BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya
manusia yang lahir kedunia ini ibaratnya
masih seperti kertas kosong. Dimana belum ada sedikit goresan atau tulisan
sedikitpun. Ketika seorang individu lahir, maka individu tersebut harus siap
menjalani kehidupan dunia. Dimana individu di tuntut untuk bisa menjadi sosok
pribadi yang baik untuk menjalani kehidupan kedepan. Untuk bisa mencapai tujuan
tersebut, seorang individu perlu melakukan suatu hal yang di sebut dengan
belajar.
Dalam belajar
seorang individu akan lebih mudah terbentuk pada lingkungan awal dimana
individu tinggal yaitu di linkungan keluarga. Individu akan mengikuti budaya
dan adat istiadat yang ada pada lingkungan keluarganya. Setelah itu, proses
belajar bisa individu dapatkan dilingkungan sekolah. Dimana yang dalam
linkungan ini yang sangat berperan adalah guru atau pendidik.
Dalam hal
tersebut, Seorang pendidik harus mampu mengetahui teori-teori belajar yang akan
diberikan pada peserta didik. Pendidik harus bisa membuat perencanaan
pembelajaran, perencanaan pendidikan dan harus bisa melakukan penilaian
terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Akan tetapi,
sebelum melangkah lebih lanjut, seorang pendidik terlebih dahulu harus
mengetahui teori-teori belajar peserta didik. Dimana salah satu teori tersebut
adalah teori Kognitivisme. Agar pendidik bisa melakukan pelayanan pendidikan
dengan baik dan tepat, maka pendidik harus bisa memahami konsep teori belajar Kognitivismalame.
Karena dalam teori ini, terdapat tingkat perkembangan kognitif individu serta
perkembangan kognitif peserta didik dalam hubungan sosial, baik keluarga, orang
tua maupun masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Teori Kognitivisme ?
b. Bagaimana
penerapan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran ?
c. Bagaimana
penerapan Teori Kognitivisme dalam kurikulum ?
d. Apa
tujuan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran ?
e. Bagaiman
sistem assesment Teori Kognitivisme ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui
definisi Teori Kognitivisme
b. Mengetahui
penerapan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran
c. Mengetahui
penerapan Teori Kognitivisme dalam kurikulum
d. Menegtahui
tujuan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran
e. Mengetahui
sistem assesment Teori Kognitivisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Kognitivisme
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan
konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut
para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana
tingkah laku itu terjadi.
Model kognitif mulai berkembang pada
abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang
sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik
memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan,
dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses
Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini
adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut
teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa.
Teori belajar
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat
dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai
sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Belajar
kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan
atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang,
yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang
menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah
kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di
lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di
tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya
tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang
disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Adapun
ciri-ciri aliran kognitivisme antara lain :
1. Mementingkan
apa yang ada dalam diri manusia
2. Mementingkan
keseluruhan dari pada bagian-bagian
3. Mementingkn
peranan kognitif
4. Mementingkan
kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan
pembentukan struktur kognitif
Menurut Hartley & Davies (1978),
prinsip-prinsip kognitifisme yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan
khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran antara lain :
1. Peserta
didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran
tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu;
2. Penyusunan
materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan
tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat
lebih sederhana;
3. Belajar
dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang
baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru
disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya;
4. Adanya perbedaan individu pada siswa harus
diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa.
Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan
suskses dan lain-lain.
2.2
Teori Belajar Kognitivisme
Dalam
perkembangannya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori
kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan
Teori bermakna Ausubel.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah : Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar
sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi
peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
b. Teori
Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner.
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan
kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan
kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama
bahasa yang biasanya digunakan.
Menurut
Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik
maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner
yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi
pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah
: Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah;
anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental
yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan
atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk
mencapai keseimbangan di dadalam benaknya.
c. Teori
Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel
Proses belajar terjadi jika siswa mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses
belajar terjadi melaui tahap-tahap:
1. Memperhatikan
stimulus yang diberikan
2. Memahami
makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika
isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh
siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu
kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan
dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
Dari
ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum
teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif
siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa,
maka dengan tepat pelajaran disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya. Selain
itu, juga model penyusunan materi pelajara hendaknya disusun berdasarkan pola
dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran di
buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks.
2.3 Penerapan Teori Kognitivisme Dalam
Pembelajaran
Penerapan teori belajar kognitivisme dalam
pembelajaran yaitu guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa
yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah
dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat
dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu
dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Seperti halnya penerapan teori oleh piaget dimana
menurutnya setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur.
Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu
yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya.
Adapun tahapan-tahapan
tersebut adalah:
1.
Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih
umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama
kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan
melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata
lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa
kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui
bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.
Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser
darinya.
2.
Tahap Pra-operasional
( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat
menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya
pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan
ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak
dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai
pandangan yang berbeda dengannya.
3.
Tahap Operasi
Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak
sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam
sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang
datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi
konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang
ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda
tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat
mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
4.
Tahap Operasi
Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah
mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi
formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka
dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah.
Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat
konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal
yang bersifat abstrak. Tahapan
ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama
tahapan ini adalah:
Pengurutan
kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi
kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Hakekat belajar menurut teori kognitif
dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penatan
informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran
yang berpijak pada teori belajar kogntif ini sudah banyak digunakan dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan
kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.
Siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra
sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan
siswa dalam siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siwa maka proses asimilsi dan akomodasi dapat terjadi
dengan baik.
4. Untuk menarik
minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
5. Pemahaman dan
retensi akan meningkatkan jika materi belajar disusun dengan menggunakan pola
atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar
memahami akan lebih bermakana daripada menghafal.
7. Adanya
perbedaan individual pada diri siswa perlu di perhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
2.4 Penerapan Teori Kognitivisme Dalam
Kurikulum
Aplikasi
teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian
kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.
Selain itu, peran siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat
secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga memaklumi akan adanya
perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Oleh karena itu guru
harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari
individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada
aktivitas dalam bentuk klasikal.
Teori ini
juga mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,
pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan
penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat disimulasi. Implikasi dalam konsep evaluasi bahwa
evaluasi dilakukan selama proses belajar bukan hanya semata dinilai dari hasil
belajar. Jadi, teori ini menitikberatkan pada proses daripada hasil yang
dicapai oleh siswa.
Bagi para
penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan
bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui
proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat
berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran
yang perlu sebagai berikut:
1.
Setiap
siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
2.
Pembelajaran
hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak.
3.
Setiap
usaha mengkonseptualisasikan matari pembelajaran hendaknya diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan siswa belajar.
4.
Pembelajaran
hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan memperhatikan
tahap-tahap perkembangannya.
2.5 Tujuan
Dalam Pembelajaran
Setiap metode
pembelajaran mempunyai potensi yang khas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan
karena tujuan pembelajaran dalam
satuan pelajaran itu bersifat majemuk (menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psiko-motoris) maka selalu
disarankan penggunaan metode
pembelajaran secara koleklektif dan mengintegrasikan berbagai metode
secara simultan. Jadi jenis-jenis mengintegrasikan berbagai metode tertentu,
hendaklah benar-benar diperhatikan oleh setiap praktisi pembelajaran di sekolah, agar proses
serta hasil kerjanya efektif dan efisien.
Setiap metode pembelajaran memiliki potensi untuk
dapat mencapai tujuan
pembelajaran tertentu yang khas sifatnya. Misalnya: Untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.6 Sistem Assesment Teori Kognitivisme
Penilaian/penghargaan/evaluasi
(evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.
Salah satu
contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang
berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang
akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada
akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah
Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Aspek
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan
mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah
kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada
tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan
saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah
dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada
tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep
dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat.
Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut
untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang
termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.
Dengan
demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan
dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1. Tingkat pengetahuan (knowledge),
pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi
yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi
problem solving dan lain sebagianya.
2. Tingkat pemahaman (comprehension),
pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk
menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan (application),
penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang
telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah
yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4. Tingkat analisis (analysis),
analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5. Tingkat sintesis (synthesis),
sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai
elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi (evaluation),
evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu
membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk
atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila
melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis
dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif
diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih
baik.
Model pembelajaran adalah merupakan perencanaan yang
dapat digunakan sebagai pola face to face/saling berhadapan dalam pengajaran di
kelas, atau pengaturan dalam tutorial atau bentuk dari bahan-bahan
instruksional. Menurut Bruce Joyce, dkk, model pembelajaran adalah model
pelajaran, untuk membantu siswa mendapatkan informasi , ide, keterampilan,
nilai-nilai, kemampuan berfikir, dan dapat mengaktualisasi diri , juga
diajarkan kepada siswa bagaimana belajar yang efektif dan sistematis sehingga
kedepan dihasilkan siswa yang dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih
mudah dan efektif dalam keilmuan dan keterampilan , karena mereka sudah
memdapat proses pembelajaran yang tuntas. Apabila antara pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa :
a. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang bisa diamati.
b. Teori
kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa,
dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa,
maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan
sejauh mana kemampuan siswanya.
c. Aspek kognitif sangat berhubungan
dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami atau
menghafal.
d. Model
pembelajaran menurut Bruce Joyce merupakan model pelajaran, untuk membantu
siswa mendapatkan informasi , ide, keterampilan, nilai-nilai, kemampuan
berfikir, dan dapat mengaktualisasi diri , juga diajarkan kepada siswa
bagaimana belajar yang efektif dan sistematis sehingga kedepan dihasilkan siswa
yang dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih mudah dan efektif dalam
keilmuan dan keterampilan.
e. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru.
3.2 Saran
Dalam
menyusun makalah ini, sebagai manusia biasa tentunya kami tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari pihak manapun. Namun, tentunya kritik dan saran yang membangun yang
diharapkan guna untuk memperbaiki makalah ini kedepannya.
Kami juga berharap kepada pembaca agar kiranya dapat
memanfaatkan makalah ini dengan baik, guna untuk menambah wawasan tentang teori
belajar kognitivisme, penerapannya dalam pembelajaran dan system assesmentnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar,
R. W., (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Depdikbud,
Dirjen Dikti, P2LPTK.
Degeng, I.N.S., (1989). Ilmu
pengajaran: taksonomi variabel. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Toeti Soekamto, dkk., (1992). Prinsip belajar dan
pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen PT-PAU
EVALUASI
A.
SOAL OBYEKTIF
1. Anak
sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Cirri-ciri pokok
perkembangan di atas termasuk pada tahap………?
a. Tahap
intuitif
b. Tahap operasional konkrit
c. Tahap
peoperasional
d. Tahap
sensori motor
e. Tahap
operasional formal
2. Dibawah ini merupakan teori belajar menurut bruner,
kecuali…..?
a. Perkembangan
intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan
b. Peningkatan
pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara
realis
c.
Bekerja
secara efektif dan sitematis
d.
Interaksi secara sistematis antara
pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan
kognitifnya.
e. Bahasa
adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi
antara manusia
3. Dibawah
ini adalah ciri-ciri dari aliran kognitifime kecuali….?
a. Mementingkan
apa yang ada dalam diri manusia
b. Mementingkan keseluruhan dari pada
bagian-bagian
c. Mementingkn
peranan kognitif
d. Mementingkan kondisi waktu sekarang
e.
memberikan
solusi kiepada masyarakat
4. Pada
tahap sensorimotor Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan
persepsinya yang sederhana. Pada tahap ini uia anaka mencapai….?
a.
Usia
0 sampai 2 tahun
b. Usia
2 smpai 7 tahun
c. Usia
4 sampai 8 tahun
d. Usia
5 sampai 9 tahun
e. Usia
6 samapai 10 tahun
5. -
Menentukan tujuan pembelajaran
- Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan
awal, motivasi, gaya belajar, dan
sebagainya).
- Memilih materi pelajaran sesuai dengan
karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
-
Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah di atas merupakan langkah pembelajaran menurut.......?
a.
Menurut
burner
b. Menurut
ausubel
c.
Menurut
wisman
d.
Menurut
darwin
e.
Menurut
slavin
6.
Perkembangan
kognitif seseorang dipengaruhi oleh...?
a.
Lingkungan
dan kebudayaan
b.
Mortalitas
dan fertilitas
c.
Tradisi
d. Norma
e.
Agama
7.
Di
bawah ini yang merupakan prinsip dari pembelajaran adalah....?
a.
Mementingkan apa yang ada dalam diri
manusia
b.
Mementingkan keseluruhan dari pada
bagian-bagian
c.
Mementingkn peranan kognitif
d. Setiap
siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
e.
Mementingkan pembentukan struktur
kognitif
8.
Agar
seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya maka diperlukan
proses...?
a. Penyeimbangan
b.
Keselarasan
c.
pertumbuhan
d.
Kecemasan
e.
Semua
jawaban benar
9.
Kemampuan
yang dimiliki oleh anak pada usia 0 sampai 2 tahun pada tahap sensorimotor
yaitu...?
a.
Agar
seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya
b.
Mementingkan kondisi waktu sekarang
c.
Mementingkn peranan kognitif
d.
Mementingkan keseluruhan dari pada
bagian-bagian
e. Melihat
dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya
10. Karakteristik yang dimilikin anak pada umur
2 sampai 4 tahun pada tahap preoperasional yaitu…?
a.
Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
b.
Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana
ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik harus
lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana
c. Belajar
dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang
baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru
disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya;
d. Mampu
mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar
e. Adanya
perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan
intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain.
11. Dibawah
ini merupakan karakteristik yang dimiliki oleh anak pada umur 4 sampai 7 tahun
pada tahap intuitif, kecuali….?
a. Anak
dapat membentuk kelas-kelas atau kategori obyek, tetapi kurang disadarinya
b. Anak
mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks
c.
Mementingkan
apa yang ada dalam diri manusia
d. Anak
dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
e. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia
mengerti terhadap sejumlah obyek yang teratur dan cara mengelompokkannya
12. Ciri pokok
perkembangan pada tahap operasional formal yaitu..?
a. . Menentukan tujuan-tujuan
instruksional
b.
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis
dengan menggunakan pola berpikir
c. Memilih materi pelajaran
d. Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
e. . memakai advance organizers
13. Pada
tahun berapakah Jerome Bruner menjadi seorang pengikut setia teori kognitif yang
khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif...?
a.
Tahun
1966
b. Tahun
1976
c. Tahun
1986
d. Tahun
1996
e. Tahun
2006
14. Salah
satu tahap yang dikemukakan oleh bruner tentang perkembangan kognitif yaitu..?
a. Tahap
esensial
b. Tahap
konstruktifisme
c.
Tahap
enaktif
d. Tahap
aktif
e. Tahap
kognitif
15. Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki
berapa komponen…?
a. Satu
komponen
b. Tiga
komponen
c. Empat
komponen
d.
Dua
komponen
e. Lima
komponen
16. Bruner
memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami
suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu kecuali…?
a. Contoh-contoh
baik yang positif maupun yang negative
b. Karakteristik,
baik yang pokok maupun tidak
c.
Rentangan karakteristik
d.
Rentangan karakteristik
e.
Gelar
17. Reigeluth dan Stein mengatakan bahwa skemata dapat dimodifikasi
oleh pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga menghasilkan makna baru pada
tahun berapa..?
a. Tahun 1987
b. Tahun
1981
c. Tahun
1985
d.
Tahun
1983
e. Tahun
1988
18. Di bawah ini
merupakan Langkah-langkah pembelajaran
menurut Piaget kecuali...?
a. Memilih
materi pelajaran
b.
Menentukan tujuan pembelajaran.
c.
Menentukan
topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif.
d.
Menentukan kegiatan
belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan
masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya.
e.
. Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
19. Dibawah ini
merupakan Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner kecuali...?
a. Menentukan
tujuan pembelajaran
b.
Memperhatikan
stimulus yang diberikan
c.
Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya).
d. Memilih
materi pelajaran
e.
Menentukan topik-topik yang dapat
dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi).
20. Yang tidak termasuk dalam Langkah-langkah
pembelajaran menurut Ausubel adalah..?
a.
Mengatur topik peserta didik dari
konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
b.
Memilih materi
pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk
konsep-konsep inti.
c. Menentukan
topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance
organizer yang akan dipelajari siswa
d. Mempelajari
konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata /konkrit
e. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
21. Proses adaptasi
mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu...
a. Memperhatikan stimulus yang
diberikan
b.
Asmilasi dan akomodasi
c. Nilai dan norma
d. Mortalits dan fertilitas
e. Norma dan agama
22. Salah satu Peneliti yang mengembangkan
teori kognitif adalah..?
a. Nelson
b. David
c.
Ausubel
d. Darwin
e. Brooks
23.
Kelebihan dari mempelajari kognitifisme adalah…?
a. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik
tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan
sebagainya
b. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik
siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti
c.
menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah
d. Anak
dapat membentuk kelas-kelas atau kategori obyek, tetapi kurang disadarinya
e. Menentukan
topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke
generalisasi
24. Peserta
didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut
disusun berdasarkan pola dan logika tertentu,prinsip tersebut di kemukakan
oleh...?
a.
Burner
b.
Hartley
& Davies
c. Jean Piaget
d. Ausebel
e.
Davies
25. Setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya
menurut tahap yang teratur. Pernyataan tersebut merupakan teori....?
a.
Teori kognitif
b.
Teori konstruktivisme
c. Teori piaget
d.
Teori bruner
e.
Teori perkembangan
26. Guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Itu
sebabkan oleh...?
a.
Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa
b. Bahasa
dan cara berfikir anak sama sengan cara orang dewasa
c.
Bahasa dab cara berfikir anak tidak baik
d.
Bahasa dan cara berfikir anak dapat di jangkau orang dewasa
e.
Bahasa dan cara berfikir anak tidak dimengerti orang dewasa
27.
Megapa setiap siswa perlu mendapatkanmotivasi dari guru...?
a.
Karena siswa suka menyerah dengan tantangan yang ada
b.
Agar siswa merasa bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
c.
Agar siswa cepat mebgerti dengan pelajaran yang berlangsung
d.
Agar siswa mampu menjawab soal-soal ujian
e.
Agar siswa lulus dalam ujian sekolah
28. Setiap
metode pembelajaran mempunyai
potensi yang khas untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Itu
dikarenakan tujuan pembelajaran
dalam satuan pelajaran itu bersifat...?
a.
Bersifat kognitif
b.
Bersifat konstruktif
c.
Bersifat objektif
d. Bersifat majemuk
e.
Bersifat subjektif
29. Berikut ini merupakan aspek kognitif
yang berhubungan dengan kemampuan berfikir. Kecuali....?
a. Memahami
b. Menghafal
c. Mengaplikasikan
d. Mengevaluasi
e.
Membaca
30. Yang bukan merupakan kemampuan
berfikir secara hirarki yaitu...?
a. Menghafal
b.
Pengetahuan
c.
Pemahaman
d.
Aplikasi
e.
Analisis
B.
ESSAY
1. Soal:
Apa yang di maksud dengan teori
kognitivisme…?
Jawaban:
teori kognitivisme ialah wilayah psikologi
manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan
2. Soal:
Sebutkan 4 tahap perkembangan kognitif….!
Jawaban: .
- Tahap sensorimotor
- Tahap preoperasional
-Tahap operasional konkrit
-Tahap Operasional formal
3.
Soal:
Jelaskan
kelebihan dan kekurangan dari teori
kognitivisme....?
Jawaban:
Kelebihan
dari teori kognitivisme yaitu menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami
bahan belajar secara lebih mudah. Dan kekurangan dari teori kognitifisme
teori ini tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan dan sulit di
praktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa prinsip seperti intelegensi
sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
4. Soal:
Jelaskan teori perkembangan kognitif
menurut bruner…???
Jawaban:
teori kognitif menurut bruner yaitu mengajar
sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu.
Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan
padanya.
5. Soal:
Seperti apakah Implikasi Teori Bruner dalam Proses
Pembelajaran…?
Jawaban:
Implikasi Teori
Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah : Menghadapkan anak pada suatu situasi
yang membingungkan atau suatu masalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar