NAMA : I
MADE GDE WIRABUANA
NIM : 451410008
KELAS : GEOGRAFI
C 2010
TUGAS 2 : AZAS
– AZAS DAN KONSEP EKOLOGI
A. Prinsip dasar energi
Energi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
melakukan kerja menurut Odum, tahun 1993. Misalnya, manusia memerlukan enrgi
untuk berjalan, untuk berfikir, dan untuk beraktivitas lainnya. Dari Bentuk-
bentuk energi yang nyata berguna bagi organisme hidup dapat berupa energi
mekanik, energi kimia, energi radiasi, dan energi panas.
Suatu energi yang dimiliki oleh setiap organisme hidup
adalah energi kimia yang diperoleh dari makanannya dalam bentuk protein,
karbohidrat, lemak, dan sebagainya. Energi tersebut diciptakan pertama kali
pada tingkat produsen, yaitu tumbuhan hijau dengan mengubah energi matahari
menjadi energi potensial. Energi potensial adalah energi yang tersimpan dan
dapat digunakan untuk melakukan kerja, contohnya protein, karbohidrat, dan
lemak.
Adapun energi
kinetik adalah energi yang terlepaskan atau energi yang disebabkan oleh
organisme berupa gerak.
1. Hukum
Termodinamika
Perlu diketahui
bahwa energi di alam bebas atau di dalam ekosistem ini tunduk pada hukum
termodinamika, yaitu hukum termodinamika I dan hukum termodinamika II
(Odum,1993).
a. Hukum
Termodinamika I
Hukum
Termodinamika I berbunyi “energi dapat diubah dari satu bentuk energi kebentuk
energi yang lain, tetapi tidak pernah diciptakan atau dimusnahkan”. Misalnya
energi cahaya sebagai contoh energi dapat diubah menjadi energi kinetik, dapat
diubah menjadi energi panas, dan dapat pula diubah menjadi energi potensial
dalam suatu makanan bergantung kepada keadaan, tetapi tak satupun dari energi
tersebut dimusnahkan.
b. Hukum
Termodinamika II
Hukum
termodinamika II berbunyi “setiap terjadi perubahan bentuk energi, pasti
terjadi degradasi energi dari bentuk energi yang terpancar, dan didalam proses
transformasi energi selalu melepaskan panas dalam bentuk energi yang tidak
dapat digunakan”. Misalnya, benda yang panas pasti akan menyebarkan panas ke
lingkungan yang suhunya lebih rendah.
B. Lingkungan Energi
Lingkungan energi
adalah lingkungan dimana organisme-organisme terendam dalam radiasi sinar
matahari yang terus menerus berubah dari
permukaan-permukaan di sekitarnya. Hal tersebut
merupakan penyumbang utama terhadap perubahan iklim (tempratur, curah hujan).
Komponen lain dari lingkungan energi, radiasi panas, datang dari permukaan atau
apa saja yang berada pada tempratur di atas nol mutlak. Ini meliputi tidak saja
tanah, air, dan vegetasi tetapi juga awan-awan, yang menyumbangkan sejumlah
nyata energi panas yang dipancarkan ke bawah ekosistem.
Radiasi matahari pada
lapisan atmosfer adalah konstan dibandingkan dengan:
1)
Radiasi matahari yang mencapai permukaan
laut pada hari yang cerah.
2)
Sinar matahari yang menembus mendung
sempurna.
3)
Cahaya yang menembus vegetasi
Jadi, radiasi matahari semakin berkurang dan terjadi
perubahan spektrum energi bilamana ia melewati awan, air dan vegetasi.
C.
Produktivitas
Sumber daya energi yang utama untuk
semua tingkat tropik adalah radiasi matahari. Manfaat utama dari energi
matahari yang bisa sampai kepermukaan bumi adalah untuk kepentingan tetumbuhan
hijau yang dalam proses kehidupan tumbuha dikenal dengan fotointesis dan
respirasi. Proses kehidupan di alam tersebut merupakan kejadian yang merubah
bentuk energi dari berbagai komponen ekosistem. Proses-proses yang terlibat
dalmam pengubahan energi dalam ekosistem meliputi proses metabolisme, aliran
energi pada berbagai tingkat tropik, dan siklus biogeokimia (Chapman dan Reiss,
1997;Odum,1993).
Proses metabolisme merupakan proses fisiologi yang terdapat
pada tubuh organisme hidup dan proses ini menjadi ciri yang membedakan antara
proses organisme hidup dengan benda mati. Hasil dari kegiatan metabolisme
adalah pertumbuhan dan penambahan biomassa, dan penimbunan biomassa itu disebut
produksi (Odum,1993;Kormondy,1991).
Produksi pada periode waktu tertentu disebut produktivitas.
Baik produksi maupun produktivitas kedua-duanya secara umum berhubungan dengan
biomassa pada trofik tingkat tertentu (Kendeigh,1980). Menurut Resosoedarmo
dkk. (1986) bahwa setiap ekosistem atau komunitas atau bagian-bagian lain dalam
organisasi makhluk hidup memiliki produktivitas. Kecepatan energi matahari yang
diubah oleh tetumbuhan hijau menjadi energi kimia dikenal sebagai produktivitas
primer(Vickery,1984;Chapman dan Reiss,1997).
Odum menyatakan bahwa produktivitas
primer merupakan kecepatan energi radiasi matahari yang disimpan melalui
aktivitas fotosintesis dan kemosintesis oleh organisme produsen dalam bentuk
bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan pangan. Produktivitas primer
digolongkan menjadi dua yaitu produkivitas primer bersih dan produktivitas
primer kotor.
1. Produktivitas
primer kotor adalah laju total dari fotosintesis, termasuk bahan organik yang
habis digunakan dalam respirasi selama waktu pengukuran. Produktivitas primer
kotor disebut juga fotosintesis total atau asimilasi total.
2. Produktivitas
primer bersih adalah laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan
tumbuh-tumbuhan yang merupakan kelebihan dari pemanfaatannya untuk repsirasi. Produktivitas
primer bersih disebut juga fotosintesis yang kelihatan atau asimilasi bersih.
Beberapa metode untuk mengukur produktivitas adalah:
1. Metode
Panen: metode panen biasa digunakan untuk mengukur produktivitas dari tanaman
yang dibudidayakan yang meliputi tanaman musiman.
2. Pengukuran
Oksigen.
Karena ada kesepadanan antara
pemanfaatan oksigen dengan bahan makanan yang dihasilkan, produksi oksigen
dapat menjadi dasar untuk pengukuran produktivitas.
3. Pengukuran
CO2
Pengukuran CO2 lebih
praktis dibanding dengan pengukuran oksigen. Ahli fisiologi tumbuhan
menggunakan pengukuran CO2 untuk mengukur fotosintesis pada
tumbuhan.
4. Metode
pH.
Dalam ekosistem air, pH air
merupakan fungsi kadar CO2
5. Hilangnya
bahan-bahan mentah
Produktivitas
dapat diukur dengan laju hilangnya mineral-mineral bahan mentah.
6. Penentuan
produktivitas dengan bahan radioaktif
Salah satu metode yang paling peka
dan banyak digunakan untuk mengukur produksi tumbuh-tumbuhan air dilakukan di
dalam botol dengan karbon radioaktif (14C)
yang ditambahkan sebagai karbonat. Setelah beberapa waktu singkat, plankton
atau tumbuh-tumbuhan lain disaring dari air, dikeringkan dan ditaruh dalam alat
penghitung. Banyaknya CO2 yang diikat dalam fotosintesis dapat
ditentukan dari perhitungan radioaktif.
Karbon radioaktif mengukur produksi
bersih dan bukan produksi kotor. Pengambilan pelacak radioaktif mengukur
kelebihan bahan organik yang disimpan selebihnya dari keperluan proses respirasi.
7. Metode
Khlorofil
Khlorofil merupakan ukuran
produktivitas yang lebih baik. Dengan kalibrasi yang tepat, kadar khlorofil
yang berdasarkan areal dari seluruh komunitas dapat memberikan indeks terhadap
produktivitas.
D.
Siklus Biogeokimia
Siklus materi dimana suatu lingkungan merupakan suatu
proses yang penting dalam suatu sistem ekologi. Unsur-unsur kimia termasuk
semua protoplasma cenderung beredar dalam atmosfer yang berasal dari lingkungan
dan kembali ke lingkungan. Jalan peredaran dari unsur-unsur tersebut disebut
dengan siklus biogeokimia. Yang dimaksud dengan “Bio” adalah organisme hidup
dan “geo” berarti batu, udara, dan air di bumi. Geokimia adalah ilmu yang
mempelajari komposisi kimia bumi dengan pertukaran unsur antara pelbagai bagian
dan kerak bumi dan lautan, sungai-sungai dan perairan lainnya.
Menurut G.E Hutchimson (1950) dalam Odum (1998)
mengemukakan Biogeokimia adalah pengkajian pertukaran dan perubahan yang terus
menerus (yakni gerakan ke belakang dan ke depan) dari bahan-bahan antara
komponen biosfer yang hidup dan tidak hidup. Unsur tiap siklus biogeokimia dibedakan adanya dua kutub
yaitu kutub cadangan umumnya komponen non-biologi, besar dab bergerak lamban,
dan kutub peredaran atau pertukaran yang selalu beredar secara cepat antara
organisme-organisme dan lingkungannya.
Tipe-tipe dan Pola Siklus Biogeokimia
Berdasarkan skala
biosfer sebagai keseluruhan dari siklus biogeokimia dibedakan atas dua golongan
besar yaitu siklus dari berbagai bentuk gas yang terdapat dalam atmosfer dan
tipe siklus sedimen yang terdapat di dalam kerak bumi.
Siklus tipe gas lebih sempurna dari tipe sedimen karena
reservoir gas ada di atmosfer dapat secara cepat mengatasi bila terjadi
ketidakseimbangan di dalam siklus. Contoh: dengan adanya kebakaran di suatu
lokasi akan mengakibatkan naiknya CO2 di udara secara lokal.
Kenaikan konsentrasi ini akan segera diimbangi dengan pemerataan CO2
di udara melalui penyerapan oleh tumbuhan dan terbawa oleh gerakan angin. Mekanisme siklus biogeokimia dalam ekosistem
berlangsung bersamaan dengan berjalannya rantai makanan karena senyawa kimia
yang beredar berupa bahan makanan . Siklus ini disebut biogenesis karena siklus
berlangsung secara kimiawi melalui organisme (biologi) sebagai perantara dan
kembali ke lingkungan fisiknya melalui udara, tanah dan air. Selama peredaran
ini terjadi perubahan-perubahan yang berlangsung pada tahap tertentu.
Dari sekian banyak siklus biogeokimia ada beberapa siklus
yang sangat penting yaitu siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus karbon, siklus oksigen dan siklus belerang.
a.
Siklus Nitrogen
Komposisi gas dalam atmosfer yaitu 78%
terdiri Nitrogen, 20% terdiri dari Oksigen dan 2% adalah gas-gas lainnya
termasuk uap air. Selain itu Nitrogen juga berasal dari endapan laut dangkal
atau dari letusan gunging berapi. Nitrogen dalam protoplasma diuraikan dari
bentuk organik menjadi bentuk anorganik oleh suatu bakteri pengurai (decomposer). Sebagian dari Nitrogen
berakhir sebagai nitrat yang siap digunakan oleh tumbuh-tumbuhan hijau.
Menurut Odum (1998) mengemukakan hingga kira-kira Tahun 1950,
kemampuan mengikat nitrogen dari udara terbatas pada jenis-jenis:
-
Bakteri hidup bebas – Azotobacter (aerobic) dan Clostridium (anaerobic)
-
Bakteri yang bersimbiosis pada bintil
akar tumbuhan – Rhizobium
-
Alga biru-hijau – Anabaena, Nostoc, dan
anggota-anggota lain dari ordo Nostocales.
b. Siklus
Fosfor
Selain batuan-batuan fosfat, terdapat
juga deposit-deposit fosfat dalam jumlah banyak yang bersumber dari kotoran
maupun tulang-tulang hewan, misalnya ikan laut dan burung-burung merupakan
hewan yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya deposit fosfat (Gopal dan
Bhardwaj, 1979).
Posfor adalah salah satu jenis elemen penting dalam kehidupan, hal ini disebabkan karena semua makhluk hidup akan membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), Adenosin Tri Fosfat sendiri nantinya akan digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor banyak terdapat di alam dalam yang masih berbentuk bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat pada umumnya terdapat dalam bebatuan. Akibat terjadinya peristiwa erosi dan pelapukan memungkinkan fosfat terbawa menuju sungai bahkan hingga laut yang membentuk sedimen. Terjadinya pergerakan dasar bumi memicu sedimen yang mengandung fosfat naik ke permukaan. Tumbuhan pada umumnya mengambil fosfat yang masih terlarut dalam air tanah.
Posfor adalah salah satu jenis elemen penting dalam kehidupan, hal ini disebabkan karena semua makhluk hidup akan membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), Adenosin Tri Fosfat sendiri nantinya akan digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor banyak terdapat di alam dalam yang masih berbentuk bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat pada umumnya terdapat dalam bebatuan. Akibat terjadinya peristiwa erosi dan pelapukan memungkinkan fosfat terbawa menuju sungai bahkan hingga laut yang membentuk sedimen. Terjadinya pergerakan dasar bumi memicu sedimen yang mengandung fosfat naik ke permukaan. Tumbuhan pada umumnya mengambil fosfat yang masih terlarut dalam air tanah.
Daur Posfor
juga melengkapi makhluk hidup jenis Herbivora, dimana mereka mendapatkan fosfat
dari tumbuhan yang dikonsumsinya serta karnivora mendapatkan fosfat dari
makhluk hidup herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan nantinya akan
mengeluarkan fosfat melalui feses dan urin. Jamur dan bakteri berperan
menguraikan bahan-bahan anorganik di dalam tanah dan selanjutnya akan
melepaskan posfor, posfor yang dihasilkan oleh bakteri pengurai nantinya akan
diambil oleh tumbuhan.
Karbon merupakan salah satu unsur yang
mengalami daur dalam ekosistem. Dimulai dari karbon yang ada di atmosfer
berpindah melalui tetumbhan hijau (produsen), konsumen, dan organisme pengurai,
kemudian kembali keatmofer. Diatmosfer karbon terikat dalam bentuk senyawa
karbon dioksida (CO2).
Proses hubungan timbal balik atau daur ulang respirasi seluler dan fotosintesis bertanggung jawab atas terjadinya perubahan serta pergerakan utama karbon. Turun dan naiknya CO2 dan O2 Atmosir secara musiman dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas Fotosintetik. Pada skala global kembalinya O2 dan CO2 ke Atmosfir sebagai struktur lapisan bumi melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui Fotosintesis.
Proses hubungan timbal balik atau daur ulang respirasi seluler dan fotosintesis bertanggung jawab atas terjadinya perubahan serta pergerakan utama karbon. Turun dan naiknya CO2 dan O2 Atmosir secara musiman dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas Fotosintetik. Pada skala global kembalinya O2 dan CO2 ke Atmosfir sebagai struktur lapisan bumi melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui Fotosintesis.
d. Siklus karbondioksida
Konsentrasi dari bahan bakar fosil CO2
yang di serap oleh samudera dan yang diambil oleh daratan dapat dihitung dari
perubahan pada konsentrasi CO2 dan O2 di atmosfer. Budget karbon global
berdasarkan pada pengukuran CO2 dan O2 untuk 1980 dan 1990 ditunjukkan pada
Tabel 1. Manusia mempengaruhi fluks karbon di antara ke-tiga
"reservoir" (atmosfer, samudera, dan biosfer terestrial) dengan
memberikan gangguan yang kecil tapi berpengaruh besar terhadap siklus global .
Pembakaran bahan bakar fosil dan
perubahan penggunaan lahan menjadi proses antropogenik utama yang melepaskan
CO2 ke atmosfer. Hanya sebagian dari CO2 ini yang tinggal di atmosfer, sisanya
diserap oleh daratan (tanah dan tumbuh-tumbuhan) atau oleh samudera. Penyerapan
komponen ini menyebabkan ketidak-seimbangan fluks dalam dua jalur alami yang
besar yaitu antara samudera dan atmosfer dan antara atmosfer dan daratan.
e. Siklus
hidrologi
Secara alamiah sumber-sumber air
merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan yang mempunyai daya
regenerasi yaitu yang selalu dalam sirkulasi dan lahir kembali mengikuti suatu
siklus yang disebut siklus hidrologis.
Sekaliputn jumlah air relatif konstan, tetapi air tidak diam melainkan
bersirkulasi. Siklus ini penting karena
mensuplai daerah daratan dengan air.
Air mengalami penguapan akibat panasnya sinar matahari.
Penguapan ini berasal dari air permukaan (danau, laut, rawa, sungai dan
lain-lain) dan air yang berasal dari tumbuhan (transpirasi) serta dari tubuh
manusia. Uap air ini memasuki atmosfer.
Di atmosfer uap air ini membentuk awan dan dalam kondisi cuaca tertentu akan
mengalami kondensasi dan jatuh kembali ke permukaan bumi dalam bentuk hujan.
Air hujan ini ada yang mengalir langsung ke dalam aliran permukaan (runoff), ada yang meresap ke dalam tanah
(infiltrasi dan perkolasi) dan kemudian menjadi air tanah, dan ada yang diserap
tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi
air permukaan, dan kemudian menguap kembali ke atmosfer.
f. Siklus
Belerang
Sulfur biasanya terdapat dalam
bentuk sulfat anorganik. Sulfur nantinya direduksi oleh bakteri menjadi sulfida
serta biasanya terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen
Sulfida sendiri seringkali memusnahkan makhluk hidup di perairan serta
pada umumnya akan menghasilkan penguraian bahan organik yang sudah mati.
Tumbuhan dapat menyerap sulfur yang masih dalam bentuk sulfat (SO4).
Proses rantai makanan
disebut-sebut sebagai proses perpindahan sulfat, yang selanjutnya ketika semua
mahluk hidup mati dan nanti akan diuraikan oleh komponen organiknya yakni
bakteri. Beberapa bakteri yang terlibat dalam proses daur belerang (sulfur)
adalah Desulfibrio dan Desulfomaculum yang nantinya akan berperan mereduksi
sulfat menjadi sulfida dalam bentuk (H2S) atau hidrogen sulfida. Sulfida
sendiri nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri Fotoautotrof anaerob seperti
halnya Chromatium dan melepaskan sulfur serta oksigen. Bakteri kemolitotrof
seperti halnya Thiobacillus yang akhirnya akan mengoksidasi menjadi bentuk
sulfat.
g.
Siklus sedimen
Kebanyakan unsur dan senyawa nitrogen, oksigen,
karbondioksida dan air terikat pada tanah dan siklusnya mengikuti pola siklus
sedimen. Sedimen adalah material hasil erosi yang disebabkan oleh tenaga angin,
aliran air dan proses pelapukan pada batuan. Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami
pelapukan yaitu:
1. Pelapukan
secara fisika:
perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan mengalami perubahan.
Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi
berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
2. Pelapukan
secara kimia: beberapa
jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan batuan seperti contohnya larutan HCl
akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan
beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah “hujan asam” yang
sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
3. Pelapukan
secara biologi: Selain
pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan kimia, salah satu pelapukan
yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah
pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar.
Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan
akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Setelah
batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi bagian
yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya
tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat
terjadi melalui beberapa cara:
1. Akibat
grafitasi: akibat
adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa langsung jatuh ke
permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di
permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan
kecil batuan yang ada dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke
tempat yang lain. Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah
peranan sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat
angin: selain air, angin pun dapat
mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat
ini terjadi di daerah gurun.
4. Akibat
glasier: sungai es atau yang sering disebut
glasier seperti yang ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan
pecahan-pecahan batuan yang ada.
Material hasil erosi dan pelapukan mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik yang
kemudian diangkut oleh aliran permukaan dan mengendap pada cekungan-cekungan
tanah, danau atau laut. Cekungan-cekungan, sedimen dasar danau dan lautan
memperoleh unsur hara yang larut dalam
sedimen. Unsur-unsur hara tersebut
kemudian dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Proses sedimentasi
tersebut menyebabkan perubahan bentuk lahan dan terjadi bukit-bukit hasil
sedimentasi yang seterusnya akan kembali ke siklus sedimennya.
Referensi
:
-
Ir.Indriyanto.2006.Ekologi
Hutan.penerbit Bumi Aksara Jakarta
-
Buchari, dkk. 2001. Kimia Lingkungan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar