Jumat, 13 Januari 2012

antropologi, face-face ilmu antropologi


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pada masa permulaan dari berdirinya negara kita ini, ada sarjana-sarjana yang mengira bahwa ilmu antropologi itu adalah suatu ilmu yang hanya meneliti suku-suku bangsa primitif saja, sehingga tidak cocok untuk suatu negara baru yang harus lebih memandang ke masa depannya dari pada memperhatikan aspek-aspek terbelakang, primitif, dan statisnya. Konsep mengenai adanya bangsa-bangsa primitif atau alam pikiran primitif asal dari masa permulaan terjadinya ilmu antropologi yang dengan pandangan eropa-sentris bertujuan merekonstruksikan kembali taraf-taraf kuno dalam sejarah kebudayaan umat manusia atau yang bertujuan mengumpulkan keterangan untuk pemerintah-pemerintah kolonial. Mulai masa menjelang perang dunia II, ilmu antropologi telah berkembang pesat menjadi suatu ilmu yang berambisi untuk kemasyarakatan dan kebudayaan manusia zaman sekarang (Koentjaraningrat, 1969 : 108). Ilmu antropologi Indonesia yang cocok dengan kebutuhan Indonesia masa ini adalah suatu ilmu antropologi yang bisa meneliti dan menganalisa faktor-faktor sosial budaya yang berhubungan dengan usaha pembangunan negara kita masa ini. (Koentjaraningrat, 1969 : 109)
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya.
Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.


B.       Rumusan Masalah
1.      Fase-fase perkembangan ilmu antropologi
2.      Definisi antropologi
3.      Apa itu antropologi fisik dan antropologi budaya
C.      Tujuan
1.      Mahasisiwa dapat mengetahui fase-fase perkembangan ilmu antropologi
2.      Mahasiswa dapat mengetahui secara jelas definisi antropologi
3.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang antropologi fisik dan antropologi budaya
D.      Manfaat
1.      Agar mahasiswa dapat menjelaskan tentang fase-fase perkembangan ilmu antropologi
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi antropologi secara tepat dan jelas
3.      Mahasiswa dapat menjelaskan tentang antropologi fisik dan antropologi budaya














BAB II
PEMBAHASAN
A.      Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi
Fase-fase perkembangan ilmu antropologi terbagi atas empat fase yaitu sebagai berikut :
1.      Fase pertama ( kira-kira pada tahun 1800 )
2.      Fase kedua ( Pertengahan abad ke-19 )
3.      Fase ketiga ( Permulaan abad ke-20 )
4.      Fase keempat ( Tahun 1930 )
1.      Fase pertama ( kira-kira pada tahun 1800 )
Suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia, dan Amerika mulai di datangi oleh orang Eropa Barat sejak Abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, dan lama-lama pengaruh dari negara-negara Eropa Barat tersebut mempengaruhi berbagai daerah di muka bumi. Seiring dengan perkembangannya mulai terkumpul suatu himpunan buku tentang suku-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan suku bangsa Indian penduduk pribumi Amerika. Bahan pengetahuan tadi disebut etnografi. Kemudian dalam pandangan orang Eropa timbul tiga macam sikap yang bertentangan dengan bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika, yaitu :
1.      Sebagian orang Eropa memandang bangsa-bangsa tersebut manusia liar, turunan iblis dan sebagainya. Sehingga menimbulkan istilah savages dan primitive.
2.      Sebagian orang Eropa memendang bangsa-bangsa tersebut masyarakat yang masih murni, belum kemasukan kejahatan dan keburukan.
3.      Sebagian bangsa Eropa tertarik akan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan suku tersebut, sehingga timbul museum-museum tentang kebudayaan banngsa-banngsa diluar Eropa.


2.      Fase kedua ( pertengahan abad ke-19 )
Muncul karangan-karangan yang menyusun bahan etnografi yang berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Secara singkat masyarakat dan kebudayaan di luar bangsa Eropa berevolusi sangat lambat dalam waktu yang lama dan melaui beberapa tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah bentuk-bentuk seperti apa yang ada di Eropa Barat. Sehingga kebudayaan yang ada di luar Eropa disebut primitif. Hal tersebut menjadi tonggak timbulnya ilmu antropologi. Pada fase bekembangan ini pula ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal dengan tujuan mempelajari masyarakat dengan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat pengertian tentang tingkatan-tingkatan kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
3.      Fase ketiga ( permulaan abad ke-20 )
Sebagian besar dari negara-negar penjajah di Eropa berhasil mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah di luar Eropa. Maka dari itu ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah di luar Eropa menjadi sangat penting. Dalam fase ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya tujuannya mempelajari mesyarakat dan kebudayaan suku-suku di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masakini yang komplex.
4.      Fase keempat ( tahun 1930 )
Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami perkembangan yang sangat luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh diteliti maupun ketajaman metode-metode ilmiahnya. Ada dua peubahan di dunia, antara lain :
1. Timbulnya antipati terhadap kolonialisme setelah perangdunia kedua.
2. Cepat hilangnya bangsa primitif sekitar tahun 1930 dan memang hampir tidak ada di muka bumi.


Sasaran dari penelitian para ahli antropologi sekitar tahun 1930 sudah tidak lagi hanya suku bangsa primitif yang tinggal di luar benua Eropa saja, melainkan sudah beralih pada manusia di daerah pedesaan pada umumnnya. Tujuan ilmu antropologi yang baru dibagi menjadi dua :
1.      Tujuan akademikal, yaitu mencapai pengertiaan tentang makhluk manusia pada umumnya.
2.      Tujuan paktis, yaitu mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun suku bangsa masyarakat tersebut.
B.       Definisi Antropologi
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
Definisi antropologi menurut para ahli adalah sebagai berikut :
  1. William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
  2. David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
  3. Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.


Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang
menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun
begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode
antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada
pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.
C.      Antropologi fisik
Secara khusus antropologi fisik mencoba menelaah manusia sebagai makhluk fisik yang tumbuh dan berkembang hingga terjadinya keanekaragaman makhluk manusia menurut ciri-ciri tubuh atau fenotipe, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh serta ciri-ciri genotipe seperti golongan darah.
Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, yang memakai sebagai bahan penelitiannya ciri-ciri tubuh, baik yang lahir (fenotip) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotip), seperti frekuensi golongan darah dan sebagainya. 
Manusia di muka bumi ini dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan tertentu berdasarkan atas persamaan mengenai beberapa ciri tubuh. Adapun ciri-ciri tubuh itu terdapat pada sebagian besar dari individu-individunya, walaupun tiap individu memiliki ciri-ciri tubuh yang berbeda-beda. Kelompok manusia seperti itu dalam ilmu antropologi disebut ras
Pengertian terhadap aneka warna dari ras-ras di dunia itu dicapai oleh para sarjana, terutama dengan menjalankan berbagai metode klasifikasi terhadap aneka warna itu. Bagian dari ilmu antropologi sering disebut antropologifisik dalam arti khusus atau Somatologi.
Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Berdasarkan tulisan Darwin ”The Origin of Species”, manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi. Antropologi ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di seluruh dunia. Antropologi fisik mempelajari manusia dari segi biologi misalnya, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, dan lainnya. 
Adapun ilmu yang termasuk Antropologi fisik yaitu :
ü  Paleoantropologi :  Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang asal usul atau terjadinya dan perkembangan mahkluk manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
ü  Somatologi : Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang variasi atau keanekaragaman ras manusia melalui ciri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan (ciri-ciri genotipe dan fenotipe).
Contoh :
Ø  Dengan melakukan pengamatan mengenai perbedaan fisik orang dari ras Mongoloid dengan orang ras Negroid. Penelitian dan pengamatan yang dilakukan dengan melihat perbedaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh masing-masing ras, antara lain dilihat dari warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotipik), seperti frekuensi golongan darah dan sebagainya.


Ø  Seseorang peneliti ingin membuat suatu descriptive integration dari kebudayaan suku bangsa Ngada di Flores Tengah, ia mengumpulkan bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan orang Ngada sekarang, tetapi di samping itu ia juga memperhatikan fosil-fosil yang terdapat di Flores. Dan ia memperhatikan ciri-ciri ras orang Ngada dan suku-suku bangsa lain di sekitarnya, di Flores, ia juga mengolah ke dalam bahannya, artefak-artefak yang digali atau ditemukan di daerah Flores Tengah. Dengan mengolah menjadi satu semua bahan itu, ia mencoba mencapai pengertian tentang asal mula dan sejarah perkembangan dari suku bangsa Ngada.
D.      Antropologi Budaya
Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang berpusat pada penelitian variasi kebudayaan di antara kelompok manusia. Antropologi budaya mengumpulkan data mengenai proses ekonomi dan politik global atas budaya lokal. Para antropolog budaya menggunakan berbagai metode, termasuk pengamatan partisipatif (participant observation), wawancara dan angket statistik. Penelitian mereka sering dikatakan pekerjaan lapangan karena sang antropolog harus menetap untuk waktu yang cukup lama di lapangan penelitiannya.
Salah satu ucapan pertama tentang makna antropologis dari pada istilah "kebudayaan" adalah oleh Sir Edward Burnett Tylor, antropolog asal Inggris yang menulis dalam halaman pertama bukunya yang terbit tahun 1897 : "Kebudayaan, atau peradaban, diambil dalam artinya yang luas dan etnografis, adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, adat-istiadat dan kemampuan dan kebiasaan lain mana pun yang didapati manusia sebagai anggota masyarakat. Istilah "peradaban" di kemudian hari diganti definisi oleh V. Gordon Childe, di mana "kebuyaan" menjadi istilah perangkum dan "peradaban" satu jenis khusus kebudayaan.


Wawasan antropologis tentang "kebudayaan" antara lain mencerminkan reaksi terhadap wacana sebelumnya di dunia Barat, yang didasarkan pada perlawanan antara "budaya" dan "alam", di mana sejumlah manusia dianggap masih hidup dalam "keadaan alamiah". Para antropolog menyatakan bahwa kebudayaan justru merupakan "alam manusia" dan semua manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pengalaman, menterjamahkan penyusunan ini secara simbolis berkat kemampuan berbicara dan mengajar paham tersebut ke manusian lain.
Karena manusia mendapati kebudayaan lewat proses belajar enculturation dan sosialisasi, orang yang tinggal di tempat yang berbeda atau keadaan yang berbeda, mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Para antropolog juga mengemukakan bahwa melalui kebudayaan, orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara non-genetik, sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang berbeda sering akan memiliki kebudayaan yang berbeda. Teori antropologi terutama berasal dari kesadaran dan minat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan tertentu) dan global (kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang di tempat atau keadaan yang berbeda).  
Perkembangan antropologi budaya terjadi dalam konteks akhir abad ke-19, saat pertanyaan tentang kebudayaan manakah yang "primitif" dan yang mana "beradab" tidak hanya ada dalam benak Marx dan Freud tapi juga banyak orang lain. Kolonialisme dan prosesnya makin sering membuat pemikir asal Eropa berhubungan, secara langsung atau tidak langsung, dengan bangsa lain yang "primitif". Keadaan yang berbeda antara berbagai kelompok manusia, yang sebagian memiliki teknologi modern dan maju seperti mesin dan telegraf, sedangkan sebagian lain tidak memiliki apa-apa kecuali komunikasi tatap muka dan masih hidup dengan gaya Paleoliti, menarik perhatian angkatan pertama antropolog budaya. Sejajar dengan perkembangan antropologi budaya di Amerika Serikat, di Inggris antropologi sosial, di mana "kesosialan" merupakan paham inti dan yang berpusat pada penelitian kedudukan dan peranan sosial, kelompok, lembaga dan hubungan antaranya, berkembang sebagai disiplin akademis.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan sebagai berikut :
Fase-fase perkembangan ilmu antropologi terbagi atas empat fase yaitu sebagai berikut :
1.      Fase pertama ( kira-kira pada tahun 1800 )
2.      Fase kedua ( Pertengahan abad ke-19 )
3.      Fase ketiga ( Permulaan abad ke-20 )
4.      Fase keempat ( Tahun 1930 )
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata.
Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, yang memakai sebagai bahan penelitiannya ciri-ciri tubuh, baik yang lahir (fenotip) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotip), seperti frekuensi golongan darah dan sebagainya. 
Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang berpusat pada penelitian variasi kebudayaan di antara kelompok manusia. Antropologi budaya mengumpulkan data mengenai proses ekonomi dan politik global atas budaya lokal.






B.       Saran
Pembahasan makalah ini sangatlah sederhana, secara keseluruhan makalah ini sudah cukup menggambarkan tentang fase-fase perkembangan ilmu antropologi, definisi antropologi, antropologi fisik dan antropologi budaya. Oleh karena itu bagi para penduduk ataupun masyarakat yang sudah mengerti akan fase-fase perkembangan ilmu antropologi, definisi antropologi, antropologi fisik dan antropologi budaya yang baik harus mensosilisasikannya kepada masyarakat yang belum paham tentang fase-fase perkembangan ilmu antropologi, definisi antropologi, antropologi fisik dan antropologi budaya.






















DAFTAR PUSTAKA
( Hilman Hadikusuma. 2006. Antropologi Hukum Indonesia. Bandung : PT Alumni Hal : 1 )
( Koentjaraningrat. 1964. Tokoh-tokoh Antropologi. Universitas Jakarta. Hal : 184 )
( Koentjaraningrat. 1969. Arti Antropologi Untuk Indonesia Masa Ini. Jakarta: 
               Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal: 3)
( Koentjaraningrat. 1969. Arti Antropologi Untuk Indonesia Masa Ini. Jakarta: 
               Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal: 108)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar