BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari Pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktek Pendidikan dan Pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran Behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Menurut teori behavioristik belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Aliran behavioristik menekankan terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behavioristik dengan model hubungan Stimulus-Response (S-R) mendudukkan
pebelajar pada posisi pasif. Respon (perilaku) tertentu dapat dibentuk karena
dikondisikan dengan cara tertentu, menggunakan metode drill (pembiasaan)
semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement (dorongan), dan akan menghilang bila dikenakan hukuman. Hubungan
S-R, individu pasif, perilaku yang tampak, pembentukan perilaku dengan penataan
kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman merupakan unsur-unsur
terpenting dalam teori behavioristik. Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para
pendidik. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Selain itu pandangan behavioristik
juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun
mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimana teori
pembelajaran berdasarkan teori Behaviorisme ?
Bagaimana penerapan
teori Behaviorisme dalam pembelajaran ?
Bagaimana penerapan
teori Behaviorisme dalam kurikulum ?
Apa tujuan teori
Behaviorisme dalam Pembelajaran ?
Bagaimana system
assesmen atau sistem penilaian berdasarkan teori Behaviorisme ?
1.3
Tujuan
Dapat menjelaskan teori
pembelajaran berdasarkan teori Behaviorisme.
Dapat mengetahui
penerapan teori Behaviorisme dalam pembelajaran.
Dapat mengetahui
penerapan teori Behaviorisme terhadap kurikulum pembelajaran.
Dapat menjelaskan
tujuan teori Behaviorisme dalam pembelajaran.
Dapat mengetahui system
assesmen / penilaian berdasarkan teori Behaviorisme.
BAB
II
URAIAN
MATERI
1.
TEORI
BEHAVIORISME
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku,
yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap
rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik
positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman
kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak
benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
teori behaviorisme, hanya menganalisa perilaku yang nampak
saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosional.
Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Ciri dari teori ini adalah
mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan.
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
1.1
Teori Belajar Behaviorisme
Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan
teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran
behavioristik.
Aliran
ini
menekankan
pada
terbentuknya
perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Selain
itu para psikolog Behavioristik mengemukakan bahwa, tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian
dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioral dengan stimulasinya. Guru-guru yang menganut pandangan ini
berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap
lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang., dan bahwa segenap tingkah
laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku
tersebut.
A. Prinsip
– prinsip dalam teori Behavioristik.
a.
Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai
perwujudan
dari jiwa atau mental yang abstrak.
b.
Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo
problem untuk sciene, harus dihindari.
c.
Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
d.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini
dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi
behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem
Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus
pada overt behavior tetap terjadi.
e.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan
bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
f.
Banyak ahli membagi behaviorisme ke dalam dua periode,
yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
B. Tokoh-tokoh
aliran Behaviorisme
a. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi
antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau
tindakan.
Teori Thorndike ini sering disebut teori koneksionisme. Dimana
Prinsip pertama dari teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
Prinsip pertama dari teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
Menurut Thorndike terdapat tiga hukum belajar yang utama yaitu :
The Law of Effect (Hukum Akibat).
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika
akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin
lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,
suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan
tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya
The Law of Exercise (Hukum Latihan)
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
The Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.
b.
John Watson (1878 - 1958)
Menurut Watson,
belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus
dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Jadi perubahan-perubahan
mental dalam diri seseorang selama proses belajar, tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati.
c. Clark L. Hull (1884 - 1952)
Clark Hull juga
menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar. Menurut Clark Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan
dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
berwujud macam-macam.
Prinsip-prinsip utama teorin Clark L. Hull :
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang
harus ada.
Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah
peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O
(organisma).
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis
terjadi.
d. Edwin Guthrie
Azas belajar
Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus
yang disertai suatu gerakan. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar
terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus 1sedangkan tidak ada respon lain
yang
dapat
terjadi.
Hubungan antara
stimulus dan respon bersifat sementara, sehingga dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu diberi stimulus dengan sering agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
e. Burrhus Frederic Skinner (1904 - 1990)
Konsep-konsep yang
dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya.
Dimana ia
mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku.
Menurutnya respon
yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang
diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku.
Oleh karena
itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan
antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan
mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya
masalah karena perlu penjelasan lagi.
Prinsip-prinsip teori Skinner :
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa,
jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk
itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya hukuman.
dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas
sendiri.
Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
Dalam pembelajaran
digunakan shaping.
1.2
Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran.
sifat materi pelajaran.
karakteristik pebelajar.
media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer
of knowledge) ke orang yang belajar atau pelajar.
Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Metode behaviorisme ini sangat
cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek,
daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah
ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan
pengaruh lingkungan
b. Mementingkan
bagian-bagian
c. Mementingkan
peranan reaksi
d. Mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e.
Mementingkan
peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f.
Mementingkan
pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g.
Hasil
belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma
behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap,
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh
oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng
diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
1.3
Penerapan dalam Kurikulum
Dalam
hal pembelajaran,
pelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum
yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses
pembelajaran yang harus dicapai oleh para pelajar. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar,
pelajar diukur
hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat
tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses
pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar
untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
telah terstruktur rapi dan teratur, maka pelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan
dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh
sistem yang berada di luar diri pebelajar.
1.4
Tujuan dalam Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan
dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi
atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut pelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara
terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil
belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara
“benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah
menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang
terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pelajar secara
individual.
1.5
Sistem Assesmen / Penilaian
Assesmen ataupun penilaian merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian kompetensi dan kemajuan belajar
mahasiswa (kelompok atau individu), dan mengefektifkan penggunaan informasi
tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan evaluation adalah
kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektivitas sistem pendidikan secara
keseluruhan. Sebagian ahli mengatakan, evaluasi itu kegiatan penilaian yang
bersifat luas, menyeluruh.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no. 19/2005 tentang
Sisdiknas pasal 1 dinyatakan bahwa, penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan bagian dari penilaian
pendidikan secara keseluruhan. Penilaian Berbasis Kelas lebih dekat konotasinya
dengan assessment dari pada evaluation. Dalam sistem pembelajaran
(perkuliahan), penilaian (PBK) menempati posisi yang sama pentingnya dengan
perencanaan maupun kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian menjadi
salah satu faktor dalam sistem pembelajaran. Hasil penilaian harus dapat
dijadikan informasi yang reliable, valid dan accountable
terhadap stakeholders.
Penilaian
sebagai Subsistem KBK
Pemikiran Behaviorisme dalam
psikologi telah sedemikian mengakar hingga merambah ke dunia pendidikan sejak
abad 20 hingga abad 21 sekarang ini. Tes objektif sebagai teknik atau alat
penilaian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar mastery learning
dan mastery testing, merupakan bukti nyata dari pengaruh pemikiran
behavioristik. Gagasan KBK (Competency-Based Curriculum, Competency-Based
Learning) tak lain juga merupakan kebijakan yang dipengaruhi (disadari atau
tak disadari) oleh pemikiran behavioritik. Tetapi, KBK (dikenal dengan
Kurikulum 2004) ini telah menjadi kebijakan.
Penilaian Hasil Belajar dalam
Perpektif KBK
Dalam perspektif KBK, penilaian hasil belajar peserta didik
disebut dengan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yaitu, perangkat yang memuat
prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi / hasil
belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus
dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar mahasiswa. Disebut PBK karena
penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan KBM. Acuan penilaian PBK lebih
cocok dengan penilaian acuan patokan (PAP) sesuai dengan prinsip mastery
learning, daripada acuan penilaian norma (PAN).
Asesmen
Alternatif: Penilaian Berorientasi Proses Sekaligus Hasil
PBK perlu mengembangkan asesmen
alternatif sebagai upaya memperbaiki dan melengkapi tes standar, sehingga
penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end
product) tetapi yang lebih penting ia merupakan bagian yang penting dalam
proses pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori behavioristik merupakan teori yang menggunakan
hubungan stimulus-responnya dan menganggap orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Diantara tokoh-tokoh aliran behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons, merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Diantara tokoh-tokoh aliran behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons, merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik tidak mampu menjelaskan situasi belajar
yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus
dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya
variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan
yang sama.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.
Berdasarkan
pembahasan di atas, tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut pelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/behaviorisme/html.
Diakses hari minggu 26 februari 2012
Anonim:http://technology-017lia.blogspot.com/2011/05/aplikasi-teori-behavioristik-dalam.html.
Diakses hari minggu 26 februari 2012.
Anonim:http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik.html.Diakses
hari minggu 26 februari 2012
Anonim:http://www.funderstanding.com/content/behaviorisme.html. Diakses hari minggu 26 februari
2012
Dalyono, M. 2010. Psikologi pendidikan. Rineka cipta :
Jakarta.
Mahmud, H. 2010. Psikologi pendidikan. Pustaka setia :
Bandung.
EVALUASI
SOAL OBJEKTIF
- Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh salah satu para ahli yaitu :
a. Jhon
Watson
b. Clark L. Hull
c.
Berliner
d.
Edwin Guthrie
e. Edward Lee Thorndike
- Teori Behaviorisme lebih mengarah pada terbentuknya :
a. Jati
diri
b.
Perilaku
c. Kecakapan
d. Karakter
e. Disiplin
- Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh :
a.
Respon pelajar
b. Stimulus pendidik
c. Respon guru
d. Orang tua
e. Perilaku
pelajar
- Berikut ini ciri-ciri teori Behaviorisme yang mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, kecuali :
a. bersifat mekanistis
b. menekankan peranan lingkungan
c. mementingkan pembentukan reaksi atau respon
d.
mengabaikan sistem
e. menekankan pentingnya latihan
- Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya, hal ini dikemukakan berdasarkan teori :
a. Konstruktivisme
b. Kognitivisme
c. Kecerdasan majemuk
d. Sibernetik
e.
Behaviorisme
- Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak merupakan salah satu dari prinsip :
a. Teori Brunner
b.
Teori Behavioristik
c. Teori pemrosesan informasi
d. Teori Bandura
e. Teori motivasi
- Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang menganut aliran Behaviorisme, kecuali :
a. Jhon
Watson
b. Clark L. Hull
c.
Berliner
d.
Edwin Guthrie
e. Edward Lee Thorndike
- merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur. Pernyataan ini di kemukakan oleh :
a. Clark L. Hull
b.
Edwin Guthrie
c.
John Watson
d. Edward Lee Thorndike
e. Burrhus Frederic Skinner
- Konsep-konsep yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya dengan menggunakan salah satu prinsip teorinya, yaitu :
a. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
b.
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis
terjadi
c.
Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai
perwujudan
dari jiwa atau mental yang abstrak.
d.
belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon,
e.
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang
harus ada
- Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal, kecuali :
a.
tujuan pembelajaran.
b.
sifat materi pelajaran.
c.
karakteristik pebelajar.
d.
media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
e. Tempat
pembelajaran
- untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah merupakan fungsi dari :
a.
Perilaku
b.
Tingkah
Laku
c. Fikiran
d.
Pembelajaran
e.
Teori
- Dalam menerapkan teori Behavioristik harus memperhatikan hal-hal yang mendasari ciri-ciri teori tersebut, salah satunya adalah :
a.
Mementingkan
peranan reaksi
b. Mementingkan
pengaruh manusia
c.
Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Dalam
pembelajaran digunakan shaping.
e.
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis
terjadi.
- Teori yang paling menonjol dalam teori Behaviorisme mengenai manusia adalah teori :
a. Diskusi
b.
Belajar
c. Ceramah
d. Pengalaman
e. Pengajaran
- Berdasarkan teori behaviorisme, untuk pengalaman berulang-ulang dikenal dengan istilah :
a. Empirisme
b.
Pelaziman
(conditioning)
c. Humanistis
d. Kognitif
e. Stimulus
- Segala sesuatu objek yang bersumber dari lingkungan yang terdapat dalam psikologi merupakan definisi dari :
a.
Stimulus
b. Respon
c. Learning
d. Stimulus
dan respon
e. Kreativitas
- Hubungan antara stimulus dan respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih. Sebaliknya, hubungan ini semakin berkurang apabila jarang atau tidak berlatih. Hal ini merupakn eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike yang bersifat :
a. Law
of effect
b. Law
of readness
c.
Law
of execise
d. Law
of responding conditioning
e. Law
of respondent extinction
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Hal ini merupakan salah satu eksperimen yang dilakukan oleh :
a.
B.F.
Skinner
b. Thorndike
c. Albert
Bandura
d. Ivan
Pavlov
e. Jhon
Watson
- Dalam hal pembelajaran, pelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik, hal ini merupakan penerapan dari :
a.
Pembelajaran
b. Kurikulum
c.
Silabus
d.
Pengajaran
e.
Pembelajaran
- Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Hal ini terjadi karena sisitem pembelajaran bersifat :
a.
Otomatis
– mekanis
b. Stimulus
– respon
c. Langsung
d. Menekan
e. Santai
- Penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon, merupakan jenis stimulus yang bersifat ;
a. Hukuman
b.
Positive
Reinforcement
c. Negative
Reinforcement
d. Respondents
e. Operant
- Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai :
a. Aktivitas
b.
Kegiatan
c.
Aplikasi
d.
Kewajiban
e.
Pekerjaan
- Respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test merupakan kegiatan yang ditekankan pada saat :
a.
Ujian
b. Evaluasi
c.
Belajar
d. Pengajaran
e. Wisata
- kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kompetensi dan kemajuan belajar mahasiswa (kelompok atau individu) disebut :
a. Informasi
b. Wawancara
c.
Assesmen
d. Test
e. Ujian
- Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, hal ini berdasarkan PPRI tentang Sisdiknas nomor :
a.
Nomor 19 tahun 2005
b. Nomor 20 tahun 2005
c. Nomor 19 tahun 2006
d. Nomor 20 tahun 2006
e. Nomor 19 tahun 2007
- belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Pernyataan ini dikemukakan oleh salah satu para ahli yaitu :
a. Clark L. Hull
b. Edwin Guthrie
c. John Watson
d. Edward Lee Thorndike
e. Burrhus Frederic Skinner
- hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini dikenal dengan hokum :
a. Hukum kesiapan
b. Hukum latihan
c.
Hukum akibat
d. Hukum kekelan
e. Hukum belajar
- Hukum yang mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon selektif).
a. Hukum Reaksi Bervariasi
b. Hukum Sikap
c.
Hukum Aktifitas Berat Sebelah
d. Hukum Respon by Analogy.
e. Hukum perpindahan Asosiasi
28. Dalam perjalanan penyampaian teorinya Thorndike mengemukakan revisi
Hukum Belajar, kecuali :
a.
Hukum latihan
b.
Hukum akibat
c.
Syarat
utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan
d.
Hukum tambahan
e.
Akibat
suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.
- untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi (tagihan) mahasiswa, dalam PBK dikembangkan teknik dan jenis penilaian yang disebut asesmen alternatif, kecuali :
a. Pengumpulan kerja mahasiswa (portfolio)
b. Hasil karya mahasiswa (product)
c. Penugasan (project)
d. Kinerja, unjuk kerja mahasiswa (performance)
e.
Dana mahasiswa
- System penilaian yang berlaku di perguruan tinggi adalah :
a.
Formal
b. Informal
c. Langsung
d. Berurut
e. Efektif
ESSAY
- Soal : Apa yang dimaksud dengan teori Behaviorisme ?
Jawab :
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku,
yang dapat diukur, diamati dan
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
- Soal : Apa yang membedakan antara stimulus dengan respons ?
Jawab :
Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada pelajar,
sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
- Soal : Mengapa dalam kegiatan belajar peserta didik harus perlu diberi stimulus secara terus menerus ?
Jawab :
Karena hubungan
antara stimulus dan respon
masih bersifat
sementara sehingganya
perlu sering diberi agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap.
- Soal : Mengapa implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri ?
Jawab :
Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis
dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang ada pada diri mereka.
5. Soal :
Dalam hal pembelajaran, pelajar dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Untuk itu apa yang harus dilakukan
oleh para pendidik ?
Jawab : Para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur
dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar, pelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat
diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam
proses evaluasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar