanjutnya dikembangkan dengan peta konsep.
Dalam penerapannya
sebenarnya guru dapat saja memadukan beberapa teori belajar di atas. Hanya saja
biasanya seorang guru akan mempunyai kecenderungan ke arah mana mereka akan
bertindak. Pada saat ini yang banyak dikembangkan adalah teori yang ke tiga,
karena diharapkan siswa lebih banyak memahami atau mengerti dibandingkan hanya
menghafal saja tanpa pemahaman.
C.
Penerapan Teori Siklus
Belajar Dalam Pembelajaran
Berdasarkan karakteristik seperti yang telah diuraikan
diatas, maka proses pembelajaran dapat
dilakukan seperti berikut ini :
|
|
|
|||||||||||||
|
Gambar 2
Teori Siklus Belajar Dalam
Pembelajaran
Supaya informasi baru
terkait dalam pengetahuan yang ada, guru perlu menciptakan suatu kondisi, yang
disebut tahap invitasi. Tahap invitasi
merupakan tahapan untuk memfokuskan pelajaran dan menjajagi kesiapan siswa untuk
menerima konsep baru. Pada tahap invitasi guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep
prasyarat yang harus dimiliki
sebelumnya, mencatat fenomena yang tak diharapkan dan mengidentifikasi keadaan
yang membuat persepsi siswa berbeda.
D.
Penerapan Dalam Kurikulum
Untuk mencapai hasil yang maksimal,
penerapan kurikulum dapat diterapkan melalui dua model pendekatan, yaitu
pendekatan makro dan pendekatan mikro. Kedua pendekatan tersebut digunakan
untuk mengefektifkan penerapan kurikulum pendidikan agama Islam yang memiliki
jangkauan visi yang luas dan terpadu (integral) berdasarkan kebutuhan dan
orientasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang memiliki nuansa futuristik
dan penuh dengan harapan dari semua pihak.
1.
Pendekatan
Makro
Model pendekatan makro berupaya
menghadirkan proses pembelajaran pendidikan agama Islam dapat memberikan nuansa
yang berbeda dan harapan kolektif dari semua pihak, baik oleh sekolah/madrasah,
orangtua atau masyarakat. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu ;
a. Merancang
Program Pembelajaran yang Unggul
Untuk melahirkan mutu pendidikan
agama Islam yang berwawasan masa depan, perlu program pembelajaran yang unggul
dan mampu membuat para guru dan siswa menikmati materi dengan menyenangkan.
Proses merancang program pembelajaran biasanya mulai sebelum kegiatan proses
belajar mengajar ( PBM ) berlangsung. Kegiatan ini dirancang oleh pimpinan,
guru dan melibatkan konseptor dan masyakarat agar dapat memenuhi kebutuhan
stakeholders.
Program pembelajaran yang unggul
merupakan bagian dari prinsip, strategi dan tujuan implementasi kurikulum
tingkat satuan pendidikan ( KTSP ). Program unggulan dimaksudkan agar lembaga
pendidikan itu memiliki daya saing sekaligus sebagai daya tarik masyarakat,
selain sebagai kebutuhan lembaga pendidikan agar proses pembelajaran pendidikan
agama Islam dapat berlangsung secara optimal. Karena itu, para pengambil
keputusan di tingkat satuan pendidikan harus mengkaji ulang apa yang masih
menjadi persoalan dan hambatan pembelajaran selama ini, khususnya terhadap penerapan
kurikulum pendidikan agama Islam.
Lembaga pendidikan harus memiliki
komitmen untuk menempatkan materi pendidikan agama Islam sebagai pondasi pokok
terhadap keilmuan dan keterampilan yang dimiliki setiap siswa. Keilmuan dan
ketrampilan yang tinggi bila tidak diimbangi dengan pemahaman agama yang kuat,
akan mudah tergelincir pada tindakan dhalim dan mafsadat. Dengan pendekatan
pengajaran yang tepat, pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Islam akan menjadi
frame ( cara pandang ) setiap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
di mana pun mereka berada.
b. Merumuskan
Kembali Tujuan Kurikulum
Untuk mencapai kualitas kurikulum
yang unggul, membutuhkan mindset baru yang memandang bahwa pendidikan
agama Islam itu mencakup semua aspek hidup dan kehidupan manusia. Wilayah
kajian pendidikan agama Islam perlu dirumuskan kembali yang adaptif, fungsional
dan kontekstual. Formulasi dapat dituangkan dalam content dan tujuan kurikulum
di sekolah.
Tujuan program pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kualitas isi kurikulum, disamping pengaruh guru dan
lingkungannya. Karena itu, lembaga pendidikan sekolah atau madrasah memandang
perlu melakukan perumusan kembali tujuan besar program pembelajaran yang ada
dalam kurikulum pendidikan agama Islam. Hal ini penting, karena sangat terkait
dengan kondisi peserta didik ( siswa ), situasi dan kondisi masyarakat, serta
perubahan-perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi serta komunikasi informasi.
Kegunaan dari perumusan tujuan
kurikulum ini adalah memberikan pelayanan kepada peserta didik agar
kemampuannya dapat bertambah dari modal kemampuan sebelumnya. Dengan cara ini,
diharapkan kurikulum pendidikan agama Islam benar-benar membekas dalam diri
siswa, dan dapat menjadi bekal yang positif setelah lulus dari sekolah.
Rumusan tujuan kurikulum tersebut
menjadi acuan setiap guru dalam membina para siswa. Rumusan tujuan ini
diarahkan untuk menitikberatkan pada pencapaian kompetensi, mengakomodasikan
keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia, serta memberikan
kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan proses pembelajaran. Tujuan untuk
merumuskan kembali tujuan kurikulum ini yaitu ingin melahirkan pembelajaran
keagamaan yang menjadi life skill ( keterampilan hidup ) serta sekaligus
way of life ( pandangan hidup ) para peserta didik.
c. Menciptakan
Sumber Belajar Unggul
Sebagai kelanjutan dari program
pembelajaran yang unggul dan tujuan kurikulum pendidikan agama Islam di atas,
sumber belajar adalah sesuatu yang mendukung dan mensupport kegiatan belajar
mengajar, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Di dalam sekolah, mungkin perlu dibangun sebuah masjid atau mushalla sebagai
tempat ibadah, yang setiap hari para pimpinan, guru, karyawan dan semua siswa
secara bersama-sama melaksanakan shalat berjama’ah. Tidak hanya sebagai tempat
shalat, masjid juga dapat difungsikan sebagai pusat unggulan lainnya, seperti
tadarus dan latihan baca tulis al-Qur’an, kajian dan pendalaman materi
pendidikan agama Islam.
Sumber belajar bertujuan untuk
merangsang semangat dan motivasi belajar supaya lebih baik. Kurikulum
pendidikan Islam perlu sebuah sumber belajar yang berkualitas tinggi. Misalnya,
selain telah disebutkan di atas, perlu ada tempat bacaan ( mading ), yang
memuat informasi dan berita yang berguna bagi siswa. Laboratorium dan
perpustakaan yang unggul, untuk tempat belajar dan melakukan riset dan
eksperimen ilmiah yang diintegrasikan dengan semangat isi al-Qur’an dan hadits.
Dari uraian tersebut, dapat
dikatakan bahwa penciptaan sumber belajar itu dipilih berdasarkan muatan
substansial dari kurikulum yang akan diwujudkan. Usaha sekolah dalam
mengupayakan fasilitas dan sumber-sumber tersebut, diharapkan penerapan
kurikulum pendidikan agama Islam mampu mencapai tujuan dan orientasi yang dapat
dirasakan dan banggakan siswa.
2.
Pendekaran
Mikro
Model pendekatan mikro dalam
reformulasi penerapan kurikulum pendidikan agama Islam yaitu suatu tahapan
secara praktis dan sistematis yang memperhatikan situasi dan kondisi sumber
daya dukung lembaga pendidikan. Melalui pendekatan mikro ini dimaksudkan agar
tujuan penerapan kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah
dapat tercapai secara terukur, dan dapat berhasil secara maksimal.
Pendekatan mikro lebih dihadapkan
pada hal-hal yang bersifat fungsional, khususnya pengembangan materi, peran
guru dan siswa dalam interaksi pembelajaran. Ketiga komponen tersebut merupakan
suatu sistem dalam pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian oleh para pelaku
pendidikan. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh lembaga pendidikan untuk
menerapkan kurikulum pendidikan agama Islam melalui model pendekatan mikro ini
sebagai berikut :
a. Menentukan
Tujuan Materi
Untuk memudahkan cara mengalisis
keberhasilan kegiatan pembelajaran, biasanya sekolah membuat standar mutu
pembelajaran. Standar mutu pembelajaran merupakan jabaran dari standar isi yang
dikonsep dan dibangun melalui pemikiran logis dan sistematis berdasarkan
nilai-nilai dan prinsip-prinsp pokok pada visi dan misi sekolah atau madrasah.
Para guru harus membuat tujuan
materi pendidikan agama Islam yang fisibel dan berdaya guna. Menentukan tujuan
materi ini dimaksudkan agar guru mudah mengukur ketercapaian proses
belajar-mengajar yang dilakukannya selama proses interaksi pembelajaran di
dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Tujuan ini juga dimaksudkan untuk
menunjukkan kecakapan seorang guru dalam mengembangkan materi pendidikan agama
Islam yang memiliki nilai bobot dan kualitas yang bagus. Dengan cara itulah
tujuan pendidikan agama Islam mampu memberikan perubahan dan pencerahan jiwa,
pikiran, hati dan perasaan peserta didik.
b. Mengukur
Kemampuan Awal Siswa dan Solusinya
Agar pembelajaran pendidikan agama
Islam berlangsung tepat sasaran dan sesuai tujuan, maka perlu sebuah placement
test guna melakukan identifikasi dan pengelompokan siswa sesuai tingkat
kemampaunnya. Mengukur kemampuan awal siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa sebelum
menempuh sistem pembelajaran pendidikan agama Islam. Guru juga berkepentingan
bahwa dengan mengetahui kondisi kemampuan siswa, supaya sekolah dapat memberi
materi yang tepat dan sesuai tingkat kemampuan dan kebutuhan mereka. Adapun
pengukuran kemampuan awal siswa dilakukan dengan menggunakan tes.
Model ini perlu untuk menggali informasi
dan performen peserta didik terhadap kemampuan pendidikan agama Islam. Dengan
demikian, secara fungsional kurikulum pendidikan agama Islam sesuai dengan background
siswa terlebih dahulu.
c. Pembentukan
Perfomansi ( perilaku )
Pada tahap ini pimpinan lembaga
pendidikan perlu menerjemahkan kebutuhan dan tujuan performansi objektif yang
ingin dicapai dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam. Gambaran mengenai
performen siswa perlu dirumuskan, sehingga kurikulum pendidikan agama dapat
diarahkan untuk pembetukan cita-cita performansi siswa tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa
pimpinan sekolah perlu menyusun sebuah performansi siswa. Pertama, agar
dapat mengomunikasikan tingkat perbedaan siswa. Kedua, untuk menambah
kelengkapan atau rincian dalam menyusun program kegiatan pendidikan agama Islam
yang tepat sasaran. Ketiga, untuk mencapai tujuan performansi perlu
nilai standart yang mengatur siswa untuk menjadi pijakan dan pedoman
pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Tujuan performansi adalah untuk
mendesain proses kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan kepribadian
yang mantap dan mandiri. Performansi memberikan sebuah pengertian untuk
menentukan apakah hubungan pembelajaran dengan pencapaian tujuan pendidikan
agama islam, memberikan makna, untuk memfokuskan perencanaan pembelajaran dan
menuju keadaan yang tepat atau cocok dengan sosio-kultural dan sosio religius
yang itu merupakan pilar-pilar penting terwujudnya idealitas pembelajaran
pendidikan agama Islam.
d. Menyusun
Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari implementasi kurikulum dan kegiatan pembelajaran
akademik di lembaga pendidikan. Evaluasi ini dibutuhkan dengan mengacu pada
tujuan pokok kurikulum pendidikan agama Islam yang mengarah pada domain-domain
yang komprehensif.
Ada beberapa manfaat dari evaluasi
yaitu pertama, dapat digunakan untuk menganalisis tingkat penjabaran kurikulum
pendidikan agama Islam. Kedua untuk mengukur apakah ada pengaruh kepada peserta
didik yang telah mempelajari materi pendidikan agama Islam. Adapun jenis
evaluasinya diserahkan kepada guru untuk menunjukkan kebutuhan individu siswa,
sesuai dengan tingkat kecakapannya dan tidak tepat jika hanya sekadar sebagai
formalitas pembelajaran.
Tujuan lain dari evaluasi adalah
untuk mengecek kemajuan hasil belajar siswa, dan untuk mengecek kemungkinan
terjadinya salah pengertian siswa sehingga bisa dilakukan perbaikan sebelum
dilanjutkan. Sebagai tambahan, pelaksanaan evaluasi memberikan kesimpulan hasil
belajar sehingga dapat digunakan sebagai dokumen kemajuan siswa untuk
keluarganya, sekolahnya, dan sebagai administrasi.
E.
Tujuan Dalam Pembelajaran
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil
belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap
yang baru, yang diharapkan tercapai
oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya
proses belajar. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ( instructional goals ) dan tujuan belajar (
learning objectives ) berbeda, namun
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya.
a.
Pentingnya Tujuan Belajar dan
Pembelajaran
Tujuan penting dalam rangka sistem
pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang
menjadi titik tolak dalam
merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan
itu terletak pada :
1.
Untuk menilai hasil
pembelajaran. Pengajaran dianggap berhasil jika
siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan
oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pembelajaran.
2.
Untuk membimbing siswa belajar.
Tujuan-tujuan yang dirumuskan Dalam
hubungan ini, guru dapat merancang tindakan-tindakan
tertentu untuk mengarahkan kegiatan
siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.
3.
Untuk merancang sistem pembelajaran. Tujuan-tujuan
itu menjadi dasar dan kriteria dalam
upaya guru memilih materi pelajaran, menentukan kegiatan belajar mengajar, memilih
alat dan sumber, serta
merancang prosedur penilaian.
4.
Untuk melakukan komunikasi
dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan
proses pembelajaran. Berdasarkan
tujuan-tujuan itu terjadi
komunikasi antara guru-guru mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan bersama dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.
5.
Untuk melakukan kontrol terhadap
pelaksanaan dan keberhasilan program
pembelajaran. Dengan tujuan-tujuan itu, guru dapat mengontrol hingga mana
pembelajaran telah terlaksana, dan hingga mana siswa telah mencapai
hal-hal yang diharapkan. Berdasarkan hasil
kontrol itu dapat dilakukan upaya pemecahan kesulitan dan mengatasi
masalah-masalah yang timbul sepanjang proses pembelajaran berlangsung.
b.
Tujuan Pembelajaran
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan
pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan
apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan, berdasarkan mata
pelajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber
utama tujuan bagi para siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih
tujuan-tujuan pendidikan yang
bermakna, dan dapat terukur.
Untuk merumuskan
tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan
tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut. Tingkah laku yang
spesifik harus dapat diamati oleh guru yang ditunjukkan oleh
siswa, misalnya membaca lisan,
menulis karangan, untuk mengoperasionalisasikan tujuan suatu tingkah laku harus didefinisikan di mana guru dapat
mengamati dan
menentukan kemajuan siswa sehubungan dengan tujuan tersebut.
Suatu
tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Tujuan itu menyediakan situasi atau
kondisi untuk belajar, misalnya : dalam situasi bermain peran;
2.
Tujuan
mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati
3.
Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang
dikehendaki, misalnya pada peta pulau Jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga
gunung utama.
F.
Sistem Assesmen
Sistem Assesmen merupakan suatu penilaian yang komprehensif
dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil
keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak
sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran ataupun proses sistematika
dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan
dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan
apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan
dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan
kenyataan objektif.
a.
Tujuan Asesmen
Ø
Untuk
menyaring dan mengidentifikasi anak
Ø
Untuk
membuat keputusan tentang penempatan anak
Ø
Untuk
merancang individualisasi pendidikan
Ø
Untuk
memonitor kemajuan anak secara individu
Ø
Untuk
mengevaluasi kefektifan program.
Ø
Memperoleh
data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat
ini
Ø
Mengetahui
profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang
dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya
dukung lingkungan yang dibutuhkan anak
Ø
Menentukan
layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan
memonitor kemampuannya.
b.
Manfaat
Asesmen
Manfaat asesmen adalah
Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses
pembelajaran berlangsung. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. Untuk
memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
Untuk umpan balik bagi
guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang
digunakan. Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru. Untuk
memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek
tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan
penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan Siklus belajar adalah suatu
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses
pembelajaran yang berpusat pada pembelajar
atau anak didik ( student centre ). Siklus belajar merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan ( fase ) yang
diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperanan aktif.
Siklus belajar ( learning cycle )
terdiri dari lima fase yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu sebagai
berikut :
1.
Fase
Engage, yang merupakan fase awal, Pada fase ini guru menciptakan
situasi teka-teki yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa. Guru
dapat mengajukan pertanyaan ( misalnya : mengapa hal ini terjadi? Bagaimana
cara mengetahuinya? dll ) dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui hal-hal
apa saja yang telah diketahui oleh mereka. Fase ini dapat pula digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
2.
Fase
Eksplorasi, Selama fase eksplorasi, siswa harus diberi kesempatan
untuk bekerja sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase
ini menurut teori Piaget merupakan fase “ketidakseimbangan” dimana siswa harus
dibuat bingung. Fase ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji
hipotesis atau prediksi mereka, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan
menetapkan keputusan.
3.
Fase
Menjelaskan, Pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan
konsep dengan kalimat mereka sendiri.
4.
Fase Perpanjangan, Pada fase ini siswa
harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah mereka miliki terhadap
situasi lain.
5.
Evaluasi, Evaluasi dilakukan selama
pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan
kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.
Manfaat asesmen adalah
Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses
pembelajaran berlangsung. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar
mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. Untuk
memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
B.
Saran
Pembahasan makalah ini
sangatlah sederhana, secara keseluruhan makalah ini sudah cukup menggambarkan
tentang siklus belajar. Oleh karena itu bagi para penduduk ataupun masyarakat yang sudah
mengetahui ataupun memahami mengenai siklus belajar yang baik harus
mensosilisasikannya kepada masyarakat yang belum paham tentang siklus belajar tersebut.
DAFTARA PUSTAKA
Rahayu, S., Prayitno. 2005. Penggunaan Strategi
Pembelajaran Learning Cycle-Cooperative Learning 5E (LCC-5E). Makalah Seminar
Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5
September 2005.
Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta
Konsep untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa. PPGSM.
Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan
Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan
Piloting JICA. FMIPA UM. 9 Juli 2001.
Budiasih, E. , Widarti, H.R. 2004. Penerapan Pendekatan
Daur Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Matakuliah Praktikum Kimia
Analisis Instrumen. Jurnal Pendidikan dan pembelajaran Vol 10 (1), hal 70-78.
BERIKUT INI MERUPAKAN SOAL OBJEKTIF DAN ESSAY DARI MATERI
SIKLUS BELAJAR
A.
Soal Objektif
1.
Pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan
kecakapan yang telah mereka miliki terhadap situasi lain, penjelasan tersebut
merupakan pengertian dari ?
a.
Fase
Engage
b.
Fase
Eksplorasi
c.
Fase
Menjelaskan
d.
Fase
Perpanjangan
e.
Evaluasi
2.
Yang merupakan unsur-unsur teori belajar Piaget berikut ini
adalah ?
a.
Asimilasi, akomodasi, dan organisasi
b.
Organisasi, evaluasi, dan kegiatan
c.
Akomodasi, peringatan, dan situasi
d.
Organisasi, akomodasi, dan peringatan
e.
Asimilasi, hukuman, peraturan
3.
Siklus belajar patut dikedepankan, karena sesuai dengan
teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme, penjelasan
tersebut merupakan pengertian dari teori ?
a.
Teori Evaluasi
b.
Teori Akomodasi
c.
Teori Piaget
d.
Teori Darwin
e.
Teori insight
4.
Siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan
teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru, penjelasan tersebut merupakan
pengertian dari fase ?
a.
Fase
Engage
b.
Fase
Eksplorasi
c.
Fase
Menjelaskan
d.
Fase
Perpanjangan
e.
Evaluasi
5.
Secara garis besar teori belajar menurut Gredler ( 1991 )
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a.
Conditioning theory, connection theories, insightful
learning
b.
Teori evaluasi, teori darwin, teori cycle
c.
Evaluasi, eksplorasi, engage
d.
Theory learning, teori darwin, evaluasi
e.
Teori gredler, teori connection, eksplorasi
6.
Teori yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu respon
dari stimulus tertentu, penjelasan tersebut merupakan pengertian dari teori ?
a.
Connection teori
b.
Teori cycle
c.
Teori evaluasi
d.
Conditioning theory
e.
Insighful theory
7.
Conditioning theory merupakan salah satu teori yang di
kembangkan oleh ?
a.
Watson, Guthreic, dan Skinner
b.
Pavlov,watson, dan cycle
c.
Watson, pavlov, dan gredler
d.
Skinner, cycle, dan watson
e.
Guitheric, watson dan gredler
8.
Belajar adalah merupakan proses terjadinya refleks-refleks
atau respons bersyarat melalui stimulus pengganti, merupakan pendapat yang
dikeluarkan oleh ?
a.
Gredler
b.
Cycle
c.
Watson
d.
Skinner
e.
Pavlov
9.
Tingkah laku bukanlah sekedar respons terhadap stimulus,
tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant, penjelasan disamping
merupakan pengertian dari ?
a.
Teori watson
b.
Teori operant conditioning
c.
Teori darwin
d.
Teori cycle
e.
Teori gredlin
10.
Teori belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons, merupakan penjelasan
dari teori ?
a.
Teori operant conditioning
b.
Insighful theory
c.
Teori evolusi
d.
Connection theories
e.
Teori gredler
11.
Teori connection theories adalah teori yang dikembangkan
oleh ?
a.
Gredler
b.
Aries toteles
c.
Thorndhike
d.
Watson
e.
Skinner
12.
Teori yang mengutamakan pengertian dalam proses belajar
mengajar, jadi bukan ulangan, yaitu teori ?
a.
Connection theories
b.
Insighful learning
c.
Theori fiels
d.
Teori skinner
e.
Teori watson
13.
Teori yang mengatakan untuk mendapatkan pemahaman belajar
dengan menemukan sendiri, sehingga menggunakan pendekatan discovery learning, yaitu
teori ?
a.
Teori Brunner
b.
Teori Fiels
c.
Teori Skiner
d.
Teori witson
e.
Teori Learning
14.
Penerapan
kurikulum dapat diterapkan melalui dua model pendekatan, yaitu pendekatan ?
a.
Pendekatan
induktif dan pendekatan deduktif
b.
Pendakatan
makro dan pendekatan induktif
c.
Pendekatan makro dan pendekatan mikro
d.
Pendekatan
mikro dan pendekatan deduktif
e.
Pendekatan
induktif dan pendekatan makro
15.
Pendekatan
yang lebih dihadapkan pada hal-hal yang bersifat fungsional, khususnya
pengembangan materi, peran guru dan siswa dalam interaksi pembelajaran, yaitu
pendekatan ?
a.
Pendekatan
makro
b.
Pendekatan mikro
c.
Pendektan
umum
d.
Pendekatan
tidak langsng
e.
Pendekatan
langsung
16.
Untuk
mengecek kemajuan hasil belajar siswa, dan untuk mengecek kemungkinan
terjadinya salah pengertian siswa sehingga bisa dilakukan perbaikan sebelum
dilanjutkan merupakan tujuan dari ?
a.
Tujuan
Induktif
b.
Tujuan Evaluasi
c.
Tujuan
Mikro
d.
Tujuan Makro
e.
Tujuan Deduktif
17.
Yang merupakan cara yang akurat untuk menentukan
hasil pembelajaran, yaitu merupakan tujuan dari ?
a.
Tujuan evaluasi
b.
Tujuan belajar
c.
Tujuan langsung
d.
Tujuan tidak langsung
e.
Tujuan makro
18.
Untuk
mendesain proses kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan kepribadian
yang mantap dan mandiri, merupakan tujuan dari ?
a.
Tujuan
makro
b.
Tujuan
mikro
c.
Tujuan performansi
d.
Tujuan
evaluasi
e.
Tujuan
langsung
19.
Berikut ini suatu
tujuan pembelajaran yang memenuhi kriteria, kecuali ?
a.
Tujuan itu menyediakan situasi atau
kondisi untuk belajar, misalnya : dalam
situasi bermain peran.
b.
Tujuan
mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati
c.
Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang
dikehendaki, misalnya pada peta pulau Jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga
gunung utama
d.
Tujuan menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar dan
tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang di kehendakinya
e.
Segala tingkah laku yang tidak menyenangkan akan
diingat dan mudah dipelajari
20. Berikut ini
tujuan dari assesmen, kecuali ?
a.
Untuk
menyaring dan mengidentifikasi anak
b.
Untuk
membuat keputusan tentang penempatan anak
c.
Untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan
d.
Untuk
merancang individualisasi pendidikan
e.
Untuk
memonitor kemajuan anak secara individu
21.
Apa tujuan dari suatu evaluasi dalam menyusun evaluasi ?
a.
Untuk mengecek kemajuan hasil belajar siswa, dan untuk
mengecek kemungkinan terjadinya salah pengertian siswa sehingga bisa dilakukan
perbaikan sebelum dilanjutkan
b.
Untuk
mengalisis tingkat penjabaran kurikulum
c.
Untuk
mengukur apakah ada pengaruh kepada peserta didik yang telah mempelajari materi
d. Untuk menunjukkan kebutuhan
individu siswa, sesuai dengan tingkat kecakapannya dan tidak tepat jika hanya
sekadar sebagai formalitas
pembelajaran.
e.
Untuk
mendesain proses kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan kepribadian
yang mantap dan mandiri.
22.
Berikut ini adalah tujuan dari Performansi dalam menyusun
program kegiatan pendidikan,kecuali ?
a. Untuk mendesain proses kegiatan
belajar mengajar yang mampu menciptakan kepribadian yang mantap dan mandiri.
b. Untuk menentukan apakah hubungan
pembelajaran dengan pencapaian tujuan pendidikan
c. Untuk memfokuskan perencanaan
pembelajaran dan menuju keadaan yang tepat atau cocok dengan sosio-kultural dan
sosio religius
d. Untuk pembetukan cita-cita performansi siswa tersebut
e.
Terwujudnya
idealitas pembelajaran pendidikan agama Islam
23. Melalui pendekatan mikro
dimaksudkan agar tujuan penerapan kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah
atau madrasah dapat tercapai secara terukur, dan dapat berhasil secara
maksimal. Pendekatan mikro lebih dihadapkan pada hal-hal yang bersifat ?
a. Praktis, ekonomis dan sistematis
b. Fungsional, pengembangan materi, peran guru dan siswa
c. Tanggap,relevan dan
berkesinambungan
d. Laboratorium dan perpustakaan yang
unggul, untuk tempat belajar dan melakukan riset dan eksperimen ilmiah
e. Kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik
24. ̎̎Transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat.̎ ini merupakan pandangan dari seorang ahli yang
bernama ?
a. Hilda
Taba (1962)
b. Caswell
and Campbell (1935)
c. Gestalt
d. Edward
A. Krug (1957)
e. Beauchamp
(1972)
25. Yang
termasuk manfaat assesmen adalah ?
a. Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama
dan setelah proses pembelajaran berlangsung
b. Untuk memahami prestasi
siswa
c. Untuk mendidik siswa agar
menjadi lebih baik dan pintar
d. Mengetahui siswa yang
kurang mampu
e. Dapat mengetahui kemampuan
siswa
26. Tujuan penting dalam rangka sistem
pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang
menjadi titik tolak dalam
merancang sistem yang efektif, yang termasuk tujuan tersebut adalah ?
a. Melihat kegiatan guru
b. Untuk mengetahui keaktifan siswa
dalam kelas
c. Untuk menilai hasil pembelajaran
d. Untuk
mengajar siswa
e. Melihat
kegiatan siswa selama disekolah
27. Salah satu manfaat evaluasi berikut
ini adalah ?
a. Dapat digunakan sebagai acuan
terhadap siswa
b. Dapat digunakan untuk menganalisis tingkat penjabaran kurikulum
c. Untuk melihat kegiatan siswa
sehari-hari
d. Untuk memahami sifat siswa
e. Untuk melihat sifat guru terhadap
siswa
28. Tujuan program pendidikan sangat
dipengaruhi oleh oleh ?
a. Melihat kemampuan siswa
b. Kegiatan sekolah selama satu minggu
c. Kegiatan siswa selama disekolah
d. Kualitas isi kurikulum, disamping pengaruh guru dan
lingkungannya
e. Pengaruh siswa terhadap guru
29. Yang termasuk tujuan dari sumber belajar
berikut ini adalah ?
a. Untuk merangsang semangat dan motivasi belajar supaya
lebih baik
b. Untuk membuat siswa samangat untuk
sekolah
c. Melihat kegiatan guru selama
disekolah
d. Untuk melihat kegiatan siswa selama
disekolah
e. Membuat siswa tidak mudah putus asa
30. Berikut ini yang termasuk tahap
invitasi adalah ?
a. Sesuatu pelajaran yang sangat
disenangi oleh siswa
b. Untuk memfokuskan kurikulum
c. Merupakan tahapan untuk memfokuskan pelajaran dan
menjajagi kesiapan siswa untuk menerima konsep baru
d. Untuk membuat sekolah
menjadi lebih baik dari sekolah lain
e. Membuat guru menjadi
semangat mengajar
B.
Essay
1.
Soal : Apa yang dimaksud dengan siklus belajar atau
Learning Cycle ?
Jawab: Siklus Belajar atau Learning Cycle adalah suatu
model belajar yang berpusat pada pembelajar atau student centered.
2.
Soal : Siklus
belajar atau learning cycle
terdiri dari lima fase yang saling
berhubungan satu sama lainnya, sebutkan ke
lima fase tersebut ?
Jawab : Kelima fase siklus belajar
tersebut sebagai berikut
ü Fase Engage
ü Fase Eksplorasi
ü Fase Menjelaskan
ü Fase Perpanjangan
ü Evaluasi
3.
Soal : Secara garis besar teori belajar
menurut Gredler pada tahun 1991
dibedakan
menjadi 3 sebutkan ?
Jawab : Ketiga teori
belajar tersebut yaitu
Ø
Conditioning theory
Ø
Connection theories
Ø
Insightful Learning
4.
Soal : Menurut
teori Piaget teori belajar terbagi atas tiga sebutkan ?
Jawab : Ketiga teori belajar menurut teori piaget adalah
v
Proses belajar dari konkret ke yang abstrak
v
Pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan mental
baru yang sebelumnya
v
Perubahan umur mempengaruhi kemampuan belajar individu
5.
Soal : Apa yang
dimaksud dangan sistem assesmen ?
Jawab : Sistem Assesmen merupakan suatu penilaian yang
komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan
yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang
dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar