Senin, 18 Juni 2012

Teori Bandura


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menurut kamus umum bahasa Indonesia ditulis bahwa “ belajar: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, p. 14). Dari arti atau devenisi maka belajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas.
Menurut HC. Witherington member devenisi belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian, yang teryata pada adanya pola sambutan yang baru, yang dapat merubah suatu pengertian,
Dari devenisi- devenisi mengenai pengertian belajar. Belajar adalah proses penguasaan perilaku yang dipelajari. Penguasaan itu dapat berupa memahami (mengerti) atau motoris (gerakan- gerakan otot syaraf).
Teori  belajar  merupakan  upaya  untuk  mendeskripsikan  bagaimana  manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang  mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya.  Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permalahan dalam makalah ini adalah yakni “Teori bandura”, yaitu :
1)   Teori belajar menurut bandura?
2)   Penerapan teori bandura dalam pembelajaran?
3)   Penerapan dalam kurikulum?
4)   Tujuan dalam pembelajaran?
5)    Sistem assesmen?
1.2  Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami teori bandura yang lebih khususnya:
1)   teori belajar menurut bandura
2)   penerapan teori bandura dalam pembelajaran
3)   penerapan dalam kurikulum
4)   tujuan dalam pembelajaran
5)   Sistem assesmen





BAB II
PEMBAHASAN

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
2.1 Teori Belajar Menurut Bandura
Bandura (1977) menyatakan bahwa "Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling: from observing others one form an idea of her new behavior are performed, and on later occasion this coded information serves as a guide for action".
Teori belajar Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B = behavior), lingkungan (E = environment) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P = perception) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
Tingkah laku dihadirkan oleh model. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model) Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode simbolik. Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
Selain itu proses perhatian (atention) sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan  penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
a.    Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
b.   Teori Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.


2.2 Penerapan Teori Bandura Dalam Pembelajaran
Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran yaitu Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di lingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada.
Orang tua atau guru atau pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Tanpa ada ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk belajar dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat mendorong munculnya perilaku yang diharapkan. Kesinambungan proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan.
Penerapan dalam pelajaran ekonomi dan akuntansi guru dapat membawa para siswanya ke swalayan, pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT, salon,dan lain lain yang jelas ke pusat pusat perdagangan atau ekonomi. Di tempat ini siswa dapat belajar menghitung laba, menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa, mengemas barang sehingga menjadi terjangkau untuk dibeli masyarakat kelas menengah ke bawah, memberi bonus bagi pelanggan yang tepat waktu membayar cicilan.
Penerapan dalam pelajaran sejarah guru dapat membawa siswanya misalnya ke Gua Selarong untuk mengamati lokasi Pangeran Diponegoro bersembunyi dari kejaran Belanda yang menjajah Indonesia. Selain itu, mengamati tandu yang digunakan untuk mengusung Jendral Besar Sudirman saat bergerilya dalam kondisi sakit paru paru.Sambil mengamati objek objek belajar tersebut guru dapat memberikan informasi yang pas untuk menumbuhkan rasa patriotisme atau memberi informasi penting tentang sejarah Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa.
Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru dibawah bimbingan gurunya.Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya. Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam ( yang memiliki komponen biotic berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda mati ) atau kehidupan sehari hari. Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau orangf tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun elektronik yang lain. Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan. Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan diperoleh dibawah bimbingan guru.
Dari contoh contoh di atas terbukti sudah bahwa dengan aplikasi teori belajar Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi seluruh siswa atau anak , menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak dapat mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu ,guru dapat mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki setiap siswa atau anak , guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar anak , dan membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar menjadi terbiasa belajar.
Penerapan teori bandura dalam pembelajaran yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
2.3 Penerapan Dalam Kurikulum
            Dalam bahasa latin kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dimulai dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum akan berjalan.
Menurut bandura penerapan kurikulum memiliki beberapa tujuan :
1.    Tujuan kurikulum, tujuan insitusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga kependidikan. Jadi kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mneyelesaikan program studinya pada lembaga pendidikan yang ditempuh.
2.    Tujuna kurikuler adalah tujuna bidang studi atau mata pelajaran.
3.    Tujuan pembelajaran bersumber dan dijabarkan dari tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang berhadapan langsung dengan siswa karena siswa harus mencapai tujuan ini setelah selesainya proses belajar mengajar mata pelajaran tertentu.
2.4 Tujuan Dalam Pembelajaran
            Tujuan dalam pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori bandura ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap teori belajar bandura adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Kemudian cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran mencakup empat unsur, yaitu menyangkut hal-hal berikut ini :
Pertama, pokok bahasan. Setiap kegiatan selalu memiliki pokok bahasannya, obyeknya atau materi kegiatannya. Sebagai pendorong maupun alasannya terselenggarakan kegiatan. Pokok bahasan terdiri dari pengetahuan, pemahaman, sikap maupun keterampilan tertentu. Oleh karena itu pokok bahasan harus jelas batasannya agar dapat dilaksnakan dalam waktu yang telah direncanakan. Disamping itu, dengan memastikan pokok bahasan apa yang harus dikerjakan, akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan penggunaan waktu yang mungkin dapat merugikan penyelenggaraan pelatihan.
Kedua, bentuk kegiatan pengembangan. Bentuk kegiatan disini adalah bagaimana suatu kegiatan dilakukan apakah secara individu, berpasangan, segitiga, kelompok kecil, kelompok sedang, panel, bermain peran, ceramah, dan kelompok selanjutnya. Bentuk-bentuk kegiatan ini bergantung pada jenis kegiatan, isi dan tujuan kegiatan. Dengan demikian, tidak semua bentuk kegiatan dapat mendukung tercapainya kegiatan tertentu, atau suatu tujuan kegiatan tidak hanya didukung oleh satu bentuk kegiatan saja. Jadi, untuk menentukan apa bentuk kegiatan yang akan dipilih, harus mempertimbangkan isi dan tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai. Jika pemilihan bnetuk kegiatan cukup tepat maka diaharapkan tujuan juga akan tercapai dengan baik.
Ketiga, peran guru. Guru mempunyai fungsi dan peran yang jauh berbeda dari fungsi dan peran seorang guru sebagaimana yang umum dipahami orang saat ini. Guru bukanlah pengajar yang menuangkan ilmu pengetahuan,ajaran-ajaran, perintah atau pengarahan kepada peserta. Fungsi utama guru adalah memfasilitasi berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan dirinya, pengetahuannya, pemahamannya, perilkaunya serta ketrampilan-ketrampilan yang ingin dikuasainya. Jika fungsi gurunya dijabarkan secara konkret, akan terjadi banyak dan beraneka ragam, bergantung pada situasi yang dihadapi.
2.5 Sistim Assesmen
Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang diginakan, yakni pengukuran, assessment, dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Sementara pengertian assessment adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai pada taraf pengambilan keputusan.
Sedangkan evaluasi sendiri, secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian, Namun dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni :
1.    Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
2.    Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan aras tujuan yang jelas.
3.    Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Meskipun memiliki banyak definisi, sebenarnya evaluasi pertama kali dikembangkan oleh Ralph Tayler (1950), yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Lalu dikembangkan lagi oleh dua orang ahli lain yakni, Cronbach dan Stuff lebeam .
Tujuan Dan Fungsi Assessment
Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2.    Untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran.
3.    Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
4.    Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa fdalam rangka perbaikan.
Selain memiliki beberapa tujuan seperti yang disebutkan diatas, assessment atau penelitian memiliki fungsi sebagai alat seleksi, penempatan, diagnostik, formatif, dan sumatif. Guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Adapu penjelasannya, sebagai berikut :
1.    Fungsi selektif, dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan.
2.    Fungsi penempatan, dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta didik) dapat mengikutu pendidikan pada jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
3.    Fungsi diagnostik, dilaksanakan untuk mengidentifikasikan kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
4.    Fungsi formatif, dilaksanakan untuk memberikan umpan balik guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan remedial atau perbaikan bagi murid.
5.    Fungsi sumatif, dilaksanakan untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing murid.
Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa assessment merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan assessment atau penilaian, guru dapat mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian peserta didik.
Optimasi evaluasi pembelajaran melalui performance assessment adalah membantu warga belajar mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat yang mendorong warga belajar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan evaluasi melalui performance assessment tidak bisa lepas dari pembelajaran kontekstual yang berdampak pada perubahaan-perubahaan kebiasaan dalam proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga sampai pada penilaian hasil belajarnya. Kebiasaan-kebiasaan ini memunculkan sejumlah pertanyaan yaitu : pembelajaran untuk apa?, pembelajaran untuk siapa?, apa yang diajarkan?, dengan cara apa mengajar?, pembelajaran dimana?. Sejumlah pertanyaan lain masih dapat didaftar, namun yang perlu digaris bawahi adalah pelaksanaan evaluasi pembelajaran berbasis kearifan lokal melalui optimasi rubrik performance assessment memerlukan pentahapan yang perlu dipersiapkan secara matang.
Di sinilah terdapat pentingnya menjalankan roda evaluasi pembelajaran berbasis kearifan lokal melalui optimasi rubrik performance assesment pada pendidikan kesetaraan secara lebih bermakna. Diduga dalam hal ini dapat membantu untuk meningkatkan kesadaran jati diri dan tanggung jawab sosial, motivasi belajar, konstruksi pemahaman materi pembelajaran dan menjadikan terobosan baru dalam pendidikan kesetaraan dimasa kini dan mendatang.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dismpulkan bahwa :
1.    Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tidak baik.
2.    Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal.
3.    Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
4.    Penerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran yaitu Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di lingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya.
5.    Tujuan dalam pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
3.2    Saran
Dengan adanya penyusunan makalah mengenai teori belajar menurut bandura dapat memacu para pembaca untuk lebih mengetahui pemahaman mengenai teori belajar tersebut Untuk itu dapat disarankan kiranya makalah  ini dapat menjadi referensi dalam proses pembelajaran, khusunya untuk mata kuliah belajar dan pembelajaran.









DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Abdul. 2011. Excellent learning. Bandung : MQS PUBLISHING.
Anonim. 2012. http://www.psychologymania.com/2011/11/albert-bandura-tokoh-pembelajaran.html (diakses Tanggal 25 februari  2012).
Anonim. 2012. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/ ( diakses tanggal 25 februari 2012).













A.    Soal Objective
1.    Dibawah ini yang manakah tempat dan tanggal kelahiran Albert Bandura ?
a.    Kanada, pada 04 Desember 1925.
b.    Amerika serikat, 04 Desember 1925
c.    Colombia, 10 Desember 1926
d.   Inggris, 06 Desember 1926
e.    Jerman, 10 Desember 1925
2.    Menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Pernyataan diatas merupakan bunyi teori ?
a.    Teori Bruner
b.    Teori Reigeluth
c.    Teori Bandura
d.   Teori Motivasi
e.    Teori Kognitivisme
3.    Dibawah ini manakah yang termasuk nama lain dari teori peniruan ?
a.    Kognitif
b.    Bruner
c.    Perspektif
d.   Modeling
e.    Inquiry
4.    Dalam pendididikan dikenal istila pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Siapakah yang dimaksud dengan istila di atas ?
a.    Guru dan siswa
b.    Orang tua dan siswa
c.    Guru dan orang tua
d.   Guru dan lingkungan
e.    Siswa dan lingkungan
5.    Peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran social “ . Konsep diatas tersebut diungkapkan oleh ?
a.    Neil Miller dan John Dollard
b.    Albert Bandura
c.    Bruner dan Thorndike
d.   Edward Edward Lee Thorndike
e.    Ivan Petrovich Pavlov
6.    Proses peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Hal ini diungkapkan oleh Albert Bandura dan Richard Walters. Proses belajar seperti ini dinamakan ?
a.    Observationallearning
b.    Classic conditioning
c.    Reinforcementm
d.   Experimental
e.    Skinner box
7.    Dibawah ini yang manakah tujuan dari teori pembelajaran Bandura dalam pembelajaran ?
a.    Mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar.
b.    Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling.
c.    Memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat.
d.   Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
e.    Merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
8.    Metode apakah yang menjadi ciri utama dari teori Bandura ?
a.    Simulasi
b.    Observasi dan modeling
c.    Otoriter dan Behavioristik
d.   Classic conditioning
e.    Skinner box
9.     Penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks menurut Bandura tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi. Hal lain  yang mempengaruhinya adalah ?
a.    Unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”.
b.    Komunikasi berlangsung satu arah
c.    Cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh siswa
d.   Guru sebagai sentral, bersikap otoriter
e.    Mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
10. Yang manakah dibawah ini yang menjadi salah satu fungsi dari Self regulatory dalam pendidikan ?
a.    Memberikan keyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.
b.    struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar.
c.    Mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual.
d.   menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek
e.    menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
11.     Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan 2 hal, adapun hal yang dimaksud disini adalah ?
a.    Pengintegrasian dan struktur kognitif
b.    Sensory register dan Short term memory
c.    Short term memory dan goal setting
d.   self evaluation dan Sensory register
e.    goal setting dan self evaluation
12.    Berikut ini manakah hal yang harus diperhatikan instruktur/guru/dosen Menurut Bandura agar pembelajaran sukses dan dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajaran ?
a.    Mengembangkan self of mastery, self efficacy,dan reinforcement bagi pembelajaran.
b.    Mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa
c.    Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari
d.   memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
e.    Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.
13.    Teori yang menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal adalah merupakan ciri dari teori ?
a.    Teori Bruner
b.    Teori Motivasi
c.    Teori Kognitivisme
d.   Teori Reigeluth
e.    Teori Pembelajaran Sosial
14.    Bagaimanakah perkembangan anak-anak menurut pandangan pemikiran islam yang terkenal pada abad ke-14 ?
a.         perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera
b.         Anak-anak memahami perlaku dengan mencoba memahami dunia persepsi sehingga apabila ingin merubah perilakunya
c.         Membawa anak untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
d.        Anak-anak melakukan pengamatan aktif terhadap kejadian itu, dan mulai berusaha memikirkan serta memahaminya.
e.         Anak-anak dibiasakan belajar membuat abstrak atau teori tentang hal yang pernah diamatinya.
15.    Dibawah ini yang manakah yang termasuk tujuan utama metode observasi dan modeling dalam Teori Bandura dalam pendidikan ?
a.         Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan.
b.         Siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu autran umum ke situasi yang baru.
c.         Mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
d.        Dapat membawa para siswanya ke swalayan, pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT, salon.
e.         Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
16. Berikut ini yang manakah pengertian dari kurikulum ?
a.    Merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dimulai dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat.
b.    Gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas.
c.    Mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut berlangung.
d.   Sesuatu yang ada sebelum proses belajar terjadi, bukan ketika, dan bukan setelahnya.
e.    Hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.
17.  tujuan insitusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga kependidikan. Jadi kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mneyelesaikan program studinya pada lembaga pendidikan yang ditempuh.
a.    Tujuna kurikuler
b.    Tujuan pembelajaran
c.    Tujuan kurikulum
d.   Tujuan pendidikan
e.    Tujuan guru
18.  Yang manakah yang termasuk kritikan terhadap teori Bandura dibawah ini ?
a.    Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
b.    Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru dan masyarakat, dan tidak berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
c.    Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, masyarakat dan lingkungan sekitar.
d.   Pembelajaran siswa yang berpusat pada masyarakat dan hanya melihat hasil saja.
e.    Penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
19.  Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti diantaranya di bawah ini. Manakah yang bukan unsur yang dimaksud dalam Metode behavioristik ?
a.       Kecepatan
b.      Spontanitas
c.       Kelenturan
d.      Reflek
e.       Kekayaan
20. Yang manakah yang bukan termasuk dalam cara-cara yang akan ditempuh untuk mnecapai tujuan pembelajaran yang mencakup empat unsure ?
a.    Pokok bahasan
b.    Bentuk kegiatan pengembangan
c.    Peran guru
d.   A dan B benar
e.    Masyarakat
21.  Apakah yang menjadi fungsi utama dari seorang guru ?
a.       Memfasilitasi berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan dirinya, pengetahuannya, pemahamannya, perilkaunya serta ketrampilan-ketrampilan yang ingin dikuasainya.
b.      Menuangkan ilmu pengetahuan,ajaran-ajaran, perintah atau pengarahan kepada peserta
c.       Membiasakan siswa untuk selalu belajar dan belajar
d.      Menyuruh   siswa untuk selalu bersikap hormat pada orang tua
e.       Berperilau sehat dan terpuji
22.  Yang manakah yang termasuk pengertian dari measurement dibawah ini ?
a.       Fasilitas berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan dirinya, pengetahuannya, pemahamannya
b.      Suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
c.       kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai pada taraf pengambilan keputusan.
d.      Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
e.       Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan aras tujuan yang jelas.
23.   Dalam sisi terminologis terdiri dari beberapa definisi evaluasi yang dapat dikemukakan,dibawah ini yang manakah yang tidak termasuk dari definisi evaluasi ?
a.       Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
b.      Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan aras tujuan yang jelas.
c.       Suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numeric
d.      A dan E benar
e.       Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
24.  Siapakah yang tokoh yang pertama kali mengemukakan definisi dari evaluasi ?
a.       Alfred Bandura
b.      Cronbach
c.       Stuff lebeam
d.      Rafael Benitez
e.       Ralph Tayler
25. Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, dibawah ini yang manakah yang bukan tujuan dari evaluasi ?
a.       Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.      Untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran
c.       Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
d.      Gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas.
e.       Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa fdalam rangka perbaikan.
26.  Sistem assessment atau penelitian memiliki fungsi sebagai alat seleksi, penempatan, diagnostik, formatif, dan sumatif. Guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Berikut ini yang manakah yang termasuk fungsi assessment dari segi diagnostic ?

a.    menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan.
b.    mengidentifikasikan kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
c.    dilaksanakan untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing murid.
d.   dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta didik) dapat mengikutu pendidikan pada jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
e.    D dan C benar
27.  Berikut ini yang manakah pengertian dari Assesment ?
a.     Assessment merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Assesment merupakan Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan aras tujuan yang jelas.
c.       Assesment merupakan proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
d.      Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
e.       Assesment merupakan Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
28. Yang manakah dibawah ini yang termasuk funsi dari assessment ?
a.       Memfasilitasi berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan dirinya
b.      Guru dapat mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian peserta didik.
c.       Melatih siswa yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan dengan hidup sehat
d.      Guru berfungsi sebagai pengoftimal proses pendidikan yang berlangsung dalam dunia pendidikan.
e.       C dan D benar.
29. Assessment atau penelitian memiliki 5 fungsi utama guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Fungsi-fungsi apakah yang dimaksud diatas ?
a.       Fungsi selektif, Fungsi indrawi, Fungsi penempatan,  dan fungsi diagnostic, Fungsi sumatif,
b.      Fungsi selektif, Fungsi indrawi, Fungsi formatif, fungsi pengembangan, Fungsi sumatif.
c.       Fungsi selektif, fungsi diagnostic, Fungsi penempatan,  Fungsi sumatif, dan Fungsi formatif
d.      Fungsi selektif, fungsi diagnostic, Fungsi penempatan,  Fungsi sumatif,  Fungsi indrawi.
e.       Fungsi selektif, fungsi diagnostic, Fungsi formatif, fungsi pengembangan, Fungsi sumatif.
30. Apakah yang dimaksud dengan fungsi sumatif dalam system Assesment pendidikan ?
a.       Dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan.
b.      Dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta didik) dapat mengikutu pendidikan pada jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
c.       Dilaksanakan untuk mengidentifikasikan kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
d.      Dilaksanakan untuk memberikan umpan balik guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan remedial atau perbaikan bagi murid.
e.       Dilaksanakan untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing murid

B.     Essay
1.      Jelaskan penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks menurut Bandura !
Jawab :
-          menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”.
2.      Uraikan perbedaan antara sense of self Efficacy dengan self – regulatory system !
Jawab :
-  Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku. Sedangkan Self regulatory adalah menunjuk kepada struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar dan sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita
3.  Ada 2 jenis pembelajaran melalui pengamatan dalam teori pembelajara social sebutkan dan jelaskan !
Jawab :
-   Pembelajaran melalui pemgamatan adalah sebagai berikut :
a.    Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
b.   Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu.
4.      Sistem assessment atau penelitian memiliki fungsi sebagai alat seleksi, penempatan, diagnostik, formatif, dan sumatif. Jelaskan ke lima fungsi tersebut !
Jawab :
-          Fungsi dari masing-masing sebagai berikut :
a.    Fungsi selektif, dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan
b.   Fungsi penempatan, dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta didik) dapat mengikutu pendidikan pada jenis atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
c.    Fungsi diagnostik, dilaksanakan untuk mengidentifikasikan kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
d.   Fungsi formatif, dilaksanakan untuk memberikan umpan balik guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan remedial atau perbaikan bagi murid.
e.    Fungsi sumatif, dilaksanakan untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing murid


5.      Tuliskan tujuan dari  Assesment !
Jawab :
-          Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
a.    Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.   Untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran.
c.    Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
d.   Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa fdalam rangka perbaikan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar