Kamis, 15 Maret 2012

Belajar dan pembelajaran geografi, Teori Brunner


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding kelas.  Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya,  manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini.
Proses belajar mengajar, merupakan aktifitas sehari–hari yang dilakukan oleh guru. Bagi orang awam, materiyangdisajikan olehguru kepadasiswaakanlangsung diserap oleh siswa sehingga siswa memahami  isimateri tersebut serumit apapun materiitu.
Kenyataanya tidak seperti itu. Sebagai seorang guru IPA diSekolah Dasar, tentunya kita tahu bahwa banyak konsep–konsep IPA yang tidak hanya sekedar cukup disampaikan oleh guru, karena konsep tersebut cukup rumit bagi anak usia Sekolah Dasar. Sehingga selain memerlukan pendekatan tertentu, juga perlu memahami psikologi pendidikan untuk menjawab bagaimana kosep tersebut sampai ke otak siswa dan dipahami oleh siswa, proses dan jenis–jenis belajar apa yang dilakukan oleh siswa, dan sebagainya.

     Penerapan psikologi dalam bidang pendidikan menuntut seorang pendidik atau guru memiliki pengetahuan  tentang psikologi. Teori belajar dari perkembangan psikologi pendidikan dengan tiga aliran (teori behavioristik, teori kognitif dan teori humanistik) yaitu: teori belajar dari psikologi behavioristik, yang berpendapat tingkah laku manusia dikendalikan ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Materi ini berisi bahasan tentang konsep dan teori–teori belajar menurut pakarya itu Bruner. Dengan mempelajari materi ini nantinya Anda diharapkan mampu menciptakan iklim belajar dikelas dengan baik dan mampu membawa siswa kedalam kegiatan belajar mengajar yang baik.
1.2.       Rumusan Masalah
a.    Apa yang di maksud dengan teori brunner ?
b.    Apa yang di maksud dengan teori belajar menurut brunner ?
c.    Jelaskan penerapan teori brunner dalam pembelajaran ?
d.   Jelaskan penerapan dalam kurikulum ?
e.    Sebutkan tujuan dalam pembelajaran sistim assesmen ?
1.3.       Tujuan
1. Dapat mengetahui arti dari teori brunner.
2.    Mengetahui yang dimaksud dengan teori belajar menurut brunner.
3.    Dapat mengetahui penerapan teori brunner dalam pembelajaran
4.    Dapat memahami penerapan dalam kurikulum.
5.    Mengetahui tujuan dalam pembelajaran sistim assesmen

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Teori Brunner
Brunner merupakan salah satu tokoh psikologi kognitif yang kerap dijadikan rujukan dalam mengupas teori kognitif, terutama dalam proses belajar. Dimana brunner memiliki nama asli  Jerome Brunner, kota kelahiran yang terletak di New York pada tahun 1915. Dalam pandangan brunner mengenai proses belajar adalah, langkah-langkah bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasi informasi secara aktif. Teori belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu:
a) Enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya;
b) Ikonik, pola berpikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya dan
c) Simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah. Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
Dalam teori Brunner membagi ranah pendidikan menjadi empat tema anatar lain :
1.    Pentingnya arti struktur pengetahuan
2.    Kesiapan untuk belajar
3.    Nilai intuisi dalam proses pendidikan
4.    Motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara – cara yang dilakukan guru untuk merangsang motivasi siswa.
          Maka teori brunner berkembang terhadap belajar yang mengacu pada dua asumsi :
a.    Perolehan pengetahuan merupakan bentuk proses interaktif. Karena, orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif. Sehingga perubahan yang terjadi tidak saja pada lingkungannya, tetapi juga pada orangnya.
b.    Setiap orang akan meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya.
2.2.       Teori Belajar Menurut Brunner
         Dalam teori belajar menurut Brunner menggunakan teori pendekatan belajar matematika. Di mana matematika merupakan ilmu universalyang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,analitis,sistematis,kritis, dan kreatif,sertakemampuanbekerjasama.
Adapun teori-teori belajar menurut brunner antara lain :
1. Empat Tema TentangPendidikan
          Bruner mengemukakan empat tema pendidikan tema–tema tersebut adalah:
a.  Struktur pengetahuan
       Kurikulum  hendaknya mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur pengetahuan kita menolong para siswa untuk melihat bagaimana fakta–fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain dan pada informasi yang telah mereka miliki.
b. Kesiapan (readines ) untuk belajar
            Menurut Bruner (Dahar ;1989 :98), kesiapan  terdiri atas penguasaan keterampilan–kereampilan yang lebih sederhana yang dapat mengijinkan seseorang untuk mencapai keterampilan–keterampilan yang lebih tinggi.
c.  Intuisi dalam proses pendidikan
       Dengan intuisi dimakusdkan oleh Bruner, teknik–teknik intelektual untuk sampai pada formulasi–formulasi tentatif tanpa melalui langkah –langkah analitis untuk mengetahun apakah formulasi–fomulasi itu merupakan kesimpulan–kesimpulan yang sahih atau tidak.

d. Motivasi atau keinginan untuk belajar
       Pengalaman–pengalaman pendidikan yang menyebabkan terjadinya motivasi adalah pengalaman–pengalaman dimana siswa berpartisipasi secara aktif. Menurut Bruner pengalaman  belajar  semacam ini misalnya pengalaman belajar penemuan.
2. Model dan Kategori
Teori Bruner didasarkan pada duaasumsi. Asumsi pertama  ialah bahwa perolehan penegtahuan merupakan suatu prose sinteraktif, asumsike dua ialah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya. Hal ini yang disebut dengan kerangka kognitif yang oleh Bruner disebut Modelofthe World” atau model alam. Setiap model seseorang khas bagi dirinya.
Dalam menciptakan kerangka kognitif ini manusia tidak membiarkan diri didominasi oleh lingkup hidup tetapi bersikap menyoroti apa yang dijumpainya dan bertekad memberikan suatu makna pada pengalamannya. Pengalaman yang diberimakna itu bertambah–tambah dan bertumpuk – tumpuk sehingga lama kelamaan  menyerupai  suatu  bangunan  mental yang  bagian    bagiannya terintegrasi satu sama lain.
Kerangka  kognitif  yang  telah terbentuk,  tidak bersifat statis dan dapat berubah, lebih-lebih pada manusia muda yang masih belajar disekolah. Perubahan ini terjadi karena pergeseran pada konsep yang sudah dimiliki dan pada susunan hierarki konsep yang digunakan sebelumnya. Selama belajar siswa harus menemukan sendiri struktur dasar dari materi pelajaran dan akhirnya dari bidang studi bersangkutan melalui corak berpikir yang disebut berpikir induktif(induktive reasoning)       corak berfikir bertitik tolak dari sejumlah contoh dan mencari kaidah yang terkandung dalam contoh–contoh itu.
Bruner beranggapan bahwa semua  interaksi  interaksi  kita dengan alam melibatkan kategori–kategori yang dibutuhkan bagi pempungsian manusia. Kategorisasi menyederhanakan ke kompleksan dalam lingkungan kita. Karena sistem kategori kita dapat mengenal obyek–obyekbaru. Oleh karena obyek –obyek baru memiliki kemiripan dengan obyek –obyek yang telah ada, kita dapat mengklasifikasikan dan memberikan ciri–ciri tertentu pada benda–benda atau gagasan baru.
Ringkasnya, Bruner beranggapan bahwabelajar merupakan pengembangan kategori–kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (Coding). Berbagai kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu mempunyai model yan gunik tentang alam. Dalam model ini belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model itu.
3. Belajar Sebagai Proses Kognitif
       Bruner mengemukakan, bahwa belajar melibatkan tiga proses  yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses ituialah (1)Memperoleh informasi baru, (2)Transfomasi informasi, dan (3)Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner dalam Dahar; 1989: 101).
       Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Sebagai contoh seorang setelah mempelajari bahwa darah itu beredar, barulah ia mempelajari secara terperinci sistem peredaran atau sistem sirkulasi darah. Demikian pula, setelah berpikir bahwa energi itu dibuang –buang atau tidak di hemat, baruia belajar teori konservasi energi.
       Dalam transpormasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru.  Jadi, transpormasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi, atau dengan mengubah menjadi bentuk lain.
       Bruner menyebut pandangannya tentang  belajar atau petumbuhan kognitif sebagai konseptulisme instrumental.Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu: (1) Pengtahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model–model tentang kenyataan yang dibangunnya, dan (2) Model–model semacam itu mula– mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model–model itu di adaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.
       Persepsi seseorang tentang suatu peristiwa merupakan sesuatu proses konstruktif. Dalam proses ini orang itu menyusun suatu suatu hipotesis dengan menghubungkan data inderanya pada model yang telah disusunya tentang alam, lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat–sifat tambahan dari peristiwa itu. Jadi, seorang pengamat itu tidak dipandang sebagai organis mereaktif yang pasif tetapi sebagaiseorangyang memilih informasi secara aktif, dan membentuk hipotesis perseptual.
4. Belajar Penemuan
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning) (Dahar;1989:103). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan seusuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar–benar bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti di atas, merupakan satu–satunya macam belajar yang mendapat perhatian Bruner.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukan beberapa kebaikan . Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah di ingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang  dipelajari dengan cara–cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efektransfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Dengan lain perkataan, konsep – konsep dan prinsip yang dijadikan milik kognitif  seseorang lebih mudah diterapkan  pada situasi– situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan–keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah.
         Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan ( termasuk konsep, teori, definisi dan sebagainya ) melalui contoh-contoh yang menggambarkan ( mewakili ) aturan yang menjadi sumbernya.
-    Proses belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur mahasiswa.
-    Proses belajar terjadi melalui tahap – tahap :
·         Enaktif ( aktivitas mahasiswa untuk memahami lingkungan )
·         Ikonik ( mahasiswa melihat dunia melalui gambar – gambar dan visualisasi verbal ).
·         Simbolik ( mahasiswa memahami gagasan – gagasan abstrak ).
-    Pada tahap enaktif, seorang mahasiswa melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas.
              Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) Proses perolehan informasi baru, (2) Proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audio visual  dan  lain-lain.  Informasi  ini  mungkin bersifat  penghalusan  dari  informasi  sebelumnya  yang  telah  dimiliki.
         Sedangkan proses transformasi    pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.
         Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
2.3.       Penerapan Teori Brunner Dalam Pembelajaran
          Sebagaimana disampaikan di bagian depan, teori Bruner berkait dengan tiga tahap pada proses pembelajaran, yaitu tahap enaktif yang menggunakan benda konkret (nyata), tahap ikonik (ingat kata ikon pada komputer yang berupa gambar atau lambang) yang mennggunakan benda semikonkret, dan tahap simbolik dimana pengalaman tersebut diwujudkan dalam bentuk simbolsimbol abstrak.
Ketiga tahap pada proses belajar tersebut adalah:
1.    Tahap Enaktif.  Pada tahap ini, para siswa mempelajari matematika dengan menggunakan sesuatu yang “konkret” atau “nyata”, yang berarti dapat diamati dengan            menggunakan  panca   indera. Contohnya, ketika akan        membahas penjumlahan dan pengurangan di awal pembelajaran, siswa dapat belajar dengan menggunakan batu, kelereng, buah, lidi, atau dapat juga memanfaatkan beberapa model atau alat peraga lainnya.
-           Garis bilangan dalam bentuk dua bilahpapan .Gambar ini menunjukkan bahwa posisi −3’pada bilah papan bagian  bawah sudah disejajarkan dengan  posisi ‘0’ pada bilah papan bagian atas, sehingga didapat beberapa hasil penjumlahan −3 dengan bilangan lainnya. Contohnya: −3+ 5 = 2 (lihat tanda ruas garis berpanah) atau  3+ (−2)=5, dapat di lihat pada gambar dibawah :




2. Tahap Ikonik. Para siswa sudah dapat  mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar  atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda konkret atau nyata. Sebagai contoh, dalam proses pembelajaran penjumlahan dua bilangan bulat dimulai dengan  menggunakan benda nyata berupa garis bilangan sebagai  “jembatan”, maka tahap ikonik untuk 5 + (–3) = 2 dapat berupa gambar atau diagram berikut.
 




3. Tahap Simbolik.  Menurut Bruner, tahap simbolik    adalah tahap dimana pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol abstrak. Dengan kata lain, siswa harus mengalami proses abstraksi dan idealisasi.
          Perbedaan yang terjadi saat menentukan hasil dari 2 + 3 atau pun 3+4  baik pada tahap enaktif maupun ikonik merupakan proses abstraksi yang terjadi dikarenakan siswa menyadari adanya kesamaan gerakan yang dilakukannya, yaitu ia   akan   bergerak dua kali ke kanan. Dengan bantuan guru,  siswa diharapkan dapat menyimpulkan bahwa penjumlahan dua bilangan positif akan menghasilkan bilangan positif pula. Tidaklahmungkin hasil penjumlahan dua bilangan positif akan berupa bilangan negatif.
2.4.       Penerapan Dalam Kurikulum
Penerapan dalam kurikuluk menurut teori Brunner melelui model pembelajaran Kognitif dan Model Elaborasi. Teori kognitif, dikembangkan menjadi webteaching yaitu belajar yang efektif pada dasarnya adalah mengaitkan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam din si-belajar. Cara penyajian pembelajaran sebagai ini dimulai dengan penyajian garis besar dari isi yang akan diajarkan, yang disertai tinjauan umum terhadap konsep penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya.
Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari. Beberapa Implikasi Untuk Praktek Dari uraian kurikulum, evaluator sangat dominan.
Pihak murid atau peserta belajar lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut: Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku. Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education). Pengertian Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Sedangkan  istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi".
Hal demikian untuk memantau kemajuan belajar peserta didik agar dapat memberikan umpan balik baik bagi guru maupun pada peserta didik sendiri. Guru dapat melihat apakah metode atau media yang digunakan sudah tepat untuk  pencapaian tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif biasanya mengacu pada kriteria tertentu yaitu tercapainya tujuan, sedangkan pada tes penempatan mengacu pada norma tertentu yaitu norma kelompok.
2.5.       Tujuan Dalam Pembelajaran Sistim Assesmen
Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal.
Teori belajar yang sistimatis, dasar pemikiran teoritis memandang bahwa manusia adalah sebagai pemrosesan, pemikir dan pencipta informasi. Oleh itu yang terpenting dalam belajar menurut Bruner (1961:23)  adalah cara-cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan  informasi yang  diterimanya secara aktif. Sehubungan dengan itu Bruner sangat memperhatikan masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterima itu untuk mencapai pemahaman dan membentuk kemampuan yang bertujuan atau memiliki hasil.
Belajar dianggap berhasil apabila pelajar telah sanggup mentransferkan atau menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari. Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar pada, maka untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, diperlukan tiga tingkat aktivitas yaitu; 1).Persiapan belajar, 2). Pelaksanaan belajar, dan 3). Pengendalian belajar. Pada tingkat persiapan yang harus dilakukan yaitu menyiapkan situasi dan kondisi belajar yang sistem penilaian emosional yang bisa bersifat positif / negatif atau bisa menimbulkan perasaan senang / tidak senang. Berdasarkan penilaian ini maka terjadilah kecenderungan untuk bertingkah laku.
Krech & Crutchfield (1962) dalam Zahera (1997:183) mengemukakan bahwa sikap seseorang ditentukan oleh faktor kebutuhan-kebutuhan individu, informasi yang diperoleh mengenai obyek sikap, kelompok tempat individu bergabung, dan kepribadian individu. Sedangkan Nimpoeno (1988:47) menyebutkan bahwa teori belajar yang sistimatis, dasar pemikiran teoritis memandang bahwa manusia adalah sebagai pemrosesan, pemikir dan pencipta informasi.
Sehubungan dengan itu Bruner sangat memperhatikan masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterima itu untuk mencapai pemahaman dan membentuk kemampuan belajar yang sering disebut dengan istilah "scholastic achievement" atau "academic achievement" adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil Belajar. Gagne dan Bruner adalah seorang ahli Psikologi Kognitif, yang memberi dorongan agar pendidikan memberi perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir.
Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan propesional untuk memperbaiki pembelajaran. Asesmen bertujuan untuk antara lain untuk:
1.     Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2.     Memonitor kemajuan siswa,
3.     Menentukan jenjang kemampuan siswa,
4.     Menentukan efektivitas pembelajaran,
5.     Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
6.     Mengevaluasi kinerja guru kelas,
7.     Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.
BAB III
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
        Brunner merupakan salah satu tokoh psikologi kognitif yang kerap dijadikan rujukan dalam mengupas teori kognitif, terutama dalam proses belajar. Dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya, pnedidikan sains pada khususnya, Bruner mengemukakan empat tema, yaitu : Struktur, kesiapan, intuisi, dan motivasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transpormasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Padangannya terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model – model mengenai kenyataan yang di bangunnya, dan model – model itu mula – mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan kemudian model – model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas, dan melatih keterampilan – keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Dalam menerapkan belajar penemuan, tujuan – tujuan mengajar hanya dapat dirumuskan secara garis besar, dan cara yang digunakan para siswa untuk mencapai tujuan tidak perlu sama. Dalam belajar penemuan, guru tidak begeitu mengendalikan proses belajar mengajar. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Selain itu guru diminta pula untuk memperhatikan tiga cara penyajian, yaitu cara penyajian enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik. Bruner menyatakan cara menyajikan pelajaran harus disesuaikan dengan derajat berpikir anak dan membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
Ada dua pendekatan model belajar Bruner yaitu dengan perolehan pengetahuannya dengan merupakan proses interaktif dan orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diterima sebelumnya.
Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya. Anak yang belajar dengan metode penemuan, selalu memulai dengan memusatkan pada manipulasi material, kemudian anak menemukan keteraturan-keteraturan, selanjutnya anak mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Dan akhirnya anak dapat menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan dengan melakukan sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
-    Hendro Darmojo, 1991. Pendidikan IPA II, Depdikbud. Dirjen Dikti.
-    Ratna Wilis Dahar, 1989, Teori-teori Belajar: Jakarta : Erlangga.
-    Irawan, Prasetya, dkk. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar, 1997.
-    Gredler, Margaret E.Bell (1991). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:Rajawali.
-    Ismail,  dkk.  (2003). Kapita  Selekta  Pembelajaran  Matematika.  Jakrta:  Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.









Soal-Soal!
A.  OBJEKTIF
1.             Bruner tidak mengembangkan teori belajar yang sistematis, tetapi………..
a.    Bagaimana mentrspormasi informasi secara aktif
b.    Tentang kesiapan (readines) untuk relajar saja
c.    Menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan saja
d.   Tentang ”lima jenis belajar“
e.    Mengemukakan teori enaktif
2.             Menurut Bruner ” model of the world” untuk setiap orang adalah……….
a.    Sama
b.    Sesuai dengan tingkat usia
c.    Khas
d.   Sama untuk usia anak sd
e.    Sama sesui dengan tingkat usia
3.             Empat tema pendidikan menurut Bruner adalah...............
a.    Model, kategori, motivasi, intuisi.
b.    Kerangka kognitif, motivasi, kesiapan untuk belajar
c.    Kerangka kognitif, motivasi, intuisi, struktur pengetahuan.
d.   Struktur pengetahuan, kesiapan untuk belajar, intuisi dalam proses pendidikan dan motivasi.
e.    Model, struktur pengetahuan, intuisi
4.             Belajar bermakna menurut Bruner adalah ...................
a.    Belajar hafalan
b.    Bealajar afektif
c.    Belajar penemuan
d.   Belajar sosial
e.    Belajar evisien
5.             Di bawah ini adalah ciri – ciri belajar penemuan, kecuali.............
a.    Pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
b.    Menghayati nilai dari obyek – obyek yang di hadapi melalui perasaan
c.    Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuna yang menyertainya.
d.   Menghasilkan pengetahuan yang benar – benar bermakna
e.    Tidak menemukan apapun dalam belajar
6.             Supaya memberikan hasil yang baik dalam belajar matematika menurut Bruner, sebaiknya anak diarahkan pada penyusunan ....
a.    Latihan soal.
b.    Contoh-contoh soal.
c.    Latihan yang bersifat drill.
d.   Konsep-konsep dan struktur-struktur yang teratur.
e.    Konsep hafalan
7.             Dalam tahap enaktif, seorang anak diarahkan untuk ....
a.    Memanipulasi simbol-simbol atau notasi objeknya.
b.    Memanipulasi secara langsung objek-objeknya.
c.    Memanipulasi secara mental gambaran-gambaran objeknya.
d.   Merumuskan notasi atau simbol dari objeknya.
e.    Merumuskan simbol-simbol secara langrrsung
8.             Dalam belajar matematika anak sudah melibatkan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek, dan tak perlu lagi memanipulasi objek secara langsung. Pernyataan tersebut merupakan ciri dari belajar pada ….
a.    Tahap enaktif.
b.    Tahap ikonik.
c.    Tahap simbolik.
d.   Tahap operasi konkret.
e.    Tahap gambar
9.             Penyajian pelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan atau menunjukkan suatu tindakan disebut model penyajian ….
a.    Enaktif.
b.    Ikonik.
c.    Simbolik.
d.   Spiral.
e.    Konkret
10.         Bruner mengemukakan 4 teorema atau dalil yang berkaitan pengajaran matematika. Yang tidak termasuk dari dalil yang dikemukakan Bruner adalah ...
a.    Dalil penyusunan.
b.    Dalil notasi.
c.    Dalil penyajian.
d.   Dalil pengaitan.
e.    Dalil penerapan
11.          Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lainnya, sama halnya antara dalil dan dalil, antara teori-teori, sampai dengan yang lebih besar lagi yaitu antarcabang dan cabang matematika. Dalil yang sesuai adalah :
a.    Dalil Penyusunan.
b.    Dalil Notasi.
c.    Dalil Pengontrasan dan keanekaragaman.
d.   Dalil Pengaitan.
e.    Dalil penyajian
12.         Dalil notasi menyatakan bahwa ....
a.    Belajar dapat baik bila pelajaran tersusun baik.
b.    Pada permulaan konsep ditanamkan agar menggunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c.    Belajar bisa baik jika melakukan kegiatan pengontrasan dan penganekaragaman.
d.   Belajar dapat baik bila materinya dihubung-hubungkan.
e.    Belajar dapat menghasilkan  yang baik bila penerapannya baik pula
13.         Untuk menyajikan suatu konsep dengan cara pengontrasan dapat dilakukan dengan ....
a.    Latihan soal.
b.    Contoh-contoh soal.
c.    Menyajikan contoh dan bukan contoh.
d.   Latihan yang bersifat drill.
e.    Konsep dan steuktur tertentu
14.         Bruner terkenal dengan metode penemuannya, penemuan yang dimaksudkan di sini adalah ….
a.    Menemukan hal yang sifatnya baru sama sekali.
b.    Menemukan kembali konsep, sifatnya tidak baru sama sekali.
c.    Menemukan setelah terlebih dahulu diberitahu oleh gurunya.
d.   Menemukan konsep sesuai contoh yang diberikan guru.
e.    Menentukan soal sesui dengan contoh yang ada
15.         Belajar penemuan akan terjadi bila dalam proses belajar guru ....
a.    Menciptakan situasi swa yang problematik.
b.    Menyajikan contoh-contoh.
c.    Menyajikan materi secara utuh.
d.   Meminta siswa menghubungkan konsep-konsep.
e.    Meminta siswa agar bisa menghafal
16.         Pengalaman–pengalaman pendidikan yang menyebabkan terjadinya motivasi adalah.....
a.    siswa dapat berpartisipasi secara aktif.
b.    Siswa mampu menganalisis suatu kesimpulan
c.    Siswa memiliki kesiapan untuk belajar
d.   Siswa mampu mencari informasi
e.    Siswa memiliki kemampuan yang sangat mendasar

17.         Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah....
a.    Tema pendidikan
b.    Model pembelajaran
c.    Kate gori penerapan pembelajaran
d.   Belajar sebagai koknitif
e.    Belajara penemuan
18.         Dalam teori belajar menurut brunner menggunakan teori pendekatan belajar yang sangat mendasar pada perkembangan teknologi modern yaitu....
a.    Teori pendekatan belajar efektif
b.    Teori belajara secara univetsal
c.    Teori pendekatan belajar matematika
d.   Teori pendekatan belajar secara logika
e.    Teori pendekatan belajar kratife
19.         Agara penguasaan keterampilan–kereampilan yang lebih sederhana yang dapat mengijinkan seseorang untuk mencapai keterampilan–keterampilan yang lebih tinggi, kita harus.......
a.    Memiliki kesiapan untuk belajara
b.    Memiliki struktur pengetahuan
c.    Intuisi dalam proses pendidikan
d.   Harus saling motivasi 
e.    Memiliki keinginan untuk belajar
20.         Selama belajar siswa harus menemukan sendiri struktur dasar dari materi pelajaran dan akhirnya dari bidang studi bersangkutan melalui corak berpikir yang disebut.....
a.    Teori koknitif
b.    Penyajian aikon
c.    Belajar induktif
d.   Tahap Enaktif
e.    Belajra deduktif
21.         Teori yang paling kuat yang di ajuka Brunner dalam mengemukakan tau mengupas suatu teori yaitu....
a.    Teori Piaget
b.    Teori pendekatan belajar logika
c.    Teori dalam model elaborasi
d.   Teori Matematika
e.    Teori Koknitif
22.         Struktur pengetahuan Bruner mengemukakan tema pendidikan yang hendaknya berdasarkan pada.....
a.    Kesiapan dalam penguasaan keterampilan–kereampilan yang lebih sederhana
b.    Mementingkan struktur pengetahuan berdasarkan kurikulum yang ada
c.    Teknik–teknik intelektual untuk sampai pada formulasi–formulasi tentatif
d.   Pengalaman–pengalaman pendidikan yang menyebabkan terjadinya motivasi
e.    Pengalaman–pengalaman dimana siswa berpartisipasi secara aktif
23.         Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah .......
a.    Pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan
b.    Anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal
c.    Mengorganisasikan kembali struktur-struktur ide anak dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya
d.   Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah
e.    Mengorganisasikan kembali struktur-struktur ide anak dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya
24.         Penyajian pelajaran dengan cara Ikonik untuk menjelaskan konsep perkalian dengan mengambil sampel berupa salah satu hewan adalah ….
a.    Siswa langsung mengamati kandang ayam
b.    Siswa mengamati gambar-gambar binatang
c.    Siswa mengotak-atik potongan-potongan lidi yang sama
d.   Siswa memotong kue menjadi bagian-bagian yang sama
e.    Siswa menggambar balok dngan ukuran yang sama
25.         Penyajian pelajaran yang dilakukan siswa dengan langsung memanipulasi benda konkretnya menunjukkan suatu tindakan model penyajian ….
a.    Enaktif
b.    Ikonik
c.    Simbolis
d.   Penemuan
e.    model
26.         Dari materi-materi matematika sekolah dasar yang dapat dilakukan dengan metode penemuan adalah, kecuali ....
a.    Rumus luas daerah bangun datar
b.    Rumus Pythagoras
c.    Merubah pecahan biasa ke pecahan desimal
d.   Menanamkan konsep pecahan senilai
e.    Melalui garis bilangan
27.         Diantara pernyataan – pernyataan di bawah ini, manakah yang merupakan peranan guru dalam belajar penemuan.........
a.    Mengajar dengan cara ceramah
b.    Menasehati anak yang nakal
c.    Menyajikan materi pelajaran yang di perlukan sebagai rasa bagi para siswa
d.   Untuk memecahkan masalah
e.    Tujuan mengajar yang dibuat guru harus dibuat secara detail agar tujuan
28.         Kelebihan dari belajar penemuan antara lain.............
a.    Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama
b.    Siswa dilatih untuk menjadi saintis
c.    Memudahkan guru dalam menyampaikan materi
d.   Kelas menjadi terkendali
e.    Siswa dapat mengenal sistem informasi
29.         Proses yang terlibat dalam belajar penemuan adalah ...........
a.    Memperoleh informasi baru
b.    Transformasi informasi
c.    Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
d.   Dapat mengenal sistem informasi
e.    Semua pernyataan di atas benar
30.         Dalam belajar penemuan..............
a.    Metode dan tujuan harus seiring
b.    Metode koknitif dan memiliki tujuan
c.    Tujuan diuraikan secara rinci
d.   Guru mengajar secara klasikal dengan metode ceramah
e.    Metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring
Soal Esay !
1.             Soal  :  Teori Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak  dibagi menjadi
tiga tahap representasi yang berurutan, Jelaskan. . . !
Jawab :
a)      Enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya
b)      Ikonik, pola berpikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya
c)      Simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.

2.             Soal : Bagaimana cara mengimplikasi teori Brunner dalam proses pembelajaran, jelaskan. . . !
Jawab :
Cara mengimplikasi teori brunner dalam proses pembelajaran yaitu menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah, dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
3.             Soal : Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam proses belajar, sebutkan ketiga proses tersebut.
Jawab :
a)  Proses perolehan informasi baru.
b)  Proses mentranformasikan informasi yang yelah diterima.
c)  Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
4.             Soal : Jelaskan tujuan pembelajaran  system asessmen menurut teori Brunner !
Jawab :
          Asesmen dan tujuan pembelajaran menurut teori Brunner adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa, variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal.
5.             Soal : Jelaskan secara mendetail tujuan utama dari penggunaam asessmen dalam pembelajaran !
Jawab :
          Membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan propesional untuk memperbaiki pembelajaran, maka asessmen bertujuan untuk :
a)      Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
b)      Memonitor kemajuan siswa
c)      Menentukan jenjang kemampuan siswa
d)     Menentukan efektivitas pembelajaran
e)      Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran
f)       Mengevaluasi kinerja guru kelas
g)      Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru