Senin, 18 Juni 2012

Teori Kognitivisme


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada dasarnya manusia yang  lahir kedunia ini ibaratnya masih seperti kertas kosong. Dimana belum ada sedikit goresan atau tulisan sedikitpun. Ketika seorang individu lahir, maka individu tersebut harus siap menjalani kehidupan dunia. Dimana individu di tuntut untuk bisa menjadi sosok pribadi yang baik untuk menjalani kehidupan kedepan. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, seorang individu perlu melakukan suatu hal yang di sebut dengan belajar.
Dalam belajar seorang individu akan lebih mudah terbentuk pada lingkungan awal dimana individu tinggal yaitu di linkungan keluarga. Individu akan mengikuti budaya dan adat istiadat yang ada pada lingkungan keluarganya. Setelah itu, proses belajar bisa individu dapatkan dilingkungan sekolah. Dimana yang dalam linkungan ini yang sangat berperan adalah guru atau pendidik.
Dalam hal tersebut, Seorang pendidik harus mampu mengetahui teori-teori belajar yang akan diberikan pada peserta didik. Pendidik harus bisa membuat perencanaan pembelajaran, perencanaan pendidikan dan harus bisa melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Akan tetapi, sebelum melangkah lebih lanjut, seorang pendidik terlebih dahulu harus mengetahui teori-teori belajar peserta didik. Dimana salah satu teori tersebut adalah teori Kognitivisme. Agar pendidik bisa melakukan pelayanan pendidikan dengan baik dan tepat, maka pendidik harus bisa memahami konsep teori belajar Kognitivismalame. Karena dalam teori ini, terdapat tingkat perkembangan kognitif individu serta perkembangan kognitif peserta didik dalam hubungan sosial, baik keluarga, orang tua maupun masyarakat.
1.2  Rumusan Masalah
a.        Apa yang dimaksud dengan Teori Kognitivisme ?
b.      Bagaimana penerapan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran ?
c.       Bagaimana penerapan Teori Kognitivisme dalam kurikulum ?
d.      Apa tujuan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran ?
e.       Bagaiman sistem assesment Teori Kognitivisme ?
1.3  Tujuan
a.       Mengetahui definisi Teori Kognitivisme
b.      Mengetahui penerapan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran
c.       Mengetahui penerapan Teori Kognitivisme dalam kurikulum
d.      Menegtahui tujuan Teori Kognitivisme dalam pembelajaran
e.       Mengetahui sistem assesment Teori Kognitivisme







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Kognitivisme
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
            Adapun ciri-ciri aliran kognitivisme antara lain :
1.      Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia           
2.      Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian     
3.      Mementingkn peranan kognitif               
4.      Mementingkan kondisi waktu sekarang 
5.      Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Menurut Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitifisme yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan pembelajaran antara lain :
1.      Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu;
2.      Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana;
3.      Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya;
4.       Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain.
2.2 Teori Belajar Kognitivisme
Dalam perkembangannya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel.
a.       Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.  Guru  hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
b.      Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner.
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
 Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah : Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam benaknya.
c.       Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
1.      Memperhatikan stimulus yang diberikan
2.      Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya  implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran disesuaikan  sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi pelajara hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks.
2.3  Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran
Penerapan teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Seperti halnya penerapan teori oleh piaget dimana menurutnya  setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya.
Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.     Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
2.    Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
3.      Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
4.      Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penatan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kogntif ini sudah banyak digunakan dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan  tujuan pembelajaran, Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3.      Keterlibatan siswa dalam siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siwa maka proses asimilsi dan akomodasi dapat terjadi dengan baik.
4.      Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
5.      Pemahaman dan retensi akan meningkatkan jika materi belajar disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6.      Belajar memahami akan lebih bermakana daripada menghafal.
7.      Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu di perhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
2.4  Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum
Aplikasi teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu, peran siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
Teori ini juga mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi. Implikasi dalam konsep evaluasi bahwa evaluasi dilakukan selama proses belajar bukan hanya semata dinilai dari hasil belajar. Jadi, teori ini menitikberatkan pada proses daripada hasil yang dicapai oleh siswa.
Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:
1.       Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
2.       Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak.
3.       Setiap usaha mengkonseptualisasikan matari pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar.
4.       Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.


2.5  Tujuan Dalam Pembelajaran
Setiap metode pembelajaran mempunyai potensi yang khas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan karena tujuan pembelajaran dalam satuan pelajaran itu bersifat majemuk (menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psiko-motoris) maka selalu disarankan penggunaan metode pembelajaran secara koleklektif dan mengintegrasikan berbagai metode secara simultan. Jadi jenis-jenis mengintegrasikan berbagai metode tertentu, hendaklah benar-benar  diperhatikan oleh setiap praktisi pembelajaran di sekolah, agar proses serta hasil kerjanya efektif dan efisien.
Setiap metode pembelajaran memiliki potensi untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang khas sifatnya. Misalnya: Untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.6  Sistem Assesment Teori Kognitivisme
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat.
 Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1.      Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2.      Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3.      Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4.      Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5.      Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6.      Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.     
Model pembelajaran adalah merupakan perencanaan yang dapat digunakan sebagai pola face to face/saling berhadapan dalam pengajaran di kelas, atau pengaturan dalam tutorial atau bentuk dari bahan-bahan instruksional. Menurut Bruce Joyce, dkk, model pembelajaran adalah model pelajaran, untuk membantu siswa mendapatkan informasi , ide, keterampilan, nilai-nilai, kemampuan berfikir, dan dapat mengaktualisasi diri , juga diajarkan kepada siswa bagaimana belajar yang efektif dan sistematis sehingga kedepan dihasilkan siswa yang dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih mudah dan efektif dalam keilmuan dan keterampilan , karena mereka sudah memdapat proses pembelajaran yang tuntas. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
a.       Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
b.      Teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan  sejauh mana kemampuan siswanya.
c.       Aspek kognitif sangat berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami atau menghafal.
d.      Model pembelajaran menurut Bruce Joyce merupakan model pelajaran, untuk membantu siswa mendapatkan informasi , ide, keterampilan, nilai-nilai, kemampuan berfikir, dan dapat mengaktualisasi diri , juga diajarkan kepada siswa bagaimana belajar yang efektif dan sistematis sehingga kedepan dihasilkan siswa yang dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih mudah dan efektif dalam keilmuan dan keterampilan.
e.       Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.

3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini, sebagai manusia biasa tentunya kami tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pihak manapun. Namun, tentunya kritik dan saran yang membangun yang diharapkan guna untuk memperbaiki makalah ini kedepannya.
Kami juga berharap kepada pembaca agar kiranya dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik, guna untuk menambah wawasan tentang teori belajar kognitivisme, penerapannya dalam pembelajaran dan system assesmentnya.











DAFTAR PUSTAKA
Dahar, R. W., (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Degeng, I.N.S., (1989). Ilmu pengajaran: taksonomi variabel. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Toeti Soekamto, dkk., (1992). Prinsip belajar dan pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Dirjen PT-PAU







EVALUASI
A.      SOAL  OBYEKTIF
1.      Anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Cirri-ciri pokok perkembangan di atas termasuk pada tahap………?
a.       Tahap intuitif
b.      Tahap operasional konkrit
c.       Tahap peoperasional
d.      Tahap sensori motor
e.       Tahap operasional formal
2.      Dibawah  ini merupakan teori belajar menurut bruner, kecuali…..?
a.      Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan
b.      Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis
c.      Bekerja secara  efektif dan sitematis
d.     Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
e.      Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia
3.      Dibawah ini adalah ciri-ciri dari aliran kognitifime kecuali….?
a.      Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b.       Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c.       Mementingkn peranan kognitif
d.       Mementingkan kondisi waktu sekarang
e.       memberikan solusi kiepada masyarakat
4.      Pada tahap sensorimotor Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Pada tahap ini uia anaka mencapai….?
a.      Usia 0 sampai 2 tahun
b.      Usia 2 smpai 7 tahun
c.       Usia 4 sampai 8 tahun
d.      Usia 5 sampai 9 tahun
e.       Usia 6 samapai 10 tahun
5.      - Menentukan tujuan pembelajaran
- Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan  sebagainya).
- Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
- Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah di atas merupakan langkah pembelajaran menurut.......?
a.       Menurut burner
b.      Menurut ausubel
c.       Menurut wisman
d.      Menurut darwin
e.       Menurut slavin

6.      Perkembangan kognitif seseorang dipengaruhi oleh...?
a.       Lingkungan dan kebudayaan
b.      Mortalitas dan fertilitas
c.       Tradisi
d.      Norma
e.       Agama
7.      Di bawah ini yang merupakan prinsip dari pembelajaran adalah....?
a.       Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b.      Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c.       Mementingkn peranan kognitif          
d.      Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
e.       Mementingkan pembentukan struktur kognitif
8.      Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya maka diperlukan proses...?
a.      Penyeimbangan
b.      Keselarasan
c.       pertumbuhan
d.      Kecemasan
e.       Semua jawaban benar
9.      Kemampuan yang dimiliki oleh anak pada usia 0 sampai 2 tahun pada tahap sensorimotor yaitu...?
a.       Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya
b.      Mementingkan kondisi waktu sekarang         
c.       Mementingkn peranan kognitif
d.      Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
e.       Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya
10.  Karakteristik yang dimilikin anak pada umur 2 sampai 4 tahun pada tahap preoperasional yaitu…?
a.       Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
b.      Penyusunan materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik peserta didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana
c.       Belajar dengan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan apa yang telah diketahui sebelumnya;
d.      Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar
e.       Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain.
11.  Dibawah ini merupakan karakteristik yang dimiliki oleh anak pada umur 4 sampai 7 tahun pada tahap intuitif, kecuali….?
a.       Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori obyek, tetapi kurang disadarinya
b.      Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks
c.       Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
d.      Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
e.       Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah obyek yang teratur dan cara mengelompokkannya
12.   Ciri pokok perkembangan pada tahap operasional formal yaitu..?
a.       . Menentukan tujuan-tujuan instruksional
b.      adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir
c.       Memilih materi pelajaran
d.      Mengevaluasi proses dan hasil belajar
e.       . memakai advance organizers
13.  Pada tahun berapakah   Jerome Bruner menjadi  seorang pengikut setia teori kognitif yang khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif...?
a.      Tahun 1966
b.      Tahun 1976
c.       Tahun 1986
d.      Tahun 1996
e.       Tahun 2006
14.  Salah satu tahap yang dikemukakan oleh bruner tentang perkembangan kognitif yaitu..?
a.       Tahap esensial
b.      Tahap konstruktifisme
c.       Tahap enaktif
d.      Tahap aktif
e.       Tahap kognitif
15.   Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki berapa komponen…?
a.       Satu komponen
b.      Tiga komponen
c.       Empat komponen
d.      Dua komponen
e.       Lima komponen
16.  Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu  kecuali…?
a.       Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negative
b.      Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
c.       Rentangan karakteristik
d.      Rentangan karakteristik
e.       Gelar
17.       Reigeluth dan Stein  mengatakan bahwa skemata dapat dimodifikasi oleh pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga menghasilkan makna baru pada tahun berapa..?
a.       Tahun  1987
b.      Tahun 1981
c.       Tahun 1985
d.      Tahun 1983
e.       Tahun 1988
18.   Di bawah ini merupakan  Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget kecuali...?
a.       Memilih materi pelajaran
b.      Menentukan tujuan pembelajaran.
c.       Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif.
d.      Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya.
e.       . Mengevaluasi proses dan hasil belajar
19.   Dibawah ini merupakan Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner kecuali...?
a.       Menentukan tujuan pembelajaran
b.      Memperhatikan stimulus yang diberikan
c.       Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
d.      Memilih materi pelajaran
e.       Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi).
20.  Yang tidak termasuk dalam Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel adalah..?
a.      Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
b.      Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
c.       Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa
d.      Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata /konkrit
e.       Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
21.   Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu...
a.       Memperhatikan stimulus yang diberikan
b.      Asmilasi dan akomodasi
c.       Nilai dan norma
d.      Mortalits dan fertilitas
e.       Norma dan agama

22.   Salah satu Peneliti yang mengembangkan teori  kognitif  adalah..?
a.       Nelson
b.      David
c.       Ausubel
d.      Darwin
e.       Brooks
23.  Kelebihan dari mempelajari kognitifisme adalah…?
a.       Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya
b.      Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti
c.       menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
d.      Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori obyek, tetapi kurang disadarinya
e.       Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi
24.  Peserta didik akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu,prinsip tersebut di kemukakan oleh...?
a.       Burner
b.      Hartley & Davies
c.       Jean Piaget
d.      Ausebel
e.       Davies
25.  Setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pernyataan tersebut merupakan teori....?
a.       Teori kognitif
b.      Teori konstruktivisme
c.       Teori piaget
d.      Teori bruner
e.       Teori perkembangan
26.  Guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Itu sebabkan oleh...?
a.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa
b.      Bahasa dan cara berfikir anak sama sengan cara orang dewasa
c.       Bahasa dab cara berfikir anak tidak baik
d.      Bahasa dan cara berfikir anak dapat di jangkau orang dewasa
e.       Bahasa dan cara berfikir anak tidak dimengerti orang dewasa
27.  Megapa setiap siswa perlu mendapatkanmotivasi dari guru...?
a.       Karena siswa suka menyerah dengan tantangan yang ada
b.      Agar siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
c.       Agar siswa cepat mebgerti dengan pelajaran yang berlangsung
d.      Agar siswa mampu menjawab soal-soal ujian
e.       Agar siswa lulus dalam ujian sekolah
28.  Setiap metode pembelajaran mempunyai potensi yang khas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Itu  dikarenakan tujuan pembelajaran dalam satuan pelajaran itu bersifat...?
a.       Bersifat kognitif
b.      Bersifat konstruktif
c.       Bersifat objektif
d.      Bersifat majemuk
e.       Bersifat subjektif
29.  Berikut ini merupakan aspek kognitif yang berhubungan dengan kemampuan berfikir. Kecuali....?
a.       Memahami
b.      Menghafal
c.       Mengaplikasikan
d.      Mengevaluasi
e.       Membaca
30.  Yang bukan merupakan kemampuan berfikir secara hirarki yaitu...?
a.      Menghafal
b.      Pengetahuan
c.       Pemahaman
d.      Aplikasi
e.       Analisis

B.       ESSAY
1.      Soal:
Apa yang di maksud dengan teori kognitivisme…?
    Jawaban:
 teori kognitivisme ialah wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan          
2.      Soal:
Sebutkan 4  tahap perkembangan kognitif….!
Jawaban: .
  - Tahap sensorimotor
  - Tahap preoperasional
-Tahap operasional konkrit
-Tahap Operasional formal
3.      Soal:
Jelaskan kelebihan dan kekurangan  dari teori kognitivisme....?


Jawaban:
Kelebihan dari teori kognitivisme yaitu  menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. Dan kekurangan dari teori kognitifisme teori  ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan dan  sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
4.      Soal:
Jelaskan teori perkembangan kognitif menurut bruner…???
     Jawaban:
teori kognitif menurut bruner yaitu mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
5.      Soal:
Seperti apakah  Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran…?
Jawaban:
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah : Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar