Senin, 18 Juni 2012

Teori Behavioristik


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari Pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek Pendidikan dan Pembelajaran yang dikenal sebagai aliran Behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Aliran behavioristik menekankan terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan Stimulus-Response (S-R) mendudukkan pebelajar pada posisi pasif. Respon (perilaku) tertentu dapat dibentuk karena dikondisikan dengan cara tertentu, menggunakan metode drill (pembiasaan) semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement (dorongan), dan akan menghilang bila dikenakan hukuman. Hubungan S-R, individu pasif, perilaku yang tampak, pembentukan perilaku dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman merupakan unsur-unsur terpenting dalam teori behavioristik. Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Selain itu pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.

1.2  Rumusan Masalah
*      Bagaimana teori pembelajaran berdasarkan teori Behaviorisme ?
*      Bagaimana penerapan teori Behaviorisme dalam pembelajaran ?
*      Bagaimana penerapan teori Behaviorisme dalam kurikulum ?
*      Apa tujuan teori Behaviorisme dalam Pembelajaran ?
*      Bagaimana system assesmen atau sistem penilaian berdasarkan teori Behaviorisme ?

1.3  Tujuan
*      Dapat menjelaskan teori pembelajaran berdasarkan teori Behaviorisme.
*      Dapat mengetahui penerapan teori Behaviorisme dalam pembelajaran.
*      Dapat mengetahui penerapan teori Behaviorisme terhadap kurikulum pembelajaran.
*      Dapat menjelaskan tujuan teori Behaviorisme dalam pembelajaran.
*      Dapat mengetahui system assesmen / penilaian berdasarkan teori Behaviorisme.















BAB II
URAIAN MATERI
1.    TEORI BEHAVIORISME
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
teori behaviorisme, hanya menganalisa perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional.
Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
1.1    Teori Belajar Behaviorisme
Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran    yang    dikenal            sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Selain itu para psikolog Behavioristik mengemukakan bahwa, tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang., dan bahwa segenap tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku tersebut.
A.  Prinsip – prinsip dalam teori Behavioristik.
a.    Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
b.    Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
c.    Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
d.   Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
e.    Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
f.     Banyak ahli membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
B.  Tokoh-tokoh aliran Behaviorisme
a.    Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan.
Teori Thorndike ini sering disebut teori koneksionisme. Dimana
Prinsip pertama
dari teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.



Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang utama yaitu :
*     The Law of Effect (Hukum Akibat).
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya
*      The Law of Exercise (Hukum Latihan)
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
*      The Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
b.      John Watson (1878 - 1958)
Menurut Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Jadi perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
c.       Clark L. Hull (1884 - 1952)
Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Menurut Clark Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Prinsip-prinsip utama teorin Clark L. Hull :
*   Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada.
*   Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O (organisma).
*   Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi.
d.      Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus 1sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, sehingga dalam kegiatan belajar peserta didik perlu diberi stimulus dengan sering agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
e.       Burrhus Frederic Skinner (1904 - 1990)
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Dimana ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah karena perlu penjelasan lagi.
 Prinsip-prinsip teori Skinner :
*   Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
*   Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
*   Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
*   Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
*   dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
*        Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
*        Dalam pembelajaran digunakan shaping.

1.2    Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
*   tujuan pembelajaran.
*   sifat materi pelajaran.
*   karakteristik pebelajar.
*    media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pelajar.
Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a.    Mementingkan pengaruh lingkungan
b.    Mementingkan bagian-bagian
c.    Mementingkan peranan reaksi
d.   Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e.    Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f.     Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g.    Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
1.3    Penerapan dalam Kurikulum
Dalam hal pembelajaran, pelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar, pelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
1.4    Tujuan dalam Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut pelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pelajar secara individual.
1.5    Sistem Assesmen / Penilaian
Assesmen ataupun penilaian merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kompetensi dan kemajuan belajar mahasiswa (kelompok atau individu), dan mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan evaluation adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektivitas sistem pendidikan secara keseluruhan. Sebagian ahli mengatakan, evaluasi itu kegiatan penilaian yang bersifat luas, menyeluruh.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no. 19/2005 tentang Sisdiknas pasal 1 dinyatakan bahwa, penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan bagian dari penilaian pendidikan secara keseluruhan. Penilaian Berbasis Kelas lebih dekat konotasinya dengan assessment dari pada evaluation. Dalam sistem pembelajaran (perkuliahan), penilaian (PBK) menempati posisi yang sama pentingnya dengan perencanaan maupun kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian menjadi salah satu faktor dalam sistem pembelajaran. Hasil penilaian harus dapat dijadikan informasi yang reliable, valid dan accountable terhadap stakeholders.
Penilaian sebagai Subsistem KBK
Pemikiran Behaviorisme dalam psikologi telah sedemikian mengakar hingga merambah ke dunia pendidikan sejak abad 20 hingga abad 21 sekarang ini. Tes objektif sebagai teknik atau alat penilaian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar mastery learning dan mastery testing, merupakan bukti nyata dari pengaruh pemikiran behavioristik. Gagasan KBK (Competency-Based Curriculum, Competency-Based Learning) tak lain juga merupakan kebijakan yang dipengaruhi (disadari atau tak disadari) oleh pemikiran behavioritik. Tetapi, KBK (dikenal dengan Kurikulum 2004) ini telah menjadi kebijakan.
Penilaian Hasil Belajar dalam Perpektif KBK
Dalam perspektif KBK, penilaian hasil belajar peserta didik disebut dengan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yaitu, perangkat yang memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi / hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar mahasiswa. Disebut PBK karena penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan KBM. Acuan penilaian PBK lebih cocok dengan penilaian acuan patokan (PAP) sesuai dengan prinsip mastery learning, daripada acuan penilaian norma (PAN).
Asesmen Alternatif: Penilaian Berorientasi Proses Sekaligus Hasil
PBK perlu mengembangkan asesmen alternatif sebagai upaya memperbaiki dan melengkapi tes standar, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product) tetapi yang lebih penting ia merupakan bagian yang penting dalam proses pembelajaran.
















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Teori behavioristik merupakan teori yang menggunakan hubungan stimulus-responnya dan menganggap orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Diantara tokoh-tokoh aliran behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons, merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampaun yang membut
uhkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.
Berdasarkan pembahasan di atas, tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut pelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/behaviorisme/html.  Diakses hari minggu 26 februari 2012
Anonim:http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik.html.Diakses hari minggu 26 februari 2012
Anonim:http://www.funderstanding.com/content/behaviorisme.html. Diakses hari minggu 26 februari 2012
Dalyono, M. 2010. Psikologi pendidikan. Rineka cipta : Jakarta.
Mahmud, H. 2010. Psikologi pendidikan. Pustaka setia : Bandung.









EVALUASI
SOAL OBJEKTIF
  1. Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh salah satu para ahli yaitu :
a.       Jhon Watson
b.      Clark L. Hull
c.       Berliner
d.      Edwin Guthrie
e.       Edward Lee Thorndike
  1. Teori Behaviorisme lebih mengarah pada terbentuknya :
a.       Jati diri
b.      Perilaku
c.       Kecakapan
d.      Karakter
e.       Disiplin
  1. Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh :
a.      Respon pelajar
b.      Stimulus pendidik
c.       Respon guru
d.      Orang tua
e.       Perilaku pelajar
  1. Berikut ini ciri-ciri teori Behaviorisme yang mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, kecuali :
a.       bersifat mekanistis
b.      menekankan peranan lingkungan
c.       mementingkan pembentukan reaksi atau respon
d.      mengabaikan sistem
e.       menekankan pentingnya latihan
  1. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya, hal ini dikemukakan berdasarkan teori :
a.       Konstruktivisme
b.      Kognitivisme
c.       Kecerdasan majemuk
d.      Sibernetik
e.       Behaviorisme
  1. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak merupakan salah satu dari prinsip :
a.       Teori Brunner
b.      Teori Behavioristik
c.       Teori pemrosesan informasi
d.      Teori Bandura
e.       Teori motivasi
  1. Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang menganut aliran Behaviorisme, kecuali :
a.       Jhon Watson
b.      Clark L. Hull
c.       Berliner
d.      Edwin Guthrie
e.       Edward Lee Thorndike
  1. merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Pernyataan ini di kemukakan oleh :
a.       Clark L. Hull
b.      Edwin Guthrie
c.       John Watson
d.      Edward Lee Thorndike
e.       Burrhus Frederic Skinner
  1. Konsep-konsep yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya dengan menggunakan salah satu prinsip teorinya, yaitu :
a.      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
b.      Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi
c.       Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
d.      belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon,
e.       Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada
  1. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal, kecuali :
a.       tujuan pembelajaran.
b.      sifat materi pelajaran.
c.       karakteristik pebelajar.
d.       media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
e.       Tempat pembelajaran
  1. untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah merupakan fungsi dari :
a.       Perilaku
b.      Tingkah Laku
c.       Fikiran
d.      Pembelajaran
e.       Teori
  1. Dalam menerapkan teori Behavioristik harus memperhatikan hal-hal yang mendasari ciri-ciri teori tersebut, salah satunya adalah :
a.      Mementingkan peranan reaksi
b.      Mementingkan pengaruh manusia
c.       Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d.      Dalam pembelajaran digunakan shaping.
e.       Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi.

  1. Teori yang paling menonjol dalam teori Behaviorisme mengenai manusia adalah teori :
a.       Diskusi
b.      Belajar
c.       Ceramah
d.      Pengalaman
e.       Pengajaran
  1. Berdasarkan teori behaviorisme, untuk pengalaman berulang-ulang dikenal dengan istilah :
a.       Empirisme
b.      Pelaziman (conditioning)
c.       Humanistis
d.      Kognitif
e.       Stimulus
  1. Segala sesuatu objek yang bersumber dari lingkungan yang terdapat dalam psikologi merupakan definisi dari :
a.      Stimulus
b.      Respon
c.       Learning
d.      Stimulus dan respon
e.       Kreativitas

  1. Hubungan antara stimulus dan respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih. Sebaliknya, hubungan ini semakin berkurang apabila jarang atau tidak berlatih. Hal ini merupakn eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike yang bersifat :
a.       Law of effect
b.      Law of readness
c.       Law of execise
d.      Law of responding conditioning
e.       Law of respondent extinction
  1. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Hal ini merupakan salah satu eksperimen yang dilakukan oleh :
a.      B.F. Skinner
b.      Thorndike
c.       Albert Bandura
d.      Ivan Pavlov
e.       Jhon Watson
  1. Dalam hal pembelajaran, pelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik, hal ini merupakan penerapan dari :
a.       Pembelajaran
b.      Kurikulum
c.       Silabus
d.      Pengajaran
e.       Pembelajaran
  1. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Hal ini terjadi karena sisitem pembelajaran bersifat :
a.      Otomatis – mekanis
b.      Stimulus – respon
c.       Langsung
d.      Menekan
e.       Santai
  1. Penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon, merupakan jenis stimulus yang bersifat ;
a.       Hukuman
b.      Positive Reinforcement
c.       Negative Reinforcement
d.      Respondents
e.       Operant

  1. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai :
a.      Aktivitas
b.      Kegiatan
c.       Aplikasi
d.      Kewajiban
e.       Pekerjaan
  1. Respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test merupakan kegiatan yang ditekankan pada saat :
a.       Ujian
b.      Evaluasi
c.       Belajar
d.      Pengajaran
e.       Wisata
  1. kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kompetensi dan kemajuan belajar mahasiswa (kelompok atau individu) disebut :
a.       Informasi
b.      Wawancara
c.       Assesmen
d.      Test
e.       Ujian

  1.  Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, hal ini berdasarkan PPRI tentang Sisdiknas nomor :
a.      Nomor 19 tahun 2005
b.      Nomor 20 tahun 2005
c.       Nomor 19 tahun 2006
d.      Nomor 20 tahun 2006
e.       Nomor 19 tahun 2007
  1. belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Pernyataan ini dikemukakan oleh salah satu para ahli yaitu :
a.       Clark L. Hull
b.      Edwin Guthrie
c.       John Watson
d.      Edward Lee Thorndike
e.       Burrhus Frederic Skinner
  1. hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah  jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini dikenal dengan hokum :
a.       Hukum kesiapan
b.      Hukum latihan
c.       Hukum akibat
d.      Hukum kekelan
e.       Hukum belajar
  1. Hukum yang mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon selektif).
a.       Hukum Reaksi Bervariasi
b.      Hukum Sikap
c.       Hukum Aktifitas Berat Sebelah
d.      Hukum Respon by Analogy.
e.       Hukum perpindahan Asosiasi
28.  Dalam perjalanan penyampaian teorinya Thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar, kecuali :
a.       Hukum latihan
b.      Hukum akibat
c.       Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan
d.      Hukum tambahan
e.       Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.
  1. untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi (tagihan) mahasiswa, dalam PBK dikembangkan teknik dan jenis penilaian yang disebut asesmen alternatif,  kecuali :
a.       Pengumpulan kerja mahasiswa (portfolio)
b.      Hasil karya mahasiswa (product)
c.       Penugasan (project)
d.      Kinerja, unjuk kerja mahasiswa (performance)
e.       Dana mahasiswa
  1. System penilaian yang berlaku di perguruan tinggi adalah :
a.      Formal
b.      Informal
c.       Langsung
d.      Berurut
e.       Efektif
ESSAY
  1. Soal     : Apa yang dimaksud dengan teori Behaviorisme ?
Jawab : Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat  diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.

  1. Soal     : Apa yang membedakan antara stimulus dengan respons ?
Jawab : Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

  1. Soal : Mengapa dalam kegiatan belajar peserta didik harus perlu diberi    stimulus secara terus menerus ?
Jawab : Karena hubungan antara stimulus dan respon masih bersifat sementara sehingganya perlu sering diberi agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.

  1. Soal     : Mengapa implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri ?
Jawab : Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
5.      Soal     : Dalam hal pembelajaran, pelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Untuk itu apa yang harus dilakukan oleh para pendidik ?
Jawab   : Para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar, pelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar